01

7.7K 471 19
                                    

Malam itu terasa lebih dingin dari malam malam sebelumnya. Deru nafas kasar yang saling bersautan. Bau amis yang mulai tercium diindra, ditambah masing masing senjata tajam yang saling berhadapan.

Barang barang sudah berhampuran dimana mana, ada beberapa pecahan botol kaca yang berserakan. Namun meskipun keadaan sudah tidak beraturan, masi tersetel alunan lagu disko dibar tersebut. Padahal orang orang yang biasanya berjoget ria sudah berhambutan entah kemana.

Namun disaat suasana yang tegang ini tau tau alunan lagunya berubah menjadi lagu ballad. Sampai beberapa dari orang berjas hitam memandang heran satu sama lain.

"Ciao peccatore umano!"

Ucap seseorang lelaki mungil yang entah datang dari mana. Setelah ia berkata demikian, asap putih mulai menyebar kemana mana diikuti dengan matinya lampu dan juga musiknya.

Mark, ia sudah tidak kaget dengan ini semua. Walau ini bukan salah satu dari rencananya namun ia sudah sangat hafal trik licik ini.

Dengan begitu, mark memanfaatkan situasi untuk mengeluarkan pistolnya dan mulai mengarahkan ke musuhnya.

Mark masih bisa melihat dengan sangat baik walaupun dengan cahaya yang minim. Itu dikeranakan Mark memakai lensa mata khusus yang didesain oleh adiknya sendiri. Mark mulai menembakan satu persatu musuhnya.

Awalnya Mark sangat fokus untuk mengindar dan membidik musuhnya yang melawannya secara bersamaan. Sampai ia mendengar teriakan yang sangat femiliar ditelinganya.

"Agrkk! SAKIT BANGSAT."

Fokus Mark sedikit terahlikan dan dengan cepat menghampiri sumber suara. Menarik pinggang langsing sang empu dan mengambil kotak hitam kecil yang memang sasarannya sejak awal.

Mark membawa lelaki manis itu seperti menggendong karung beras. Yang sudah pasti sangat tidak mengenakan, makannya si lelaki manis itu banyak memberontak bahkan hampir mau menggigit punggung Mark.

*****

Beomgyu dengan malas melihat mata sang kakak tertuanya yang menatapnya tajam. Bibirnya sedikit ia majukan, belum lagi hentakan pelan salah satu kakinya yang tidak bisa berhenti.

Lain halnya dengan Mark yang akhirnya mengembuskan nafas lelah. Tangan yang awalnya sedang ia silangkan perlahan lahan turun dan berubah menjadi dejakan pinggang. Tatapannya sudah sedikit berubah sendu namun tetap mendominasi.

Mark tau adik bungsunya ini tidak ada takut takutnya. Bahkan ke daddy dan grandpanya saja ia masih bisa melawannya. Dan Beomgyu, ia juga tau kalau Mark terlalu lemah untuknya.

Mark tidak akan pernah bisa terlalu tegas ke Beomgyu. Walaupun Beomgyu melakukan kesalahan Mark akan tetap memperlakukannya layaknya tuan putri. Mark tidak bisa memarahi atau mendiami Beomgyu berlarut larut. Mark tidak bisa untuk bekata tidak ke Beomgyu.

Beomgyu akan selalu menang atas diri kakak sulungnya.

"Buka kaus."

"Hah? Untuk apa si kak? Segala buka kaus." Ujar Beomgyu sambil mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Tatap kakak Beomgyu, dan cepat buka kaus lu." Tekan Mark.

Mark memaksa untuk menarik kaus hitam adiknya. Tapi tetap, ia pastikan adiknya ini tidak kesakitan walau ia menarik kasar kausnya.

"Hah.. ini apa Jung Bemgyu?" Tanya Mark sarkas sambil meraba pelan goresan luka yang berada disamping perut adiknya.

"Hanya luka kecil." Jawab Beomgyu santai.

Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang