KLANDESTIN••17

20 8 0
                                    

Ay ay Selamat Membaca!!!




"Sayang, bunda mau bicara, sebentar" Bunga memanggil Claudia yang sibuk dengan sendirinya mempersiapkan yang ia butuhkan untuk sekolah. "Ya, bunda?" Atensi Claudia langsung beralih pada Bunga.

Claudia berjalan mendekati Bunga lalu duduk di sampingnya. "Kamu kenapa? Kenapa akhir-akhir ini bunda merasa kamu menjauh. Ada apa, nak? Ada yang salah?"

Claudia menggeleng pelan. "Bukan. Claudia hanya..."

"Hanya apa?"

Claudia menatap mata bundanya dalam-dalam. "Bunda yakin tidak menyembunyikan apa-apa dari Claudia?"

Bunga tidak tahu apa maksud dari yang putrinya katakan. "Tidak ada yang perlu bunda sembunyikan."

Lagi-lagi Claudia hanya bisa tersenyum pasrah, menunggu sang bunda menceritakan segalanya pada dirinya.

"Claudia berangkat ya, bunda?" Izin Claudia. Bunga memberikan tangannya pada Claudia untuk di cium. "Semangat putri kesayangan bunda," ujar Bunga yang membuat senyum tercipta di bibir Claudia.

"Bunda istirahat. Nanti, pulang sekolah Clau antar bunda ke rumah sakit setelahnya jalan-jalan"

Saat setelah Claudia berangkat ke sekolah dan Bunga masih ada di depan rumah, Gunawan mendatangi rumahnya.

Bunga hanya menatap kosong padanya. "Bunga, saya ingin berbicara sebentar."

"Jangan mendatangiku lagi, Gunawan. Kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa."

"Bunga, kamu salah paham." Gunawan seolah ingin menjelaskan sesuatu, tetapi ia tidak mampu untuk mengatakannya.

"Tidak ada salah paham lagi, Gunawan." Bunga menekankan kata per kata yang dirinya ucap.

"Katherine bukan-" ucapan Gunawan terpotong oleh Bunga. "Jangan menutup-nutupi kesalahanmu. Sudah jelas dia putrimu."

"Keluargamu tidak benar-benar merestui hubungan kita, Gunawan. Mereka membenciku secara diam-diam. Hanya saja kau keras kepala."

"Pada akhirnya, keluargamu lebih memilih Anita untuk menjadi pendampingmu. Lalu kau memiliki anak dengannya, bukan?"

"Katherine bukan anakku, Bunga. Harus berapa kali lagi aku jelaskan?"

"Bunga, hal itu terpaksa. Aku terpaksa karena janji yang dibuat orangtuaku dengan orangtuanya."

"Jika kau tidak dapat membuatku bahagia tolong jangan sakiti aku."

"Aku harus berpura-pura bahagia di depan keluargaku agar mereka tidak mengkhawatirkanku."

"Bahkan ketika ajal keluargaku datang, mereka sama sekali tidak tahu kebenaran yang sesungguhnya."

"Kamu lupa hal yang terjadi beberapa tahun silam?"

"Nyawa keluargaku direnggut paksa, Gunawan. Dan semua karena wanita sialan itu!" Mata Bunga memerah panas mengingat kejadian kelam yang menimpa keluarganya.

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang