"Selamat, Tuan Samuel. Jujur, sejak awal saya memang sangat berharap anda yang akan memenangkan proyek kerja sama ini." Kata presdir perusahaan yang mengadakan proyek besar itu.
Papa yang ditemani Mahiro menyambut ucapan selamat itu dengan senang.
"Proyek itu tidak mungkin ku dapatkan jika bukan karena anak sulungku in."
Presdir itu beralih menjabat tangan si sulung. "Selamat, anak muda. Buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya. Kau sangat berbakat seperti ayahmu."
"Itu bukan apa-apa, Tuan. Saya sejak awal menargetkan untuk memenangkan proyek ini dan memberikannya pada Ayah saya sebagai hadiah dan ucapan terima kasih saya pada beliau." Ujar Mahiro merendahkan dirinya.
"Anda sangat beruntung memiliki putra seperti Mahiro, Tuan Samuel. Malam ini saya berniat mengundang anda dan Nyonya Regina untuk jamuan makan malam."
"Akan saya sampaikan pada istriku. Istriku akan senang mendengarnya."
Kedua pengusaha itu kembali membahas tentang proyek kerja sama perusahaan mereka. Sementara Mahiro, ia meminta izin untuk kembali ke perusahaannya.
Ditengah jalan ia menerima telpon dari Mama. Wanita itu meminta tolong pada Mahiro agar mengambilkan pesanan baju dan juga membelikan beberapa bahan makanan Mahiro segera memutar balik mobil menuju tujuan pertamanya, supermarket.
Selesai membeli bahan yang disuruhkan Mama, ia lekas menuju butik langganan Mamanya untuk mengambil pesanan.
Setibanya disana, ia menangkap sekilas Papanya memasuki mobil diikuti seorang wanita. Untung saja lampu lalu lintas sedang berwarna merah, tapi sayang ia tak bisa melihat dengan jelas siapa wanita itu. Dan sepertinya Papa tidak sadar jika disekitar sana ada mobil Mahiro.
"Papa tadi sama siapa, ya? Perasaan sekretaris Papa tidak ada yang perempuan? Dan lagi, Papa darimana dan mau kemana?" Gumamnya bertanya pada diri sendiri sambil melihat mobil Papa yang lenyap berbaur dengan kendaraan yang lain.
Namun segera ia tepis sebelum ia mulai berpikir yang aneh-aneh. Ia bergegas melajukan kembali mobilnya karena lampu sudah berubah menjadi hijau menuju butik yang tinggal beberapa meter lagi.
.
5 Siblings
.
"Mama, Mahiro pulang, Ma!" Seru Mahiro setelah mengganti sepatu kantornya dengan sandal rumah.
Tak ada sambutan seperti biasanya dari Mama, si sulung lalu mencari dimana Mama berada. Ia meletakkan terlebih dahulu bahan makanan di dapur sedang baju pesanan Mama ia ikutkan dalam pencariannya.
Semua tempat sudah ia periksa, kecuali kamar Mama dan Papa.
"Mungkin Mama sedang tidur siang. Ku simpan di atas lemari penyimpanan keramik Mama saja." Ia lalu menaruh kotak itu diatas lemari kaca yang tingginya hanya sebatas pinggangnya yang berada dekat dengan kamar Mama, dengan begitu wanita itu bisa langsung mengambilnya.
Kakinya menuntun anak sulung tersebut menuju kamarnya. Tanpa mengganti pakaiannya, pemuda itu langsung merebahkan badannya keatas kasurnya.
Pikirannya kembali tertuju pada kejadian beberapa jam yang lalu.
Papa darimana? Siapa wanita itu? dan masih banyak lagi pertanyaan yang muncul dikepalanya dan memenuhinya sampai-sampai ia tertidur karena memikirkannya.
.
5 Siblings
.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Siblings: the last hope
Randomsemua ini tentang kita dan nasib tentang keluarga ini kedepannya. hanya ada kita, tidak kurang dan tidak lebih. tidak boleh ada yang pergi, bertambah, atau menggantikan yang lain. yang bisa mengurangi jumlah keluarga ini hanyalah kematian. dan jika...