HEHEHE HALOOO, MAAF BANGET LAMAA UPDATENYA HUHUUU, ANW JANGAN LUPA VOTE&KOMEN YAA CAYANGG
🎗️
Gerhana terdiam, setia menatap Ibunda Atiya, sungguh ia sakit sekali mengingat kejadian dimana harus berpisah dengan sang ibunda, jika di tanya apakah ia ingin kembali ke masa itu dan membiarkan dirinya mati agar ibunda hidup, mungkin jawaban dia iya, karena ia selalu di hantui rasa bersalah.
Sejak hari dimana Atiya dikebumikan, Frendy selalu menyalahkan Gerhana, dirinya selalu memarahi Gerhana, setiap Gerhana berbuat salah, tentu ia akan mengungkit kejadian kala itu.
Sebenarnya kejadian itu bukanlah kesalahan Gerhana, itu memang takdir tuhan, namun tentu dari kejadian itu, Gerhana masih beranggapan kalau ia salah, sungguh ia begitu menyesal.
Jemari Gerhana menyentuh bingkai foto, ia menangis, di iringi suara batuk darinya, ia menumpahkan semuanya, mungkin tak ada yang akan mengusap kepalanya, memberikannya semangat, tersenyum mengecup keningnya seperti saat ia jatuh dari sepeda dan merengek ke pelukan sang ibunda, bercerita, mengadu, kini tak ada seperti itu.
Hanya senyuman dari wajah cantik ibunda pada foto itulah yang akan menjadi saksi bisu segala luka dalam kehidupan.
"Bunda.. Gerhana lelah, Gerhana.. butuh bunda"air mata setia jatuh tanpa izin, batuk selalu mengikuti, bibir pucat itu bergetar.
"bunda.. kenapa Ayah benci Gerhana? Gerhana buat salah? Gerhana lemah ya bunda? sampai sampai ayah bilang begitu.." Ternyata Gerhana mendengar semua pembicaraan Frendy dan Laras, mendengar segala apa yang keluar dari mulut keduanya, kata kata menyakitkan itu.
Gerhana berusaha menghapus air mata yang membasahi pipi, namun itu terus keluar begitu saja, sekuat mungkin di tahan, namun semakin sesak dan sakit.
"Bunda, Gerhana minta maaf, Gerhana minta maaf sudah cengeng, Gerhana minta maaf sudah lemah, bunda Gerhana butuh pelukan bunda.."
Air mata tetap jatuh membasahi pipi Gerhana, tanpa sadar ternyata Laras sudah berada di depan pintu kamar, ia tak mendengar semuanya, namun Laras tau bahwa Gerhana berada dalam kesedihan.
Laras berjalan ke arah Gerhana, mengelus lembut puncak kepala Gerhana, anak itu sadar lantas berbalik menatap Laras disana, ia masih terdiam, lalu menghapus air matanya.
"sut gapapa nangis aja, jangan di tahan nanti kamu sakit sayang"Laras mempersilahkan Gerhana untuk menangis, semua orang butuh, semua orang berhak menangis.
"Ga mama, mama kenapa kesini?" tanya Gerhana yang masih fokus menghapus sisa air mata yang membasahi pipi, Laras menghela nafasnya, lantas mengecup kening Gerhana yang terasa hangat.
"Mama kesini bawain Gerhana teh hangat, tadi mama baru aja buat, di minum ya sayang? biar cepat sembuh" suara halus itu memberikan teh hangat yang sebelumnya ia taruh di atas nakas kamar Gerhana.
Gerhana menunduk, lantas mencoba meraih secangkir teh yang Laras berikan.
"Gerhana kangen bunda Atiya ya?" Gerhana terkejut, menatap wajah tulus Laras yang setia memberikan senyuman hangat,"Keluarin aja semuanya ke mama Gerhana, jangan di pendam.." sejenak ia terdiam menatap mata berair milik si sulung.
"Mama disini untuk temenin Gerhana okay? jangan selalu memendam luka sendirian sayang, ada mama disini, kalau Gerhana memendam sakit sendirian, kalau Gerhana sedih terus, Bunda Atiya bisa sedih di atas sana" Sembari mengelus kepala si sulung, ia berkata lembut dengan senyuman khas menghangatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Salahku Ayah?
Fanfiction"Kamu kalau hanya merepotkan, mengapa harus lahir di dunia ini" ucapan yang sangat menyayat hati kecil milik gerhana, dia tidak mengerti mengapa ia sangat di benci, keberadaannya menurut sang ayah adalah sebuah barang yang sangat buruk, alur hidupny...