KLANDESTIN••21

17 8 0
                                    

Happy Reading!!!!!

"Dulu waktu aku pertama kali bertemu denganmumu aku pikir dirimu adalah orang yang sangat pendiam, tetapi semakin lama aku tahu bahwa kau adalah seorang pendendam atas perlakuan buruk yang mereka lakukan."

"Kau menilaiku secepat itu." Setelah itu tidak ada percakapan lagi, tidak bertahan lama, setelah itu Claudia melempar pertanyaan oada Sandra.

"Berapa lama kita akan sampai? Percepat sedikit!" Claudia sudah tidak sabar ingin mengejek guru sialan itu.

Sandra berujar. "Sabar, Rahesa."

"Claudia," ralatnya Claudia.

"Sebentar lagi sampai."

Di depan sana terpampang jelas bangunan rumah sakit jiwa, Sandra memarkirkan motornya kemudian langsung menuju ruang Yogi Pradana berada.

Namun, di tengah perjalanan mereka ke ruang yang dituju, pasien-pasien lain yang memberontak menarik lengan baju Claudia dengan kadar sehingga Claudia langsung mendorong orang dengan gangguan jiwa tersebut.

Claudia ingin marah, tetapi ditahan oleh Sandra. "Dia orang gila, Claudia. Jangan terpancing." Claudia yang selalu terlihat tenang di depan banyak orang akan menjadi orang yang sedikit tempramental dihadapan Sandra.

Sampai di depan sel ruang rawat Yogi Pradana, terlihat orang itu duduk dilantai dengan tatapan kosong.

Dari luar sel, Claudia berjongkok untuk menyelaraskan dirinya dengan pak Yogi. "Lama tidak bertemu, Yogi Pradana."

Suara itu mengalihkan pandangan pak Yogi ke arah Claudia. Pak Yogi masih belum menunjukkan reaksi apapun, hingga Sandra berkata. "Bagaimana? Sudah gila, ya?"

Pak Yogi memberi reaksi dengan menatap mereka tajam kemudian mengucapkan rentetan kalimat yang tidak terdengar jelas.

"Kasihan sekali keluargamu, Yogi." Claudia menyebut nama pak Yogi Pradana tanpa embel-embel 'pak'.

"Kamh akhn saya hukhm," ujar pak Yogi tidak jelas. "Lihat deh, San. Ngomong udah ga jelas masih saja songong."

Claudia semakin gencar menjahili orang yang pernah mengajarnya itu hingga Sandra dibuatnya geleng-geleng kepala. Jadi, ini yang gila Yogi Pradana atau Claudia?

"Yogi, kamu lihat saja setelah ini, aku akan menghancurkan salah satu orang terdekatmu."

"Jangwn makcam-mhcam." Setalah mengatakan itu pak Yogi tertawa tidak jelas, memang gila.

"Kemari sebentar, Yogi." Titah Claudia dan siapa sangka dituruti oleh pak Yogi. Setelah mendekat pada sel yang memisahkan, Claudia menarik kerah baju pak Yogi kemudian mendorong dahinya. Tidak sopan memang.

"Claudia," peringat Sandra karena merasa bahwa tindakan Claudia telah kelewatan. "Sampai berjumpa lagi, pak tua."

Claudia menggandeng tangan Sandra yang sejak tadi diam. "Kenapa diam?" tanya Claudia.

Bukannya menjawab Sandra malah kembali bertanya. "Kenapa?" Claudia kesal pada Sandra dan terus berjalan ke depan dengan tatapan tajam.

"Bagaimanapun juga tidak sopan kamu mendorong kepalanya, Claudia. Dia lebih tua dari kamu."

Claudia menghela napasnya kasar memilih mengalah untuk mengakhiri perdebatan kecil mereka. "Baiklah"

"Sebenarnya aku ingin menghancurkan wajah sialan Yogi Pradana itu, tetapi dia gila."

"Aku masih ingin bermain-main." lanjut Claudia yang diabaikan oleh Sandra. Dalam perjalanan pulang tidak ada percakapan diantara mereka. Hanya tersengar suara deru motor.

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang