8. susah ayah

82 30 4
                                    

Hello, maaf banget yaa jarang upload, karenaaa jadwalnya padet huhuuu, aku usahain update yaawww, jangan lupa Vote and komennn.

[[[ Apa Salahku Ayah ]]]
8. Susah Ayah.

Sore kini berganti malam, Kedua anak Bermarga Bakhtara tengah berada di teras rumah mereka, menatap cantiknya bintang malam itu, sedari tadi Gerhana dan Genala hanya terdiam, mereka tak mengobrol, Gerhana sibuk memperhatikan bintang bintang yang berkilauan di atas sana, Sedangkan Genala tengah bermain riang dengan Carl, si kucing yang sangat lincah itu menemani Genala di teras yang cukup sunyi.

Sementara kedua buah hati itu berada di teras, Sepasang Adam dan Hawa tengah berbincang di ruang keluarga, Frendy meminum kopi panas yang baru saja ia buat, Laras menatapnya tajam, jemarinya meremas ujung baju yang ia kenakan.

"Kenapa kamu memperlakukan Gerhana secara kasar mas? dia juga anakmu" ucapnya dengan mata yang setia menatap pupil suaminya.

Frendy terdiam sejenak, lantas meletakkan secangkir kopi itu di atas meja, " Karena dia lelaki, lelaki tak boleh lemah Laras, kau ini bagaimana, kalau dia kau manjakan dia tak akan bisa menjadi lelaki yang tangguh" balasnya dengan santai melihat mata tajam milik Laras.

Laras menghela nafas, lalu kembali pada pembicaraan, " Dia memang lelaki, tapi kau memperlakukannya layaknya kau membencinya, kau terlalu kasar,kau tak lihat wajahnya yang sangat lesu, bibir pucatnya? kau tak lihat? aku yakin kau tak buta mas" Laras sudah tak tahan mengatakan hal itu, ia tau seharusnya ia tak mengucapkan itu, akan tetapi kesabarannya sudah habis melihat dengan kasarnya Frendy menyiram tubuh Gerhana menggunakan secangkir kopi yang cukup panas.

"Kau serius mengatakan hal itu? Laras dengarkan aku, dia adalah seorang lelaki, jika memang aku membencinya sudah dari lama aku membuangnya, nyatanya aku masih menampungnya disini" memberi sedikit jeda sebelum Frendy melanjutkan ucapannya.

"Dia sebenarnya memang menyebalkan, bahkan dia tak bisa membanggakan ku, apa itu lihat olimpiade kemarin? dia membuatku malu, ia adalah perwakilan sekolah, dan dia gagal mendapatkan posisi pertama, bagaimana aku tak malu?" dengan santai ia meminum secangkir kopi miliknya.

"Dia? gagal? kau tak salah? juara 2 itu termasuk 3 besar mas, dia sudah melakukannya semaksimal mungkin, kau sebut ia gagal?"Laras tak habis pikir, Gerhana mati matian membuat Frendy bangga, bahkan sekarang? Gerhana jatuh sakit dan dengan mudahnya Frendy mengatakan bahwa Gerhana tak pernah membanggakannya? sungguh lucu pemikiran suaminya ini, batin Laras.

"Sudahlah, jika memang ia membanggakan, seharusnya ia mendapatkan posisi pertama, bukan kedua, kedua tandanya ia masih malas, bisanya hanya menyusahkan, apa susahnya untuk mendapatkan posisi pertama?" tetap pada opini nya, Frendy terus menyalahkan Gerhana, di matanya Gerhana selalu menyusahkan, selalu membuatnya malu, bahkan untuk melihat wajah sang anak saja, dirinya sudah tak suka.

"Terserah saja padamu, kau ini sudah gila mas " Laras menyerah, jika saja Frendy bukan suaminya, sudah sejak tadi ia akan menampar wajah suaminya itu.

Berpindah pada Gerhana yang tertiba saja terbatuk dengan hebat di teras rumah saat ini, Genala yang melihat hal itu dengan segera membawa tubuh Kakak nya ini ke dalam kamar, membantunya meminumkan air putih hangat dengan campuran madu yang sempat Genala buatkan, sedikit kesusahan namun cara yang Genala berikan cukup meredakan Batuk dan sesak sejenak yang Gerhana alami, Genala segera memanggil Laras yang berada di kamar Gerhana, membersihkan tumpahan kopi di lantai kamar si sulung.

"Mamaa, abang sesek katanya maa" mendengar hal itu, dengan segera Laras bergegas menuju kamar Genala, terlihat Gerhana yang masih terbatuk meski tak sehebat tadi, namun rasa sesak di ikuti batuk itu tetap saja rasanya menyakitkan.

Laras membantu Gerhana, memberinya inhaler, lalu memerintahkan Genala untuk menyiapkan alat kompres dan mengompres dada Gerhana, untuk memudahkannya bernafas.

Sakit sekali melihat hal itu, disaat ia melihat wajah pucat Gerhana, dan Genala yang terlihat sangat khawatir, begitu sakit melihat kedua buah hatinya begini, Senyuman manis keduanya pudar hari ini, Entah mengapa hari ini terasa menyedihkan.

Di saat Genala masih membantu Gerhana mengompres di bantu dengan Laras, Tak sengaja kedua mata Laras melihat Frendy dengan santai melewati pintu, terlihat raut wajah biasa seperti tidak ada yang harus di khawatirkan, padahal kini si sulung sedang sakit, dan dia sama sekali tak peduli.

"Memang mas Frendy, dia sama sekali tak peduli"

Genala menatap Gerhana sedih, bibir itu sungguh pucat, mata itu terlihat lelah, bukan seperti biasanya, Genala sangat ingin melihat Kakaknya ini tersenyum seperti dulu, wajahnya segar ingin sekali seperti itu, namun sekarang sulit sekali untuk melihat senyuman tanpa paksaan milik Gerhana, ia tahu mana senyuman asli dan mana yang paksaan, Gerhana sudah selalu tersenyum paksa, dia ingin melihat Kakaknya ini tersenyum lebar, bukan senyuman paksa itu.

Air mata Genala entah mengapa memaksa untuk keluar, dirinya tak tahan melihat keadaan kakak nya, air mata itu jatuh pada pipi manisnya, menggenggam tangan hangat itu, memandangi wajah pucat kakaknya.

"Bang, Kenapa begini, Kenapa abang harus sakit.." suaranya bergetar, jika Gerhana sakit, Genala pasti merasakan hal yang sama sakitnya, bahkan melihat kakaknya terbatuk hebat tadi, membuat dirinya sesak, bahkan untuk melihat wajah pucat itu, ia tak kuasa untuk menahan tangis.

Ia genggam dengan kuat tangan hangat milik Gerhana, Terlihat gelang hitam terpasang apik disana, gelang hitam dengan inisial G yang Genala berikan pada ulang tahunnya 2 tahun lalu, masih ia pakai,

Air mata Genala semakin deras, pipi manis itu di basahi air mata miliknya sendiri, Laras hanya memandangi kedua buah hatinya dari pintu, sembari membawa baki berisikan 2 piring nasi goreng untuk keduanya, namun tertiba saja bel rumah berbunyi.

"ting tong"

Laras menoleh, lalu memutuskan untuk membukakan pintu terlebih dahulu, ia bawa baki berisi nasi goreng itu ke arah dapur.

Pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria dengan kacamata dan rambut hitam rapi berada di depan pintu, Laras memasang wajah bingung, siapa pria itu?

"mencari siapa ya pak?" tanyanya
"ini bu, saya guru les private untuk Gerhana? kata bapak Frendy saya harus mengajar anaknya yang bernama Gerhana"

Terkejut mendengar jawaban pria itu, lantas tiba tiba saja Frendy muncul dari arah ruang keluarga, " eh mas Hendra, masuk mas" undang Frendy dengan santai.

Pria yang di ketahui bernama Hendra, mulai masuk ke dalam, Frendy mempersilahkannya untuk duduk, lantas Laras menatap Frendy tajam, apa apaan ini? les? les privat? semalam ini? bahkan Gerhana sedang sakit, ia tetap memaksa? frendy sudah gila.

"Mas, aku mau bicara" Laras menarik tangan Frendy kasar, berjalan ke arah dapur, " Maksudnya apa ini? les privat? kau gila?"Laras sungguh sudah kehilangan kesabarannya, selalu keras kepala, Kali ini Frendy sudah gila.

"Mas ini berlebihan, Gerhana juga butuh istirahat!" Laras mulai meninggikan nada bicaranya, " Lantas mengapa? lagi pula dia masih bisa tidur toh? dia cowok laras, harusnya di kuat " ucap Frendy dengan kalimat kebanggaannya.

"Tapi dia sakit mas! dia sakit, dia lelah, kamu ga liat betapa susahnya ia bernafas tadi!?" Laras terus mengingat kejadian dimana Frendy hanya berjalan melewati kamar berisi Gerhana, Genala dan dirinya dengan santai.

"Lalu kenapa kalau sakit? minum obat juga sembuh, dia cowok Laras! ayolah kenapa kau selalu di pihak nya, ini juga demi dia " Frendy tak ingin kalah.


"Demi dia atau demi kesenangan mu?"


-BERSAMBUNG-

HUHUU MAAF YA BARU UPLOAD, anw jangan lupa vote and komen biar lebih semangat nihh huhuuuu😁😁😁😞😞😞

Apa Salahku Ayah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang