3. Salah Paham

133 48 7
                                    

"ayah, tapi gerha-"kata yang akan Gerhana ucapkan terhenti, melihat sang ayah menatapnya tajam, suaranya tertelan kembali.

"Tapi apa gerhana?hah? Tapi apa? Tapi kamu gabisa? Tapi kamu udah berusaha? Alah alasan kamu terlalu banyak" Frendy berucap, menatap anak sulungnya ini dengan tatapan tajam.

Entah mengapa saat melihat Gerhana rasanya seperti melihat sebuah sampah di mata Frendy, memang sejak dulu ia tak mengakui Gerhana anaknya,selalu menganggap Gerhana hanyalah hama, menganggu.

"Ayah, ayah salah paham,Gerhana ga tau kalau Genala dibully, Gerhana ga tau ayah, Gerhana ga tau, kalaupun Gerhana tau,Gerhana juga bakal jagain Genala ayah"Jelas Gerhana, sebenarnya ia takut, namun hatinya mendesak, hatinya tak tenang, sudah sakit hatinya,ditambah sang Ayah selalu membawa bawa sang Ibunda yang sudah tiada.

Frendy membuang muka, ia malas melihat wajah anak sulungnya, ujung bibir yang lecet, lengan dengan luka dan seragam yang tak rapi, pemandangan yang sangat Frendy benci, di tambah yang berpenampilan seperti itu adalah Gerhana.

"Ayah,Gerhana mohon, memang Gerhana berantem, memang Gerhana buat onar di sekolah, tapi itu demi Genala ayah,demi Genala"jelas sang anak, entah mengapa air mata nakal itu mengalir, air mata Gerhana pecah.

Frendy terdiam, masih melipat tangan, tak terima, meski penjelasan Gerhana cukup meyakinkan, namun Frendy tetap menganggap Gerhana salah.

Laras melihat dari ujung pintu, mulai berjalan ke arah keduanya.

"Gerhana.. Ayah ... Genala udah dioprasi tadi, keadaannya tak terlalu buruk"Ucap Laras sembari menggenggam tangan suaminya,Melirik keduanya bergantian.

"Beneran Mama? Ga bohong?" Gerhana antusias, mendengar hal itu ia segera bertanya, semangatnya mulai muncul.

Laras mengangguk, mengelus lembut pucuk rambut Gerhana, lalu mengisyaratkan Gerhana untuk masuk ke kamar dimana Genala dirawat.

Kini hanya tersisa Frendy dan Laras, mereka mungkin akan berbicara 4 mata.

"Mas,kenapa marah marah terus?Gerhana kan sudah menjelaskan tadi, kenapa kamu terus menyalahkannya" Laras memulai percakapan, sungguh ia benar benar tak tega anak sulungnya di perlakukan seperti itu, meski Gerhana bukanlah darah dagingnya, tetap saja dia termasuk anaknya, walau anak tiri.

Frendy menghela nafas kasar, karena benar benar ia selalu menyalahkan Gerhana, yang ia belum tau pasti kejadian yang baru saja terjadi.

"Mas?Gerhana itu juga anakmu, dia darah dagingmu,dia sama dengan Genala mas, kenapa kamu beda bedakan dia?"Laras masih membela Gerhana, ia akan selalu begitu, ia mengerti suaminya ini berlebihan.

"Dia Abang Genala, dia harus menjaga adiknya, tapi dia tak bisa menjaganya dengan baik, dan dia juga bertengkar,memalukan"ucap Frendy, memang begitulah, Frendy selalu keras kepala.

Laras menghela nafas, ia tak mengerti mengapa suaminya selalu begitu, sangat egois.

~

Sementara itu, Gerhana kini sudah berada di ruangan Genala, ternyata luka Genala tidak terlalu parah, tulang pada kaki kanan nya hanya terkejut, dan tidak sampai patah.

"Genala, maafin Abang, Abang gabisa jaga kamu tadi, Abang bodoh, Abang ga pernah bisa di andalkan" kata kata itu keluar bersamaan dengan air mata.

Genala masih menutup matanya, dia belum sadar, tentu karena bius pada tubuhnya belum hilang.

Gerhana menatap wajah sang adik, terdiam mengelus pucuk kepala adiknya,merasa bersalah karena kecerobohannya itu.

Apa Salahku Ayah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang