• 𝙋𝙚𝙧𝙠𝙖𝙧𝙖 𝙠𝙪𝙚 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙨 •

199 14 0
                                    

🗡🩹🗡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🗡🩹🗡

Kunikida yang sedang fokus dengan laptopnya tersentak bukan main saat Dazai tiba-tiba muncul sembari berkata, “Nee, Kunikida-kun”

“Nani?”

“Ayo main tebak-tebakan”

“Aku sibuk, kau tidak lihat, ha?”

Dazai tidak menanggapi ucapan Kunikida, ia malah melanjutkan ide kurang kerjaannya untuk bermain tebak-tebakan.

“Ayo tebak, menurutmu apa alasan sachou telat datang pagi ini?” tanya Dazai.

“Ha? Kau gila ya”

“Gila apanya, aku bertanya. Ayo tebak, apa alasannya sachou telat pagi ini”

“Itu bukan urusanmu, Dazai! Kembali kerja!”

“Ie, sebelum kau jawab. Cepatlah, Kunikida-kun”

“Aku ti--

“Kalian menggosipi sachou, kan? Akan ku adukan nanti” celetuk Ranpo yang sedari menyimak dalam diam.

“Nee, Ranpo-kun. Kau sendiri bagaimana, hmm? Apa kau tidak ingin tau alasan sachou telat? Padahal hari ini kita ada rapat pukul delapan tau. Tapi lihat, sekarang sudah hampir pukul sepuluh”

Ranpo tidak terlalu menanggapi Dazai, matanya malah menangkap siluet seseorang yang cukup ia kenal di depan pintu. Baru saja ingin buka suara, Kyouka sudah lebih dulu membuka pintu, “Pagi, sachou” sapanya kikuk.

“Pagi, Kyouka. Pagi semuanya” sapa Fukuzawa riang kemudian masuk ke ruangannya.

“Are? Kau lihat itu, Kunikida-kun? Sachou tersenyum, wajahnya tampak bahagia. Apa ada sesua--

“Berhenti atau ku tambah kerjaanmu?” potong Kunikida tegas.

“Ha'i-ha'i. Begitu saja marah, huh!”

Dazai kembali ke mejanya, Atsushi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Hey, Kunikida-kun. Aku yaki--

Brugh~

“Hentikan omong kosongmu itu, kemudian kerjakan ini” ucap Kunikida setelah meletakkan setumpuk berkas di atas meja Dazai.

Atsushi kembali fokus ke pekerjaannya, setelah meringis melihat tumpukan berkas itu.

“Ah, Atsushi-kun. Mau kah kau mem--

“Ie, maafkan aku, Dazai-san. Aku harus pergi setelah ini. Jadi aku tidak bisa membantumu. Sekali lagi aku minta maaf”

“Huh, semua orang tidak ada yang dipihakku” gumam Dazai dengan nada dibuat-buatnya.

Ranpo beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah ruangan sachounya, Fukuzawa.

“Emm, Haruno-san. Itu kue beras untuk sachou, kan?”

“Iya, ke--

“Kemarikan, biar aku saja yang memberikannya”

“Ouh baiklah, i--

Belum sempat Haruno menyelesaikan ucapannya, Ranpo sudah lebih dulu masuk ke dalam ruangan Fukuzawa.

“Sachou, waktunya cemilan”

“Ah, iya silahkan”

Ranpo meletakkan sepiring kecil yang berisikan satu kue beras, dengan tambahan segelas teh hijau hangat.

Fukuzawa yang tadinya tersenyum, mendadak luntur senyumannya saat melihat kue beras yang ia tunggu-tunggu sudah ada bekas gigitannya, “Ranpo”

“Kenapa, Sachou?”

“A-apa kau menggigit kue beras, ku?”

“Ha? Apa itu?” tanya Ranpo sembari mengusap-ngusap sekitar mulutnya.

“Are? Ah, aku hanya ingin merasakannya sedikit, sachou. Maafkan ak--

“Sedikit? Ti-tidak bisakah kau beli sendiri, Ranpo? Kenapa juga kau harus makan kue beras ku?”

“Nee, sachou. Maafkan aku dan akan ku ganti setelah ini” Ranpo berjalan mendekat ke arah Fukuzawa. Jelas Fukuzawa bingung.

Betapa terkejutnya Fukuzawa saat Ranpo mengelap sisa makanan yang ada di mulutnya dengan yukata Fukuzawa.

“RANPO! Jangan lap mulutmu di pakaian ku!”

“RANPO! Jangan lap mulutmu di pakaian ku!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

26/10/2023.

𝙃𝙪𝙗𝙗𝙮 : 𝙁𝙪𝙠𝙪𝙯𝙖𝙬𝙖 𝙔𝙪𝙠𝙞𝙘𝙝𝙞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang