• 𝙋𝙚𝙣𝙖𝙣𝙩𝙞𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙢𝙖 𝙞𝙣𝙞 •

80 7 1
                                    

Heyyow guys, selamat malam semuanya. Aku mau minta maaf karena baru bisa update lagi, dan itu pun cuma satu chapter di lapak ini. Karena selama tiga hari ini ponselku aku tuh bener² engga bisa diajak kompromi, guys. Ponsel aku mati hidup mati hidup gitu, aku uring-uringan banget dibuat nih ponsel sebiji. Jadi aku minta sedikit waktu buat update disetiap lapak ya guys ya. Aku tau udah lama banget 'Hubby series' tuh berdebu, tapi yang kaya aku bilang ponsel aku lagi engga sehat. Jadi mohon beri saya waktu ygy. Thank you atas pengertiannya, muachh.

🗡🩹🗡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🗡🩹🗡

"Tadai..." ucapan Fukuzawa terhenti seketika saat ia mendengar suaramu tengah mengeluarkan isi perutmu di kamar mandi.

Fukuzawa langsung lari ke kamar mandi untuk memastikan kamu baik-baik saja. Sesampainya di pintu kamar mandi, Fukuzawa melihat kamu sudah terduduk lemas di dekat wc duduk.

"Sayang, kamu kenapa hmm?"

"Mual banget, mas" jawabmu seadanya tanpa menoleh ke arah suamimu.

"Udahan muntah nya? Atau masih mau muntah, sayang?"

"Udahan, mas"

"Kita pindah ke kasur, ya. Ayo mas angkat"

"A-aku bisa sendir--"

"No no no, kamu pucat banget, bahkan bicara saja kamu sudah engga kuat, sayang" potong Fukuzawa lalu mengangkat tubuhmu ke kamar dan ia rebahkan kamu di atas ranjang.

Fukuzawa menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhmu dan ia mengusap wajahmu yang penuh keringat dan juga menyingkirkan helaian rambut kamu yang mengganggu penglihatan kamu.

"Tunggu sebentar gapapa ya, sayang. Mas ke dapur dulu ambilin air hangat untuk kamu"

Kamu hanya menganggukkan kepalamu lemas. Setelahnya Fukuzawa keluar dari kamar dan berjalan ke arah dapur.

🗡🩹🗡

Fukuzawa kembali ke dalam kamar dengan segelas air hangat dan beberapa buah yang telah ia potong menjadi beberapa bagian.

"Sayang, minum dulu nih" ujar Fukuzawa kemudian membantumu untuk bersandar dengan kepala ranjang, lalu membantumu minum.

"Mas mau tanya nih, tadi kamu engga skip makan siang kan, sayang?"

"Engga kok, mas"

"Makan siangnya makan apa? Siapa tau kamu salah makan makanya sekarang muntah-muntah gini"

"Aku makan nasi goreng tahu, mas. Karena aku mendadak ingin itu, jadi aku masak itu tadi"

"Aman dong, ya. Terus kenapa tiba-tiba? " gumam Fukuzawa pelan.

Terus tak lama kemudian Fukuzawa teringat sesuatu.

"Sayang, cek ke dokter yuk"

"Ha? Aku cuma pusing dan mual-mual doang, mas. Engga perlu khawatir ah"

"Jangan gitu dong, sayang. Lebih cepat kita tahu kamu kenapa lebih bagus, kan? Lagian mas cuma ingin memastikan, sayang. Kita ke rumah sakit, ya"

Mau tidak mau, kamu akhirnya menuruti suamimu, Fukuzawa, untuk ke rumah sakit.

🗡🩹🗡

"Jadi gimana, dok? Istri saya sakit apa?" tanya Fukuzawa.

Sang dokter tersenyum kemudian berkata, "Tuan tidak perlu khawatir perihal nyonya. Karena nyonya hanya kelelahan, dan dilihat dari gejala-gejala yang dirasakan oleh nyonya [Name], ada baiknya tuan dan nyonya konsultasi langsung ke dokter kandungan untuk memastikannya"

"Lho?" kamu bingung bukan main.

"Selain gejala tadi hasil dari nyonya yang kelelahan, itu juga gejala yang sama dengan kehamilan. Ditambah nyonya bilang nyonya sudah telat tiga minggu, bukan?"

"Eh?"

🗡🩹🗡

Kini kamu dan Fukuzawa sama berdebarnya menunggu hasil dari dokter kedua yang tak lain tak bukan ialah dokter kandungan.

"Jadi, gimana dok?"

Sang dokter tersenyum hangat kemudian berkata, "Selamat ya tuan dan nyonya, karena sebentar lagi kalian akan jadi ayah dan ibu"

Kamu dan Fukuzawa terdiam sebentar. Dokternya pun terkekeh pelan, "Usia kandungan nyonya sudah memasuki minggu ketiga, dan sejauh ini janinnya nyonya cukup sehat. Sekali lagi selamat ya nyonya, tuan"

Kamu menatap ke arah Fukuzawa.

"Mas, aku hamil? A-aku engga salah dengar, kan?" tanyamu dengan mata berkaca-kaca.

Fukuzawa membawamu kepelukannya dan mengusap bahumu pelan sembari berkata, "Kamu engga salah dengar, sayang. Kamu hamil anak kita. Akhirnya penantian kita selama ini terwujud, cantik. Terima kasih ya, sayangnya mas"

“Satu lagi tuan dan nyonya. Satu hal lagi yang belum saya sampaikan”

“Apa itu dokter?” tanya Fukuzawa.

“Nyonya [Name] tengah mengandung anak kembar, tuan”

“Ha?”

25/05/2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

25/05/2024.

𝙃𝙪𝙗𝙗𝙮 : 𝙁𝙪𝙠𝙪𝙯𝙖𝙬𝙖 𝙔𝙪𝙠𝙞𝙘𝙝𝙞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang