[Matahari atau bulan?]

101 14 6
                                    


BIAR GA LUPA, DOUBLE AJA DEH SEKALIAN HEHEHE

HAPPY READING OLL!!!


Setelah mendengar penuturan cerita yang diberikan Sana tentang kekasihnya, ia menangis saat bercerita kepadaku.

Aku jadi semakin yakin untuk tak memberikan kesempatan lagi kepadanya untuk mendekati Sana.

Sudah cukup aku mendengar tangisan dan melihat kesedihan yang di berikan Dex pada Sana. Aku berjanji akan selalu membuat hari Sana lebih bahagia daripada bersama Dex.

Aku hanya akan selalu menghadirkan senyum yang manis diwajahnya, tawa yang menggemaskan yang dikeluarkannya dan tangisan bahagia darinya.

Dahyun pov End.

Sana pov.

Aku menunggunya disini, di lobby utama kampus. Berdiam diri karena larangannya yang tak membolehkan ku untuk pergi kemanapun.

Aku sedikit lelah karena menunggunya, namun seperkian detik kemudian, ia muncul di penglihatan ku dengan memegang sebuket bunga mawar.

Aku tak memikirkan apa yang tengah ia bawa itu, mungkin untuk seseorang atau dari seseorang, entahlah.

Entah bagaimana bisa, ia tiba-tiba dihadapan ku dengan senyuman manisnya yang tak bisa untuk tak membalas senyumannya.

"Ini, ambilah." ia memberikan sebuket bunga yang ia pegang sedari tadi itu kepadaku.

"Untukku?" tanya ku memastikan.

"Hum" ia mengangguk. "Memangnya untuk siapa lagi?"

"Memangnya ada apa? Kenapa tiba tiba memberiku bunga?" tanyaku sembari mengambil buket bunga itu.

"Hanya ingin membandingkan siapa yang lebih cantik, tapi ternyata bunga itu tidak dapat bersaing denganmu."

Blush.

Dia mulai lagi. Kenapa aku menjadi sangat malu hanya karena perkataannya itu. Tapi aku tak bisa berbohong, perkataan manisnya itu membuat ku bahagia.

"Sudah malunya? Kalau sudah, ayo kita pergi."

Plak!

Aku memukul lengannya dengan sedikit keras. "Aw!" ia merintih kesakitan dan mengusap usap dengan cepat bagian yang terkena pukul. Aku tak peduli.

"Kenapa kau suka sekali menggodaku!?" omelku sedikit menaikkan nada bicara. Bukannya aku tidak suka dengan perkataannya, aku hanya tidak suka jika perkataannya itu hanya untuk membuat ku senang.

"Menggoda bagaimana? Aku hanya memuji mu." elaknya.

"Jangan berkata seperti tadi jika itu semua bohong, Kim Dahyun." aku tak percaya begitu saja dengan mulut buaya putih di depanku ini.

"Bohong? Dimana letak bohongnya? Aku hanya memuji karya seni yang diciptakan tuhan dengan indah dan sempurna. Apa itu salah?"

Blush.

"Oke cukup, ayo kita pergi." jika dilanjutkan, tidak akan baik untuk kesehatan ku, terutama jantungku. Aku memutar balik tubuh ku untuk pergi keluar; berjalan lebih dulu untuk meninggalkannya.

"Sana!" panggilnya sedikit teriak karena mungkin kamu sudah sedikit jauh, aku tak menghiraukannya karena dia pasti ingin menggodaku lagi.

"Hey!" ia memanggi lagi dan menghampiri ku dengan berlari. saat sudah berada dekat denganku ia mengambil tanganku untuk membuatku berhenti. "Pintu keluarnya di sebelah sana."

Terverifikasi Milikku | SAIDA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang