9. Jika bisa

77 24 8
                                    

HUHU AKU SIBUK BANGET JADI JARANG UP MAAF YA, JANGAN LUPA VOTE ANW.

[[ Apa Salahku Ayah? ]]

"Demi dia atau demi kesenangan mu?"


Laras menatap Frendy tajam, merasa kesabarannya sudah habis, Suaminya ini benar benar keras kepala, ingin sekali dirinya menampar wajah tampan suaminya itu.

Frendy terdiam lantas ia menatap mata Laras, Mata mereka bertemu, " Aku akan tetap mendaftarkannya les privat " Masih dengan pemikirannya, ya bagaimana lagi Frendy memang benar benar keras kepala.

"Kau sudah gila" Ucap Laras lantas menuju ke arah ruang tamu, mendekati Pak Hendra yang sedang terdiam di ruang tamu.

"Misi pak, mohon maaf, hari ini Gerhana sedang sakit, mungkin bapak bisa datang lain kali jika Gerhana sudah membaik, mohon maaf ya pak merepotkan malam malam begini" Laras berharap Pak Hendra mengerti keadaan si sulung, tidak seperti sang ayah yang malah mengorbankan anaknya demi kesenangannya.

Pak Hendra beranjak berdiri, membawa tas ranselnya, lalu mengangguk paham " baik bu, saya mengerti, semoga cepat sembuh untuk Gerhana, ini ada kartu nama saya, ada nomor ponselnya, ibu bisa kabari saya ya bu" Jawab Pak Hendra mengerti, Memberikan kartu namanya kepada Laras, lalu tersenyum, mulai mengarah pada pintu, dan sempat menatap ke arah Frendy yang menatapnya heran.

Setelah Pak Hendra meninggalkan kediaman keluarga Bakhtara, Frendy mulai berbicara, menanyakan apa yang baru saja terjadi kepada istrinya itu, Laras terdiam sejenak menatap ke arah Frendy, melangkah menuju kamar dimana kedua anaknya berada, dan mengabaikan Frendy yang masih mengikutinya kebingungan.

"Laras kenapa Mas Hendra pergi? kamu ngusir dia? dia itu guru les nya Gerhana, Gerhana butuh les tambahan biar dia bisa banggain kita ras, Kamu jangan egois dong" Kata kata itu di lontarkan kepada Laras, Mendengar perkataan sang suami, Tentu Laras mulai tersulut dalam emosi, ia berbalik, menatap wajah milik suaminya, terlihat seperti tak ada salah mengatakan hal barusan.

"Egois? kamu yang egois mas, kamu sudah besar mas, KAMU ITU SEORANG AYAH! KAMU PUNYA PERAN AYAH! " sejenak menjeda perkataannya, lalu meletakkan baki itu di atas meja dekat tangga kemudian berbalik kearah Frendy.

"Mas, sadar Gerhana tertekan mas, Gerhana tertekan, dia cape mas dia lelah, dia butuh istirahat, dia manusia, dia bukan robot yang bisa kamu suruh suruh sesuai keinginan" mata Laras mulai berkaca kaca, sebuah cairan siap keluar dari matanya.

" dia ga banggain kita? aku yakin kamu ga buta mas, aku yakin kamu masih bisa melihat dengan jelas, Gerhana sudah beberapa kali memenangkan lomba, dia juga udah sering dapat 3 besar di kelas, tapi kenapa kamu gabisa liat prestasinya?" Laras gagal, air matanya kini sudah mengalir di pipinya, begitu sesak rasanya.

Frendy terdiam, " Dia cape mas, Gerhana sakit, kamu selalu pukuli dia hanya karena tidak mendapatkan posisi pertama? kamu gila, kamu ga waras mas" Laras berbalik, membawa baki berisi nasi goreng itu kepada kedua anaknya yang berada di dalam kamar.

Frendy masih membeku di tempat, Apakah dia keterlaluan? Laras benar benar menangis? kini dirinya mulai khawatir, namun tertiba ia mengarah kepada piagam yang basah dekat tas Gerhana yang sedikit mengering, tertulis " Gerhana Rajendra Bakhtara" meraih juara 2 olimpiade ipa, piagam itu sedikit kotor, bahkan bagian bawahnya sedikit robek.

Namun Frendy kembali di kuasai ego nya, Dia menatap foto Gerhana yang ada di rak dekat tangga, tangannya mengepal " Kalau saja kamu ga lahir, mungkin ayah ga mungkin begini Gerhana"

🎗️

Kicauan burung mulai menghiasi suasana pagi, Terlihat Gerhana dan Genala sudah berada di meja makan, pagi ini Laras memasak sup ayam dan ikan goreng, kesukaan kedua buah hatinya.

Apa Salahku Ayah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang