KLANDESTIN••05

39 21 2
                                    

Happy Reading!

"Argh" Claudia sadar dari pingsannya memegang kepalanya yang terasa pening, dia berada di UKS.

Di sampingnya terdapat Alzena yang menemani. Claudia bergerak gelisah, ia menunduk sembari menutup matanya rapat-rapat dengan tangan menutupi bagian pelipisnya.

"Claudia, kenapa?"

"Apa yang sakit?"

"Jangan, j-jangan sakiti,"

Tidak ada balasan dari pertanyaan Alzena. Claudia menghentak-hentakkan seperti orang yang tengah ketakutan. Alzena panik meminta bantuan pada petugas UKS.

"Clau t-takut. Tolong hentikan,"

"Argh. Bunda, tolong...," Claudia mengeram dengan suara serak dan tangisnya yang sulit berhenti.

Suara geraman Claudia berhasil mengusik beberapa teman yang tengah terbaring sakit di brankar UKS juga.

Mereka berusaha menenangkan Claudia dengan berbagai cara walau belum ada yang berhasil.

Sebagian petugas UKS memanggil guru untuk menghubungi keluarga serta memanggil dokter.

Sekarang, Claudia tengah ditangani oleh seorang dokter yang dipanggil ke sekolah. Entah bagaimana caranya, akhirnya Claudia tenang tertidur pulas.

Alzena terkejut dengan reaksi Claudia, dia seperti memiliki trauma di masa lalu. Alzena tidak menyangka, Claudia yang biasanya tenang bisa bereaksi ketakutan seperti ini.

Pintu ruang UKS terbuka lebar, Bunga berlari ke arah putrinya dan memeluknya. Ia mengelus surai hitam sang putri yang tertidur pulas, mungkin karena efek obat yang diberikan.

Bunga menatap satu persatu orang yang berada di dalam UKS tersebut, ia juga memindai wajah siswa-siswi yang mengintip di depan UKS.

"Apa yang terjadi? Apa yang mereka lakukan kepada putri saya?"

"Saya ingin menyampaikan dan bertanya mengenai putri ibu." Bunga menghadap dokter itu dengan serius.

"Sebelumnya, bu guru yang bertugas di UKS ini, tolong himbau siswa-siswi lainnya untuk tidak mengganggu di depan pintu"

"Apakah putri anda memiliki trauma masa lalu? Karena tidak mungkin ia bereaksi berlebihan tanpa alasan."

"Apa perlu saja menjelaskan?"

Dokter tersebut tersenyum menghadapi Bunga sebagai ibu Claudia. "Kalau begitu, trauma yang dimiliki ananda Claudia?"

"Gelap, putriku takut gelap."

"Maaf memotong pembicaraan, saya ingin menjelaskan mengapa Claudia ketakutan seperti itu." Alzena mulai menjelaskan kejadian yang ia ketahui.

Mulai dari Alzena yang menyadari bahwa Claudia tak kunjung kembali ke kelas, kemudian Alzena berinisiatif menyusul Claudia yang mungkin ke toilet tetapi ia tak menemukannya.

Dan saat melewati gudang, ia mendengar suara orang meminta tolong, Alzena mencari petugas untuk meminta kunci dan menemaninya membuka gudang itu.

Betapa terkejutnya saat melihat Claudia tergeletak tak berdaya dengan wajah pucat kemudian dibawanya Claudia ke UKS.

"Tolong temukan siapa pelaku yang mengurung putri saya! Jika saja tidak ada yang tahu maka hal ini bisa fatal. Merugikan putri saya!"

"Bisa saja karena kelalaian Claudia, bu. Kita tidak boleh berburuk sangka."

"Jika hal ini diteruskan, maka akan rumit dan berdampak pada sekolah." Guru tua di sampingnya menyampaikan pendapat yang membuat Bunga merasa marah.

"Apakah sekolah ini lebih memilih citranya dibanding keamanan dan keselamatan siswanya?" Bunga membalikkan pertanyaan.

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang