36 - I am sorry

525 27 4
                                    

Terimakasih bagi yang sudah vote cerita ini dan yang belum ditunggu ya!








Mahesa

Sejak pertama bertemu Ivanka aku sudah merasa tertarik dengannya. Dia adalah sosok gadis yang nakal namun misterius dan membuatku tertantang hingga tanpa sadar aku melupakan Selena begitu saja. Meski saat ini aku sudah bercerai dengan Selena dan menikahi Ivanka aku sendiri masih berusaha berhubungan baik dengan Selena dan keluarganya. Namun usahaku tentu tidak membuahkan hasil karena keluarga Selena terutama ayahnya sangat membenciku.

Tapi anehnya aku tidak menyesal memilih Ivanka apalagi sebentar lagi kami akan menjadi orang tua. Terlebih ini merupakan salah satu keinginanku yang belum bisa diwujudkan oleh Selena, yaitu menjadi seorang ayah. Aku sangat bahagia karena wanita yang ku cintai sudah menjadi milikku dan berusaha fokus untuk membahagiakannya.

Sayangnya seorang Mahesa bukanlah seorang pengangguran dan setelah menikah dengan Ivanka aku kini memiliki 2 pekerjaan sekaligus, yaitu menjadi direktur di Indira Grup dan CEO di PT Irawan Sejahtera. Karena harus membagi waktu dengan banyaknya pekerjaan tanpa sadar Ivanka terabaikan olehku. Bahkan aku tidak sadar saat dia diam-diam pergi begitu saja dan membuatku merasa sangat cemas. Dia sedang hamil dan berjalan-jalan sendirian di negeri orang sangat membuatku khawatir.

Saat sadar dia pergi tentu saja aku langsung menghubunginya. Namun tampaknya dia masih emosi karena tidak mau memberi tahu dimana dia berada sekarang. Aku mencoba bersabar dan mencari tahu keberadaannya dengan meminta bantuan seseorang. Tapi bantuannya tentu tidak berguna sama sekali karena Ivanka dua jam kemudian sudah pulang ke hotel.

Emosi Ivanka memang cenderung tidak stabil karena dia sedang hamil dan aku harus mengalah. Tapi setelah apa yang terjadi hari ini aku tidak mau lagi mengabaikan dia karena pekerjaan. Istri dan anakku jauh lebih penting dari pekerjaan apapun dan aku tidak mau mengecewakan mereka. Jelas aku harus membagi waktu dan tidak boleh meninggalkan salah satunya.

Tanpa terasa honeymoon sudah berakhir dan kami pulang ke Indonesia. Tentu saja kami langsung pulang ke rumah baru dan langsung disambut oleh keluarga Ivanka dan para sahabat. Untungnya kami membawa oleh-oleh untuk mereka dan mereka tampaknya cukup senang dengan itu semua.

Beruntung rumah kami berdekatan pula dengan rumah utama Ivanka yang ditempati oleh pamannya. Jadi kalau ada apa-apa tentu kami bisa langsung menghubungi paman yang merupakan orang tua satu-satunya bagi Ivanka.

Saat ini kami sedang bersantai di kamar dan aku sedang mengajak bicara anakku yang masih didalam perut. Tentu saja aku harus sering-sering mengajaknya bicara apalagi kini dia sudah berusia hampir 5 bulan. Meskipun aku merasa sedikit malu karena berbicara sendiri apalagi Ivanka sering menertawaiku.

"Anak ayah harus kuat ya dan jagain bunda di dalam kandungan" ucapku padanya sambil sesekali mencium perut Ivanka.

"Ayah juga harus sayangi bunda.. jangan sayangi adek bayi aja.." balas Ivanka yang membuatku tak tahan untuk mengecup bibirnya.

Setelah itu kami hanya tersenyum dan aku mulai berbicara lagi dengan anakku. Ivanka mengelus kepalaku saat tengah menciumi lagi perutnya. Aku benar-benar tidak sabar ingin segera menjadi seorang ayah....

Esok harinya aku kembali dihadiahi jadwal yang sangat padat bahkan aku tidak sempat membalas pesan istriku. Belum lagi aku harus bolak balik kantor Indira untuk memastikan pekerjaan bawahanku sesuai standar. Tentu saja di Indira aku bertemu dengan Daren si sepupu jauh Ivanka, dia lagi-lagi hanya memasang wajah permusuhan yang memuakkan.

Cih meski dia ini sepupu Ivanka tetap saja aku masih kesal dengannya. Apalagi aku sendiri malah bertemu dengannya terus satu hari ini tapi justru kesibukanku juga membuat waktu dengan istriku menjadi sedikit. Ah.. aku jadi merindukan Ivanka padahal kemarin-kemarin kami sudah berbulan madu tapi kesibukanku ini pasti akan membuatnya kesal. Yah semoga saja dia mau memaklumi ini semua karena seorang kepala rumah tangga tidak boleh bermalas-malasan.

Tanpa sadar aku pulang pukul 8 malam dan benar-benar lelah. Sesampainya rumah tentu Ivanka langsung menyambut dan memelukku. Aroma tubuhnya membuatku tenang dan membuat segala permasalahan di kantor seketika itu juga menghilang.

"Kamu mandi dulu abis itu makan ya.." ucapnya lembut.

"Hm.. iya sayang..."

Setelah mandi dan makan malam aku memeluk Ivanka lagi. Dalam posisi aku yang memangkunya kini aku bisa mendengarkan detak jantungnya yang tanpa sadar membuat rasa kantuk perlahan hadir. Belum lagi usapan Ivanka di kepala ini membuatku merasa sangat disayang olehnya. Dalam beberapa lama kami tetap dalam posisi ini dan terus dalam keheningan.

"Hari ini pasti berat buat kamu ya.." tanyanya memecah keheningan.

"Sedikit.. tapi karena ada kamu dan anak kita rasanya aku merasa kuat dalam menghadapinya" ucapku padanya.

Setelah itu Ivanka mencium bibirku duluan dan kami berciuman sangat mesra. Bahkan rasa manis bibirnya membuatku candu dan ingin terus menciumnya tanpa henti. Tapi kegiatan kami harus berhenti sesaat karena ponselku berbunyi.

"Halo apakah ini dengan Mahesa?" Tanya seseorang di telepon.

"Ya benar.. ini siapa?"

"Saya asisten nyonya Sinaga dan saat ini beliau dalam kondisi kritis karena sakit diabetesnya.. saya mohon anda segera datang ke rumah sakit..."

Mendengar itu semua tanpa sadar membuatku lemas. Aku tidak menyangka ternyata ibuku sedang sakit keras dan aku malah terus-terusan membencinya karena masa lalu yang sudah lampau.

"Tenangkan dirimu sayang..... ayo kita ke rumah sakit sekarang.." ucap Ivanka lembut dan aku hanya menggelengkan kepala.

"Aku saja yang ke rumah sakit... kamu di rumah aja dan istirahatlah!" Balasku sambil mencium keningnya dan setelah itu aku bersiap-siap pergi ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit aku langsung bergegas masuk ruangan tempat ibu sedang dirawat. Ku lihat dia tak sadarkan diri dan tanpa sadar air mata ini ikutan keluar.....

Ivanka pernah bilang untuk segera berbaikan dengan ibu daripada aku menyesal di kemudian hari. Tampaknya ucapan Ivanka jadi kenyataan karena sekarang aku berada disini dan ibuku kondisinya kritis. Dengan menghela nafas panjang aku pegang tangannya, selama puluhan tahun aku baru lagi merasakan hangatnya tangan ibu. Meski masih kesal karena dia meninggalkanku dulu tapi sebenarnya aku tidak mau dia pergi.....

Karena ibuku hanya dijaga oleh asistennya akhirnya aku memutuskan untuk menginap disini. Aku baru tahu jika suaminya sudah meninggal dan selama ini ibuku menjalankan bisnis suaminya sendiri terlebih mereka tidak mempunyai anak. Tak heran ibu memiliki saham yang lumayan banyak di Indira Grup walaupun akhirnya dijual.

Tidak terasa hari sudah pagi dan aku memutuskan pulang karena harus bekerja. Kondisi ibuku tidak juga membaik dan dia belum sadarkan diri. Dengan langkah gontai akhirnya aku pulang ke rumah dan Ivanka langsung menyambutku.

"Bagaimana kabar ibu?" Tanyanya cemas dan tanpa sadar aku menangis.

Setelah itu Ivanka memelukku erat karena air mataku tidak bisa berhenti keluar. Kami berpelukan di sofa hingga akhirnya aku memutuskan untuk melepaskan duluan pelukan Ivanka karena harus bersiap-siap berangkat kerja.

"Kamu yakin hari ini mau kerja?" Tanya cemas.

"Ya.. aku harus tetap bekerja.."

"Aku akan pergi ke rumah sakit untuk menengok, kamu harus tetap semangat.." ucap Ivanka sambil mengelus tanganku.

Perkataan Ivanka yang menenangkan membuatku tersenyum. Semoga memang ibuku segera sadar dan aku tidak mau hidup dalam penyesalan karena belum memaafkannya!.....



Bersambung..........

SituationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang