Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🗡🩹🗡
Saat ini Fukuzawa tengah merasakan gelisah dan khawatir yang teramat jelas terlihat. Karena sedari tadi ia benar-benar berjalan mondar-mandir di depan pintu ruangan operasi tempatmu bersalin saat ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bunda kamu yang melihat Fukuzawa tengah dilanda khawatir pun memutuskan untuk menenangkan Fukuzawa.
“Yuki”
Fukuzawa menoleh ke arah mertuanya, “Kenapa, bund?”
“Duduk dulu sini, bunda mau ngomong”
Fukuzawa menganggukkan kepalanya dan kemudian duduk di sebelah bunda kamu.
“Ada apa, bund?”
“Engga ada apa-apa sih sebenernya, cuma bunda capek ngeliat kamu mondar-mandir, emangnya kamu engga capek apa, hmm?”
“Capeknya engga berasa, bund. Aku khawatir banget sama [Name] dan twins”
“Tahu, bunda tahu, nak. Tapi kamu harus tetap tenang, okay. Kita sama-sama tahu kalau [Name] itu wanita yang kuat. Jadi, kamu juga harus kuat. Dia lagi berjuang di dalam sana, dan tugas kita di sini adalah do'ain buat keselamatan [Name] dan si twins, okay?”
“Makasih sudah mengingat kan Yuki, bund”
“Sudah tugas bunda, na--” ucapan sang bunda terhenti sesaat suara tangisan bayi dari dalam ruangan bersalin.
“Bund? Su-sudah lahir, bund?” tanya Fukuzawa memastikan hal tersebut pada mertuanya.
Bunda kamu tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya pelan.
“Iya, nak. Mereka sudah lahir, selamat ya, akhirnya kamu resmi jadi tou-san hari ini, Yuki”
Fukuzawa seketika menangis di hadapan mertuanya. Sang bunda tersenyum manis kemudian memeluk menantu kesayangannya itu.
“Akhirnya penantian panjang kalian membuahkan hasilnya, ya. Sekali lagi selamat anak bunda”
