KLANDESTIN••19

20 9 0
                                    

Happy Reading!!!
----------------------------

FLASHBACK

Setelah dua tahun lamanya Bunga tidak mendapat kabar apapun dari Gunawan setelah kejadian pembunuhan pada keluarganya, kini Bunga termangu dengan secarik kertas di tangannya.

Surat perceraian

Ya, itu yang Bunga dapatkan setelah sang suami menghilang selama dua tahun. Gunawan mendatangi tempat baru Bunga tinggal.

"Bunga, maafkan aku."

"Ini? Ini yang aku dapat setelah dua tahun menunggumu? Aku pikir setelah tragedi itu kamu akan datang kepadaku lalu memelukku dengan erat"

"Ternyata aku salah, yang aku dapatkan hanya surat perceraian."

"Maafkan aku, Bunga. Ini demi kamu dan anak kita." Anita juga berada di sana. Anita duduk dengan santai di sofa milik keluarga Hery tempat Bunga tinggal.

"Bunga, Bunga. Kamu bodoh sekali." Anita mencerca Bunga setelah menyimak pembicaraan itu.

"Aku dan Gunawan telah memiliki anak. Dia, Katherine."

"Kamu kejam, Anita! Kamu sahabatku."

"Itu dulu. Dengan bodohnya aku malah mendukung hubunganmu dengan kekasihku. Bahkan jika kau tahu, keluarga Gunawan lebih setuju jika aku menjadi menantu di keluarga mereka."

Dulu, semasa sekolah Gunawan dan Anita menjalin hubungan rahasia, backstreet.

Mereka berdua merahasiakan hubungan itu dari siapapun, termasuk Bunga, sahabat Anita.

Setelahnya Bunga mengakui perasaannya pada Gunawan kepada Anita yang saat itu kekasih rahasia Gunawan.

Anita tidak mengatakan apapun, malah Anita bersikap seolah mendukung hubungan Bunga dan Gunawan. Sejak saat itu Bunga dan Gunawan menjadi dekat, serta Bunga selalu menceritakannya pada Anita.

Hingga akhirnya, setelah lulus bekerja dan Gunawan telah memiliki pekerjaan sendiri, ia memutuskan Anita karena dirinya ingin melanjutkan hubungannya dengan Bunga ke jenjang yang lebih serius.

"Sejatinya, aku milik Gunawan dan Gunawan milikku." lanjut Anita.

"Sekarang tanda tangan surat perceraianmu dengan Gunawan." Dengan isak tangisnya, Bunga menandatangani surat itu.

Tanpa berbicara apapun, Gunawan dan Anita keluar dari rumah itu meninggalkan Bunga yang masih bercerai air mata.

Hery memperhatikan dari jauh mendekat ke arah Bunga. "Tenang, putriku. Tanpa dia kau bisa melakukan apapun yang kau mau."

"Benar kata ayah, Bunga. Balasan dendammu suatu saat nanti." Sahut Bella.

"Bunda, bunda. Mengapa menangis?" Claudia yang masih berusia tujuh tahun dan tidak tahu menghubungi apapun kebingungan dengan bundanya yang menangis.

Bunga menghapus air matanya di depan sang putri. "Bunda tidak apa, nak"

"Ayah, tadi ayah sama siapa?"

"Ayah? Dia bersama keluarga barunya." Bunga memilih mengatakan secara gamblang pada Claudia karena takut jika sang putri akan terluka ditemukan hari.

"Maksud bunda?"

"Dia istri baru ayah."

"Bunda," lirih Claudia yang langsung dipeluk oleh Bunga.

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang