KLANDESTIN••06

40 21 6
                                    

HAPPY READING!!!!!

Hatinya terasa diiris. "Maaf, ma. Tapi Kath ga salah,"

"Sampai kapan kamu mencari pembelaan, akui saja kesalahanmu!" Gunawan berteriak tepat di depan Katherine hingga menutup matanya rapat-rapat.

Katherine terisak, ia tidak sanggup jika dibentak oleh orang tuanya. "Jangan bentak Katherine, dia anak kamu!" Suara Anita menggelegar di ruang keluarga itu tidak terima melihat sang anak tidak berdaya oleh bentakan sang suami.

"Lihat didikanmu, Anita. Anakmu menjadi orang yang bertindak seenaknya, tidak bertanggungjawab."

Gunawan menggeleng seraya mengangkat kedua tangannya keatas. "Saya tidak kuat dengan anakmu. Jika saja gadis itu tidak ditemukan entah apa yang terjadi."

Gunawan dan istrinya berusaha mengatur nafas setelah berbicara menggunakan nada tinggi. "Pergi kamu, Katherine"

"Papa...,"

"Pergi ke kamarmu atau kemana saja! Saya lelah melihat ulahmu yang semakin lama semakin parah."

Katherine menangis dengan amarah yang tertahan. Claudia, semua karena Claudia. Kesengsaraan yang dialaminya itu semua karena Claudia.

Ia berjalan melewati tangga menuju kamarnya kemudian membanting pintu dengan keras.

"Kamu masih berani membelanya di depanku, Gunawan. Maka lihat apa yang selanjutnya terjadi."

"Urus wanita itu dan lihat apa yang akan terjadi ke depannya. Kau akan menyesal" Tekan Anita memalingkan wajahnya dari sang suami.

Gunawan mengernyit. "Anita, Jangan bertindak sesuka hati."

"Jika kau masih bersikukuh melindunginya, sesuatu buruk akan terjadi padanya."

"Ini tidak sesuai dengan perjanjian awal, Anita." Gunawan meninggikan suaranya merasa marah dengan amcaman yang diberikan istrinya.

Sementara Anita melengos pergi meninggalkan Gunawan yang senantiasa berdiri tanpa berniat untuk menyusul sang istri.

Sungguh, Gunawan tidak rela melihat mereka terluka barang sedikitpun. Ia menyesal, menyesal tidak bisa melindungi dua orang yang menjadi Pilar kehidupannya.

"Maafkan saya, belum bisa membuat kalian merasa aman," ujar Gunawan penuh penyesalan.

-----KLANDESTIN-----

"Claudia, bunda ingin membicarakan sesuatu dengan putri bunda."

"Kenapa, bunda?"

Sebelum menceritakan suatu hal, Bunga memeluk putrinya terlebih dahulu untuk menyalurkan hangat rasa kasih sayang.

"Kamu harus mengetahui sesuatu. Mengenai kejadian di masalalu, kakak dan nenekmu."

"Apa, bunda?"

"Kau masih ingat dengan hal yang membuatmu trauma hingga sekarang, bukan?" Claudia mengiyakan pernyataan yang Bunga ucapkan.

Claudia ingin tahu lebih dalam, apa penyebab tragedi besar yang melibatkan seluruh anggota keluarganya itu bisa terjadi?

Saat kakek dan neneknya meninggal secara bersama, serta dengan keluarga lainnya. Kala itu, Claudia masih terlalu kecil untuk mencerna apa yang terjadi.

Ia berusia lima tahun saat itu dan yang ia tahu hanyalah menyelamatkan hidupnya bersama sang bunda.

"Nak, alasan semua itu terjadi karena...," ucapan bunga terjeda oleh pening yang dirasakannya seiring dengan mengalirnya darah pekat dari hidungnya.

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang