Mulai Muncul

26 5 3
                                    

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mengalihkan fokusnya dari layar laptop dan halaman buku yang sedang ia baca.

"Siapa?" Katanya sambil kembali melanjutkan ketikannya.

"Ini kakak, dek." Jawab Mahiro dari luar.

"Kenapa, kak?"

"Boleh kakak masuk?"

"Bentar!" Ayna bangkit dari kursinya dan membuka pintu kamarnya, "Kenapa?" Ulangnya setelah pintu terbuka.

"Ada yang ingin kakak ceritakan padamu." Kata Mahiro.

"Baiklah." Anak kedua itu lalu mempersilahkan kakaknya masuk.

"Kau sedang sibuk?" Tanya Mahiro sambil menatap layar laptop adiknya.

"Tidak juga, hanya sedang mengisi waktu luang saja." Jawab Ayna. "Jadi, apa yang ingin kakak ceritakan padaku? Apa tentang masalah pekerjaan kakak lagi? Atau ada yang lain?"

"Sebenarnya hal lain, ini tentang pemikiran kakak, tapi sepertinya masih ada sangkut pautnya dengan masalah pekerjaan."

"Oke, aku mendengarkan."

Awalanya Mahiro ragu untuk menceritakannya, tapi akhirnya ia memutuskan untuk bercerita pada Ayna. Lagipula Ayna tidak seperti adik-adiknya yang lain.

Lima menit Mahiro bercerita dan sepertinya Ayna sudah paham maksud dari cerita sang kakak sulung.

"Well, sepertinya kakak memang harus positive thinking dulu. Seperti yang kakak bilang tadi, selidiki dulu kebenarannya. Tapi, selama kakak menyelidikinya kakak jangan gegabah dan tetap tenang dan berpikir dengan kepala dingin." Jelas Ayna.

"Itu yang kakak takutkan, dek. Kau kan tau kakak itu bagaimana, kakak takut ketahuan orang itu." Kata Mahiro dengan nada putus asa.

"Dan biar ku tebak jika orang yang sedang kakak bicarakan ini adalah Papa, kan?" Mahiro tersentak kaget tak percaya.

"Bagaimana kau tau?"

"Karena aku juga ada disana melihat Papa masuk kedalam mobil bersama seorang wanita. Aku melihatnya saat sedang kerja tugas di café yang menghadap tepat ke mobil Papa yang sedang terparkir dua hari yang lalu."

"Adik-adik yang lain sudah tau?"

"Kurasa belum dan ku harap tidak, terutama Athena. Kakak kan tau sendiri kalau hal itu sampai didengar anak itu."

"Tentu saja kakak tahu, dek. Tapi pastinya kali ini akan lebih bahaya lagi dari kejadian waktu itu."

"Tepat sekali."

"Ngomong-ngomong, kapan kau akan di sidang?"

"Minggu depan. Aku ini tidak sepertimu dan Athena, kak."

"Dasar kau ini! iya deh yang rajinnya kebangetan." Ayna tertawa pelan mendengar sindiran halus sang kakak.

"Tapi semakin kau cepat di wisuda, semakin cepat juga kau akan menduduki jabatan CEO mu di bidang pertanian perusahaan Papa."

"Itulah tujuan kenapa aku ingin cepat wisuda, kak."

Mahiro bangkit menghampiri sang adik lalu mengusap pucuk kepala Ayna gemas.

"Kakak pergi dulu ya, Ayna. Selamat melanjutkan kegiatanmu." Pamit Mahiro sembari berlalu meninggalkan kamar sang adik.

"Kakak!!! Dibilangin jangan sentuh poniku!! Argh!! Ini hampir dua jam aku menatanya!!" kesal Ayna berlari ke meja riasnya untuk mengatur kembali poninya.

5 Siblings: the last hopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang