Panasnya mentari tidak menghentikan semangat seorang pemuda walaupun dirinya sudah banjir akan piluh keringat. Dengan gesit, dirinya mendribel bola basket menuju ke ring.
"Ugh, Sial." Tidak, pemuda manis ini tidak mengumpat pada bolanya, karena pada kenyataannya bola bewarna orange itu masuk dengan lancar ke arah ring basket. Umpatan itu tadi, ia tunjukan kepada seorang lelaki yang tak kalah manis yang baru saja keluar dari mobil merahnya.
Beomgyu mencoba untuk mengabaikan tamu tak diundangnya, dan bermain lagi dengan bola basketnya. Toh lelaki itu memang hanya duduk dipinggir lapangan dan melihatnya saja. Tak ada tanda tanda untuk mendekatinya dan menyapa yang seperti biasa mereka lakukan.
Sudah hampir dua jam kedua lelaki itu masi sibuk dengan aktifitasnya masing masing. Beomgyu yang sudah terduduk lemas ditengah lapangan, dan Haechan yang masih setia menontonnya.
"Kakak ngapain kesini?" Akhirnya, setelah Beomgyu menghabiskan penuh satu botol air minum, dirinya tidak tahan untuk tidak bertanya. Ya, siapa sih yang tidak risih, jika sedari tadi menjadi bahan tontonan.
"Kalau kakak kesini karena disuru daddy atau bahkan kak Mark buat ngenasehatin aku, mending kakak pulang deh."
Lelaki berkulit kecoklatan itu hanya tersenyum. Matanya memandang langit yang sudah mulai redup. Membiarkan suasana tenang, tanpa ada percakapan diantar mereka.
"Adek enggak panas duduk disitu terus? Mending pindah sini ke samping kakak."
"Panas apaan, udah sore juga."
Lagi lagi, Haechan hanya tersenyum. Ia mengalah. Dirinya bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri calon iparnya yang sudah merengut.
"Adek gak laper? Dari tadikan main terus gak berhenti. Mending kita cari makan yuk? Kakak tau tempat bakmi yang enak."
"Kak, gak usah bertele tele deh. Sebenernya kakak mau ngomong apa sih sama aku?! Kan tadi aku udah bilang, kalau kakak kesini cuma buat ceramah karena disuru daddy, mending kita gak usah ketemu." Beomgyu sudah hampir bangkit dari duduknya jika pundaknya tidak ditahan pelan.
"Kak Echan gak disuruh siapa siapa kok. Suer dehh. Kakak kesini cuma karena kakak khawatir sama kamu Gyu." Tangan yang tadi menahan pundak Beomgyu sekarang berpindah untuk mengelus surai hitam adik iparnya.
Haechan memang tidak sepenuhnya berbohong. Dirinya kesini atas kemauannya pribadi bukan atas perintah dari orang lain. Selain karena Haechan khawatir pada lelaki yang lebih muda ini, ia juga ikut pusing melihat keadaan kediaman keluarga Jung yang menjadi begitu suram.
Ia juga merasa kasian, kepada Mark, calon tunangannya. Lelaki beralis camar ini sedang uring uring an. Emosinya sangat tidak stabil, salah sedikit saja, jangan harap diberi ampun. Istilahnya senggol bacok.
Kepergian Beomgyu dari rumah, memang berdampak besar. Bukan hanya kepada keluarga intinya saja, tapi hampir ke semua yang berhubungan dengan keluarga Jung kena imbasnya. Jaehyun, bukannya tidak mau membawa paksa Beomgyu pulang. Ia juga selalu tau apa yang dilakukan, dan sedang dimana anak bungsunya. Ia tidak kehilangan Beomgyu sepenuhnya. Dan Beomgyu sendiri tau tentang hal ini.
Namun, Jaehyun dan Taeyong bersepakat. Untuk membiarkan Beomgyu mengamuk diluar sana. Memadamkan api amarahnya yang entah kapan padam. Makanya dari itu, sebagai calon mantu yang baik hati dan tidak sombong, Haechan ikut turun tangan membantu.
"Gyu, mau nemenin kakak buat ketemu papa gak?" Tawar Haechan.
"Om Namu? Gak ah." Tolak Beomgyu tak minat.
"Bukan, udah ah ayok ikut aja." Tanpa menunggu lama, Haechan segera menarik pelan lengan Beomgyu dan membawa lelaki manis itu ke dalam mobil.
Dan disini lah mereka, dihadapan tiga makan yang berjajaran yang bertulisan, Seo Johnny, Seo Ten, Seo Hendry. Ketiga makam itu tampak sangat terawat. Dipenuhi oleh rumput hijau dan bertabur bunga.
"Siapa kak? Katanya mau ketemu om Namu?" Tanya Beomgyu bingung.
Sebelum menjawab pertanyaan yang lebih kecil. Haechan hanya tersenyum, dan duduk dipinggiran batu nisan.
"Halo papa, apa kabar? Lihat hari ini donghyuckie, bawa adeknya kak Mark." Haechan melirik ke arah Beomgyu dan mengisyaratkan untuk duduk disampingnya.
"Ini Beomgyu pa, yang Hyuckie pernah cerita. Dan Beomgyu, ini papa, mama, sama kak Hendry. Keluarga kandung aku."
Hari semakin sore, mentari sudah tidak memunculkan sinarnya. Langit orange kelabu, sama seperti perasaan dua lelaki manis yang sekarang sedang duduk tenang disalah satu rooftop dipinggir kota. Menikmati pemandangan alam dengan segelas kopi ditangan masing masing.
"Adek." Panggil Haechan lembut. Yang dipanggil hanya berdeham tanpa menolehkan kepalanya, masih asik menonton langit.
"Adek tau gak, kenapa kak Haechan mau dijodohin sama kak Mark?"
Merasa tak ada jawaban, Haechan melanjutkan kalimatnya. "Seharusnya yang dijodohkan ke keluarga Jung itu Soobin, bukan kakak."
"Tapi, kak Haechan tau banget jiwanya Soobin yang bebas. Soobin pasti akan memberontak dan menolak keras perjodohkan, sama seperti Beomgyu ini." Haechan tertawa pelan melihat Beomgyu yang mencibir.
"Karena kakak sudah berutang banyak ke keluarga Kim, akhirnya kakak lah yang memajukan diri untuk menerima perjodohan ini. Walaupun awalnya ada rasa tidak nyaman, tapi kakak bersyukur karena yang dijodohin ke kakak itu kak Mark, kakak kamu itu dek."
Kim Haechan, atau bisa dibilang Seo Donghyuck. Haechan memang bukan anak kandung dari Namjoon dan Seokjin. Melainkan anak kandung dari teman dekat mereka. Haechan dan Soobin sedari kecil memang sudah bermain bareng, dulu mereka bermain bertiga bersama dengan Hendery, kakak kandungnya Haechan.
Sayangnya ketika Haechan duduk dibangku putih biru, kecelakaan naas merenggut seluruh keluarganya. Yang memaksa dia untuk hidup sendiri didunia yang gelap ini. Sebelum uluran hangat dari keluarga Kim, yang membuat dirinya menjadi salah satu keluarganya. Namjoon dan Seokjin juga sangat menyayanginya, tidak membeda bedakannya antara dirinya dan Soobin. Begitu juga dengan adik kecilnya, Soobin. Ia menyayangi Haechan layaknya kakak kandung.
Maka dari itu yang membuat Haechan mengorbankan diri untuk menerima perjodohan bisnis ini. Agar dirinya bisa membalas semua kebaikan yang telah keluarga Kim kasih. Walaupun mereka tidak pernah memaksa Haechan, namun Haechan tau diri. Masa depan Soobin masih sangat panjang. Belum lagi bebas perusahaan yang sudah pasti diwarikan ke dirinya, jadi Haechan tidak enak hati jika semua beban dilimpahkan ke adiknya saja.
"Itu mah emang kakak yang mengajukan diri, bukan karena paksaan." Ucap Beomgyu acuh.
Beomgyu bukannya tidak punya hati, setelah mendengar cerita Haechan. Namun menurut dia, perjodohan yang mereka berdua lakukan itu berbeda. Haechan dengan sukarela, sedangkan dia dengan paksaan.
"Situasi kakak memang berbeda sama kamu dek, tapi sama kayak kak Mark." Ucapan Haechan yang satu ini menarik perhatiannya.
"Dari awal, yang dijodohkan sama Soobin itu kamu dek. Tapi kak Mark menolak keras. Kata kak Mark saat itu, biarin gue aja yang dijodohin, dari pada adek gue harus jadi tumbal perusahaan. Makannya sekarang kak Mark lagi berusaha keras buat bantu kamu. Coba deh sekarang adek, ngomong baik baik sama kak Mark. Siapa tau nanti ada solusinya."
Setelah mengucapkan hal itu, Haechan mengelus singkat surai hitam Beomgyu. Membiarkan adiknya berfikir untuk langkah kedepannya.
"Udah sore, kakak pulang dulu ya Gyu. Ingat pesan kakak. Setidaknya hubungin kak Mark ya."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside You
FanfictionBeomgyu ft Jungfams Suara tembakan bukan sesuatu yang asing bagi Jung Beomgyu. Karena memang hidupnya dipenuhi tentang bunuh membunuh. Goresan luka sudah terbiasa Beomgyu terima. Menyakitkan tapi menyenangkan baginya. Tapi bagaimana jika ada yang l...