43. Hilang

2.2K 174 2
                                    


"Ennnghhh." Desis si tampan dengan memegangi sisi kepalanya yang terasa berdenyut.

"Jeno!" Seru beberapa orang secara bersamaan.

Seseorang membantu Jeno untuk duduk kemudian ia menyesuaikan penglihatannya. Jeno ada di kamar pondok dan semuanya ada disini.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Taeyong pada sang putra

Jeno tak menjawab, ia menyerngit kenapa mereka semua ada disini lalu dimana Jaemin. Hanya Jaemin yang tidak ada. Tak berselang lama sebuah ingatan seperti menghantam kepalanya.

"Nana!" Seru Jeno

Ia berusaha berdiri namun kakinya seperti mati rasa.

"Akh." Jeno pun jatuh tersungkur.

Mereka semua panik. Para alpa dewasa yang baru datang membantu Jeno untuk kembali ke ranjang.

Jeno berusaha memberontak "Dimana Nana?" Tapi sia-sia kakinya mati rasa.

Jaehyun memegang pundak sang putra kemudian meremasnya "Jeno!" Bentaknya. Setelah itu barulah Jeno diam. "Tenangkan dirimu dulu."

"Apa yang terjadi?" Tanya Jeno pelan.

Ia melihat semua orang terlihat gelisah, dan para alpa dewasa yang sepertinya dari luar, keringat masih jelas diwajah dan badan mereka. Winwin pun memandang kosong ke depan ia seperti habis menangis?

"Tadi sore beberapa maid datang untuk membersihkan pondok, barangkali kalian membutuhkan sesuatu tapi mereka malah menemukanmu pingsan di dapur. Keadaan pondok pun kacau. Nana pun sudah tidak ada." Jelas Ten.

"Apa yang terjadi sebelumnya?" Tanya Yuta dengan wajah tegasnya.

Flashback on.

Jeno terbangun lebih dulu. Dipandanginya wajah Jaemin ketika tidur sangat cantik. Setelah puas memandangi semestanya Jeno beranjak untuk bangun. Ia menganga melihat kondisi kamar yang acak-acakan. Seberapa ganas kah ia semalam? Mengingat kejadian semalam ia jadi melirik tengkuk Jaemin yang ada tanda marking dan tanda mate yang sama dengan miliknya di belakang telinga. Jaemin sudah sepenuhnya menjadi miliknya. Jeno hanya harus menikahi Jaemin secepatnya.

Semalam ia sempat membersihkan Jaemin. Jeno memutuskan untuk mandi kemudian ia akan memasak. Sang alpa mendekati Jaemin yang sedang tidur kemudian mengelus perut ratanya, kemudian berbisik "Selamat berjuang bibit-bibit daddy."

Setelah selesai membuat sarapan Jeno kembali ke kamar untuk membangunkan Jaemin. Ternyata Jaemin sudah bangun, ia berbaring miring menghadap keluar jendela.

"Sudah bangun?" Ucap Jeno singkat dengan mengecup dahi Jaemin.

Jaemin yang semula melamun langsung tersadar, ia tersenyum ketika mendapat perlakuan manis dari sang alpa.

"Aku sudah membuatkan sarapan untuk kita." Ucap Jeno mengelus surai Jaemin yang berantakan. "Kenapa diam saja? Kamu tidak mau makan?"

Jaemin menggeleng kemudian pipinya bersemu merah. "I-itu aku tidak bisa bangun." Cicit Jaemin.

"Ha? Mana yang sakit?" Jeno panik berusaha menyibak selimut yang Jaemin pakai.

"I-itu. Nyeri." Jaemin menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal ia malu jika harus berkata frontal.

"Itu?" Jeno masih belum paham.

"Lubangku sakit bodoh." Umpat Jaemin.

"Oooh astaga." Hampir saja tawa Jeno meledak mendengar umpatan frontal dari omeganya. "Maaf maaf apa aku terlalu kasar semalam?"

"Menurutmu?" Jaemin merotasikan bola matanya. "Eeeeeh."

Jeno tiba-tiba menggendong Jaemin ala bridal style "Mandi dulu sayang. Kamu tidak usah bergerak biar aku yang menggendongmu."

My Queen OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang