[Aku, Sana, dan malam]

111 15 8
                                    

Langit semakin gelap, hanya ada sinaran bulan dan sedikit bintang yang menemani, kami berniat pulang dari pantai itu.

Entah mengapa, waktu benar sangat cepat berlalu hari ini. Aku ingin lebih lama lagi menghabiskan waktu dengannya.

Kami sedang berada di mobil untuk bersiap pulang, aku menoleh ke belakang melihat jok mobil yang tak berpenghuni.

Disitu, ku lihat ada satu jaket yang sengaja ku tinggalkan dan tak pernah ku pakai. Segera ku ambil jaket itu menggunakan tangan kiri ku dengan susah payah.

Setelah mendapatkan nya, ku pakaikan jaket kulit berwana hitam itu ke tubuh milik Sana, aku tahu ia terkejut, tetapi kemudian ia mengerti maksud tujuanku.

Udara semakin dingin, aku tak mau princess ku terjatuh sakit. Setelah selesai memakaikannya jaket, ku kecilkan pendingin di mobil hingga bergaris satu.

"Kau ... tak kedinginan?" tanyanya sedikit ragu.

"Hm, jadi ... peluklah aku." tak meminta persetujuannya lagi, aku menarik lengan kanannya dan mendekapnya dengan lembut, meskipun sedikit susah karena jok mobil yang terpisah karena terhalang tuas transmisi dan teman temannya itu aku tetap ingin memeluknya.

helaan napas lega keluar dari mulutku, "ini lebih baik."

Ia menerima pelukan ku lalu mengelus punggung ku dengan tangan lembutnya, "Merasa lebih baik?"

Aku tersenyum mendengar pertanyaan polosnya.

"Saat seseorang sudah berikan rasa nyaman
Mengusirnya sangat menyulitkan
Menggantinya hanyalah sebuah kemustahilan."

(Karya : Roman Picisan)

Ia mengangkat kepalanya untuk melihatku, terlepasnya pelukan secara otomatis.

"Berjanjilah, Sana. Jangan pernah meninggalkan ku dengan cara apapun, dan aku akan melakukan hal yang sama. Jika kau membuat kesalahan, aku hanya perlu memaafkan, begitulah sebaliknya."

Ia tersenyum manis, sangat manis. "Jalankan mobilnya, Kim. Hari sudah semakin malam." ku pikir ia tak merespon perkataan ku, aku menurut dan segera menajalankan mobil ku

Keadaan pun hening sebentar,

"Saat kau kesepian, panggil lah aku untuk menemanimu, saat kau bersedih, panggil lah aku untuk menghapus air matamu, saat kau sakit, panggil lah aku untuk mengobati mu."

Deg!

Aku tersenyum simpul mendengar penuturannya, bagaimana bisa seorang Minatozaki Sana mengucapkan kata kata semanis itu, siapa yang berani mengajarkannya?

"Aku ingin sedikit berguna untuk 'teman' terbaikku."

Senyuman yang sudah terbentuk indah di bibirku, terganti menjadi kecut saat mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan nya.

Jangan terlalu berharap lebih, Dahyun. Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri.

"Aku akan selalu memanggil mu, bahkan saat jarak memisahkan. Karena seseorang, akan selalu pulang pada rumahnya sendiri ." ucapku yang mungkin tak akan pernah di mengerti Sana

"Huh?"

"Sana," panggil ku berusaha mengalihkan topik.

"Kenapa?"

"Maaf menanyakan ini, tetapi, bagaimana hubunganmu dengan Dex sekarang?"

Terverifikasi Milikku | SAIDA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang