Masih ditunggu vomentnya!!!
Mahesa
Bagiku yang hampir sepanjang hidup kehilangan kasih sayang ibu, hidupku memang terasa hampa. Bahkan karena kesedihan yang ditinggalkan oleh ibu membuat kebencian di dalam lubuk hati ini semakin besar. Tapi pada akhirnya tetap saja aku merasa sedih saat ibu harus meninggalkanku selamanya. Rasanya sangat menyesakkan dada dan aku pun resmi menjadi yatim piatu.
Sejujurnya aku sangat merindukan kasih sayang ibu tapi karena aku merupakan kepala rumah tangga jelas aku tidak bisa bersikap lemah. Beruntungnya aku memiliki Ivanka yang tanpa sadar merupakan tempatku bergantung. Meski tanpa sepengetahuan Ivanka aku sebenarnya sering menangis sendirian karena kehilangan ibu.
Setiap pulang kerja aku selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke makam kedua orang tuaku. Meski kini sebatang kara dan merindukan mereka tapi aku harus kuat. Setelah meletakan bunga dandelion di pusara mereka aku pun memutuskan pulang.
Setibanya di rumah ternyata Ivanka tidak ada dan tidak mengabariku sama sekali. Saat meneleponnya pun ponselnya tidak aktif dan membuatku cemas. Beruntung akhirnya Ivanka pulang pukul 7 malam dan tentu saja aku marah padanya. Dia adalah satu-satunya tempatku bergantung kalau aku harus kehilangannya juga bagaimana aku bisa bertahan hidup?
Namun kemarahanku tidak pernah bisa bertahan lama apalagi mendengar penjelasan Ivanka yang mengatakan ia sudah tahu siapa pembunuh kedua orang tuanya. Padahal aku bisa membantunya untuk mencari penjahat tersebut tapi dia melakukannya seorang diri yang membuatku merasa jadi suami tidak berguna.
Semenjak hamil Ivanka memang sering mengeluh gampang pegal-pegal apalagi perutnya makin membesar. Sehingga aku selalu menyempatkan diri untuk memijatnya seperti sekarang istriku yang seksi ini sedang ku pijat dari belakang dalam posisi kami berendam di kamar mandi. Dia tampak menikmatinya meski aku sesekali menjahili dia dengan mencium lehernya yang wangi stroberi.
"Ya.. benar disitu ah nyamannya.." ucap Ivanka sambil mendesah dan sialnya aku sedikit tergoda.
"Sayang pijat plus-plusnya dong aku kangen nih!!" Balasku memijat bahunya namun semakin turun.
"Nanti dulu!! Sekarang aku masih pegel!" Ivanka mengomel dan menyingkirkan lenganku yang berada di dadanya.
Sambil mengela nafas kasar aku kembali memijat kepalanya. Namun dia lagi-lagi mendesah dan membuat tubuhku panas dingin. Tampaknya Ivanka sengaja ingin menyiksaku seperti ini dan membuatku terus membuang nafas kasar.
Tapi saat mengeluh dalam hati tiba-tiba Ivanka duduk di pangkuanku dan dengan senyum nakalnya mulai mencium bibirku. Bak gayung bersambut aku pun membalasnya dengan agresif bahkan tanpa sadar menggigit bibirnya hingga dia menjerit kesakitan. Kenapa aku jadi tidak sabaran seperti ini sih?
"Maaf sayang.. maafkan aku hm..?" Aku membujuknya supaya dia tidak marah karena aku menggigit bibirnya sampai berdarah.
"Mahesa kayaknya kamu puasa dulu ya sampai minggu depan!" Ucapnya begitu tegas.
Setelah itu Ivanka malah bangun dan mulai memakai bathrobe yang tentu saja membuatku panik. Mana mungkin aku bisa tahan tidak bercinta dengannya selama seminggu.
"Ivanka masa kamu mau nyiksa aku? Aku mana tahan harus puasa selama seminggu. Kamu bercanda kan sayang?" Aku berusaha membujuknya.
"Aku serius Mahesa sayang.. byebye suami..."
Sambil menyeringai Ivanka mengecup pipiku dan meninggalkanku seorang diri di kamar mandi. Padahal aku sendiri sudah mulai tegang tapi istriku yang nakal satu ini malah mencoba mempermainkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Situationship
RomanceMahesa dan Ivanka terlibat hubungan tanpa status namun tidak bisa melepaskan satu sama lain. Meski sepakat untuk menjadi partner di ranjang diam-diam mereka memendam perasaan satu sama lain. Ini karya asliku tolong hargai dengan memberi komen dan vo...