KLANDESTIN••07

37 15 3
                                    

Happy Reading!!!
.
.
.
.
.

Claudia terus merenungkan surat yang ayahnya kirim, bahkan sekarang ia mendapatkan surat lagi yang membuat gelisah di hatinya semakin membuncah.

Untuk putri ayah
Sekali lagi ayah peringatkan, berhati-hatilah dan lihat sekitarmu. Jaga dirimu dan ibumu. Maaf, ayah belum bisa menjaga kalian.

Putriku, Claudia
Jika kamu bertemu seseorang asing yang mendekatimu, menjauhlah. Dia berbahaya. Ingat satu hal, lagi. Jangan mudah menaruh kepercayaan orang lain.

Merepotkan batin Claudia. Surat tidak jelas yang sangat merepotkan. Mengapa ayahnya senang sekali membuatnya kerepotan seperti ini. Kenapa ayahnya tidak langsung menuliskan apa maksud dari surat yang dikirimnya.

Jika seperti ini, ia khawatir akan kondisi bundanya yang tak kunjung membaik. Tadi pagi, ia mendapat pesan dari dokter Keira bahwa ia harus membawa bundanya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Akhir-akhir ini nafsu makan Bunga berkurang, juga dengan tubuh yang tampak letih dan memar di sekujur tubuhnya.

Setelah melakukan pemeriksaan itu, ia dan bundanya harus menunggu hingga beberapa hari lagi hingga hasilnya keluar.

Ah, ya. Claudia baru ingat. Ia harus menghubungi seseorang untuk membantunya.

Ia mengambil ponselnya di atas nakas dan menghubungi nomor tersebut.

"Khm" Claudia berdehem.

Orang di seberang telepon itu menjawab. "Iya?"

Diam sesaat, Claudia mengeluarkan suaranya. "Bisa kita bertemu?"

"Sepertinya penting sekali, ada apa?" tanya orang itu membuat Claudia mendengus sedikit kesal.

"Jangan banyak bertanya, aku butuh. Bisa?"

"Hm, dua puluh menit lagi"

Orang itu mematikan telepon secara sepihak dan tiba-tiba, Claudia merengut kesal. Kemudian orang tersebut mengirim lokasi untuk mereka bertemu.

Apa-apaan ini? Bukankah dirinya yang memerintah mengapa jadi orang itu yang mengirim lokasi seenaknya seperti sedang memerintah dirinya.

Claudia tidak suka diperintah! Ia buru-buru mendatangi orang tersebut. Sebelumnya ia berpamitan pada bunga dengan alasan ke rumah teman. Padahal mah teman saja tidak punya, eh.

Di Kafe Garda ia bertemu, orang itu ternyata telah sampai terlebih dahulu. Lihatlah dia yang menunggu dengan menyibukkan diri bersama ponsel.

Claudia mendudukkan dirinya di depan seseorang yang masih saja sibuk dengan ponselnya itu.

Claudia mencoba menarik perhatian orang itu dengan berpura-pura batuk. "Khm, uhuk-uhuk"

Akhirnya, orang itu menghadap ke arahnya dengan alis yang terangkat sebelah. Songong banget! Batin Claudia.

"Ada apa, tumben" celetuk seorang lelaki itu.

Claudia mengeluarkan surat-surat yang ia terima dari ayahnya. "Aku mendapat surat tidak jelas ini tetapi kata-katanya ambigu. Aku tidak paham."

Orang itu tersenyum mengejek. "Suratnya yang tidak jelas atau kamu yang tidak bisa memahaminya?" tanya lelaki itu menaik turunkan alisnya.

Sekali lagi, Claudia menatap lelaki itu dengan tatapan tajam kemudian ia melengos.

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang