Bab 08

87 15 2
                                    

Selamat Membaca

Selama masa ta'aruf Archie maupun Rayna tak saling komunikasi secara langsung. Mereka berkomunikasi melalui perantara kedua orang tua masing-masing. Jika ada pertanyaan, maka mereka bertanya lewat orang tua.

Seperti saat ini, Rayna sedang bersama orang tua Archie atau lebih tepatnya mamah Mala. Tanpa bertanya, mama Mala lebih dulu menjelaskan tentang keseharian Archie.

"Anak mamah yang satu ini sering lupa waktu, Nak."

"Lupa waktu dalam hal apa tante?" Tanya Rayna.

"Masalah kerja. Kalo kerjaan numpuk, bisa sampai berjam-jam betah di depan laptopnya. Makan aja sampai lupa," jelas mamah Mala dengan jujur.

"Kalo sholat, Tan?"

"Alhamdulillah, masalah sholat dia masih ingat. Pernah waktu sekolah dulu. Tante masing ingat, karena terlalu serius belajar dia sampai nggak mendengar adzan."

"Terus, Tan?" Tanya Rayna yang merasa penasaran dengan kelanjutan cerita remaja Archie.

"Terus! Karena nggak denger adzan. Dan baru sadar pas Tante tegur, dia nangis."

"Nangis?" Rayna menahan tawanya.

"Lucu," pikir Rayna.

Mama Mala mengangguk, "Iya. Nangis, sampai sesenggukan. Arsya sampai ikutan nangis gara-gara liat Abangnya nangis. Pas udah berhenti nangis, Tante tanya. Kenapa Abang nangis?"

"Dijawab sama Abang. 'Abang telat sholat jamaah di masjid, Allah pasti marah.' Denger itu, Tante senyum. Terus Tante suruh langsung sholat, jamaah sama Arsya biar Allah nggak marah lagi. Dan ajaibnya, Abang langsung happy." Jelas mama Mala dengan tawa yang sudah tak bisa ditahan mengingat masa kecil putranya tersebut.

Berhubung waktu sudah sore, Rayna pamit untuk pulang. Tadi dia hanya diminta mengantar makanan ke rumah Archie. Dan berakhir mendengar sedikit cerita masa kecil laki-laki yang akan menjadi calon suaminya.

○○○○○○

Sudah sebulan ta'aruf antara Archie dan Rayna dilakukan. Dan keduanya merasa cocok dan yakin memutukan lanjut ke jenjang yang lebih serius yaitu, khitbah.

Khitbah dilakukan pada hari ini di rumah keluarga pak Adnan. Acara dilakukan secara tertutup, hanya sebatas keluarga dekat saja yang hadir. Ada Arsya serta suaminya, Ares juga ikut hadir. Keduanya datang sehari sebelum acara khitbah dilakukan.

Rayna sudah selesai dirias dengan riasan tipis. Dia menggunakan gamis berwarna putih tulang, yang disiapkan Archie.

Tok tok tok.

"Sudah siap belum Ray?" Tanya Fania.

Fania Fara Aldelia, dia adalah kakak perempuan Rayna. Dia sudah hampir sebulan tinggal di rumah orang tuanya karena suaminya ada pekerjaan di luar kota, dan tidak memungkinkan mengajak Fania yang sedang hamil muda.

"Udah," jawab Rayna. Perias sudah izin keluar setelah menyelesaikan tugasnya merias Rayna, selang sebentar dengan datangnya Fania ke kamar.

"Lo duduk napa! Lagi hamil muda juga," omel Rayna yang gemas melihat kakaknya sibuk mondar mandir tidak jelas dihadapannya.

"Diem! Gue lagi nunggu suami gue."

"Emang Kak Fatih ke sini?"

"Hem. Tadi siang bilang mau balek, mau liat adek iparnya lamaran."

Rayna mengangguk faham, "Udah selesai emang kerjaanya?"

"Ya gue nggak tau. Ini aja di telpon nggak di angkat," ucap Fania menatap kesal ke ponsel yang di pengang.

"Mending tuh hp buat gue aja, Kak. Daripada nanti lo lempar gara-gara badmood." Celuk Rayna.

Fania yang baru saja ingin protes tidak jadi karena bunda mereka masuk ke kamar. "Rayna sudah selesaikan?" Tanya bu Rina.

"Sudah Bund. Udah datang ya?" Tanya Rayna.

Bu Rina mengangguk.

"Fan, bantu Bunda ngandeng Rayna keluar!" Pinta bu Rina, tentunya langsung dituruti oleh Fania tanpa protes.

"Mas Fatih udah sampe belum, Bun?" Tanya Fania.

"Sudah, ada di depan. Bunda suruh masuk nolak, katanya nunggu kamu di luar aja. Banyak tamu juga," jelas bu Rina membuat Fania merasa lega.

"Alhamdulillah," lirih Fania.

"Emang kenapa?" Tanya bu Rina.

"Ini Mas Fatih siang bilang mau pulang. Tapi, dihubungin dari tadi nggak ke sambung."

Tanpa mereka sadari, mereka sudah masuk ke ruangan utama yang sudah didekor. "Bund," panggil Rayna pelan.

"Kenapa Ray?"

"Rayna kok takut ya," jujurnya.

"Gapapa, atur nafas. Gue dulu juga gitu." Jelas Fania, mencoba menenangkan adiknya.

Seperti ucapan Fania, diam-diam Rayna menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Dan ternyata lumayan membantu mengurangi rasa gugupnya. Walau yang hadir yang irang terdekat, tetap saja rasanya gugup.

Dan hal itu juga tak hanya dirasakan oleh Rayna. Archie juga merasakan hal yang sama. Sejak sampai, Archie berdzikir untuk menenangkan degup jantungnya yang mulai menggila. Dan kini kembali menggila setelah, dipanggilkannya Rayna untuk masuk.

"Cek cek cek," suara papa Bagas yang memimpin acara pada hari ini mengalihkan atensi yang tadinya ke Rayna kini berpindah padanya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Baiklah, langsung saja ke intinya. Kedatangan saya dan keluarga, Bhanu Bagaskara ke rumah pak Adnan berniat untuk mengantarkan putra sulung keluarga kami, Ray Archie Al-Ghaisan untuk menyampaikan niat baiknya." Jelas papa Bagas selaku ayah dari Archie membuka acara khitbah pada hari ini.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Baik, kami dari keluarga pihak perempuan. Saya sendiri sebagai ayah dari Rayna menerima kedatangan keluarga pak Bagas dengan hormat. Tapi, sebelum masuk ke acara khitbah, saya ingin mengajukan pertanyaan pada nak Ray."

Archie menjawab dengan mengangguk dan mempersilahkan.

"Saya ingin bertanya, apa yang membuat nak Ray yakin untuk mengkhitbah putri saya, Rayna?"

"Saya yakin karena akhlaknya, Pak. Saya yakin untuk menjadikannya satu-satunya wanita yang akan menjadi pendamping hidup saya sampai akhir hayat," jawab Archie dengan yakin.

Pak Adnan tersenyum, "Lalu, bagaimana jika ternyata Rayna bukan perempuan idaman yang pandai memasak? Apa nak Ray masih yakin untuk mengkhitbah Rayna?"

"Insyaallah, saya yakin. Tujuan saya mengkhitbah Rayna agar bisa membangun rumah tangga, bukan usaha rumah makan. Saya ingin menjadikannya istri, pendamping hidup, bukan koki. Walau sejujurnya saya juga tak pandai memasak. Saya akan belajar," jawab Archie dengan jujur.

Membuat semua yang hadir tersenyum mendengar kejujurannya, dan itu membuat pak Adnan semakin yakin. Kemudian, pak Adnan mempersilahkan Archie untuk menyampaikan niat baiknya.

"Bismillahirrahmanirrahim. Pada malam yang penuh berkah ini, saya Ray Archie Al-Ghaisan dengan niat karena Allah dan kemantapan hati berniat mengkhitbah Rayna Raya Ardani untuk menjadi istri bagi saya, pelengkap iman saya, dan ibu untuk anak-anak saya kelak." Ucap Archie dengan lantang dan yakin.

"Bismillahirrahmanirrahim, saya Rayna Raya Ardani dengan niat karena Allah dan kemantapan hati serta restu dari ayah dan bunda, bersedia menerima khitbah dari Ray Archie Al-Ghaisan. Saya bersedia menjadi istri, pelengkap iman, dan ibu untuk anak-anakmu kelak." Jawab Rayna dengan penuh keyakinan.

Suasana berubah menjadi haru dan bahagia yang bercampur aduk. Tanpa Archie sadari, dia sudah meneteskan air mata bahagia. Rayna juga merasa lega, haru, dan bahagia bercampur menjadi satu.

📝#09-11-2023

Yeeee....
Lega nih ya; akhirnya otw nggak jomblo lagi :b

Jangan lupa vote dan komen ya....
Tandai kalo ada typo^^

Archie [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang