[Cinta vs takdir]

202 22 4
                                    

"Jangan khawatir mengenai kabarku...
Aku masih mencoba untuk baik baik saja...
Memamerkan senyum palsu...
Untuk seorang badut sepertiku adalah hal biasa...
Mana berani aku menjatuhkan hati disebelah mu...
Aku?...
Yang hanya bertugas menghibur negeri dongeng ini...
Sudah cukup bersyukur dengan apa yang kita punya..."

(𝙺𝚊𝚛𝚢𝚊: 𝙵𝚒𝚎𝚛𝚜𝚊 𝙱𝚎𝚜𝚊𝚛𝚒)

Dahyun pov.

Saat sudah menyelesaikan tugasku, aku keluar dari ruangan penyiar di kampus. Sangat senang ternyata mahasiswa disini banyak yang menyukai dan sangat antusias mendengar puisi yang ku buat.

Puisi yang ku buat terinspirasi dari salah seorang yang ku sukai disini. Jika mereka tahu, mungkin mereka semua akan membenciku, atau bahkan menganggap ku aneh.

Aku sudah lama menyukai nya dalam diam. Bahkan pada pandangan pertama, aku sudah jatuh hati padanya. Matanya yang indah... Membuatku terhipnotis dan tenggelam dalam pesonanya.

Suatu ketika, akhirnya kami berteman dekat. Sangat dekat. Hingga orang lain yang tak terlalu mengenal kami, sering mengira bahwa kami sepasang kekasih.

Aku tidak berani mengutarakan perasaan ku padanya. Aku tak ingin merusak pertemanan yang sudah lama kami susun bersama, aku tak ingin kami menjadi asing jika kami tidak memiliki perasaan yang sama, lagipula dia juga sudah mempunyai kekasih lelaki yang mengisi hatinya.

Dan yang terburuk...

































































Kami adalah sesama perempuan.

Aku tidak bisa menentang hal itu. Mungkin jika ia tak memiliki perasaan padaku, aku bisa membuatnya merasakan hal yang sama denganku. Jika ia mempunyai seseorang yang dicintainya, aku juga masih bisa merebutnya untuk menjadi milikku. Tapi sayangnya, ini bukan tentang itu.

Ini lebih menyakitkan dari cinta beda agama, ini lebih menyakitkan dari cinta beda kasta, ini lebih menyakitkan dari cinta bertepuk sebelah tangan dan ini lebih menyakitkan dari cinta tanpa restu orang tua.

Cintaku... Adalah cinta melawan takdir.

Aku akan menyusun balok balok cinta ku sendiri, dengan caraku.

Sebuah tembok yang kokoh, akan hancur jika terus dipukuli. Sesuatu yang tak mungkin, akan menjadi nyata jika terus berusaha.

Dan aku mempercayai prinsip itu.

"Kim Dahyun..."

"Hufft ...." hela ku.

Aku tahu penyebab ia datang kepadaku dengan mata yang berkaca kaca dan bibir yang mempout. Biar ku tebak, ini pasti tentang kekasihnya.

"Dia lagi?" aku bertanya dengan mata yang tetap pada buku yang sedang ku baca seolah aku tak peduli dengannya.

Anggukan ia berikan, aku bisa melihatnya dari ekor mataku.

Akhirnya aku memberikan atensi kepadanya. "Kenapa lagi sekarang, hm?"

Dia mendudukkan bokongnya di kursi sebelahku.

"Dia membentak ku... " matanya penuh dengan air, bagaimana bisa matanya mampu menampung sebanyak itu? Mungkin itu sebabnya ia berbicara dengan gemetar.

Lagi lagi aku menghela napas ku, lalu kubawa dirinya ke pelukanku. Untung saja ia menerimanya.

Alhasil seluruh air mata yang ditampung nya keluar dengan derasnya, ia menangis sesenggukan. "Hiks ... Hiks ...." Aku berkali kali mengutuk orang itu karena telah membuat princess ku menjatuhkan berliannya.

Aku bersumpah akan membunuhnya jika ia sudah memutuskan hubungan dengan princess ku. Aku serius.

Karena dia adalah orang yang paling istimewa bagiku. Sana, Minatozaki Sana.

Ini bukan pertama atau kedua kalinya lelaki brengsek itu menyakitinya, ini terus berulang dari satu tahun lamanya saat pertama kali mereka menjalin hubungan,

Aku merasa sangat sakit jika melihat Sana menangis seperti ini. Dia selalu datang padaku jika ia tengah bertengkar dengan kekasihnya. Ia selalu datang seperti ini, merengek dan menahan tangisnya.

Dan aku juga yang harus menenangkannya saat air mata itu tak bisa lagi ditahannya.

Ia melepas pelukan terlebih dahulu, sepertinya ia sudah lebih tenang. Aku membantunya menghapus air mata yang membasahi wajah cantiknya.

"Sudah cukup menangisnya, kau jelek," ucapku meledeknya. Aku tahu dia sangat kesal, terlihat dari alisnya yang mengkerut.

Sebenarnya ia sangat menggemaskan saat menangis seperti ini, tetapi, Aku tak ingin melihat tangisan sedihnya, yang ingin ku hadirkan dalam hidupnya hanya tangisan bahagia.

"Wah! Lihat itu. Sangat jelek." lanjut ku tertawa kecil.

Plak!

"Aduh! Aw ..." pukulan pelan di lengan ia berikan, aku pura-pura merasa sakit agar dia tertawa. Tawanya menular padaku,sehingga aku ikut tertawa. Dia sangat menggemaskan.

"Berikan aku puisi ... " rengeknya dengan tiba-tiba.

"Eh? Tiba-tiba?" kaget Ku. Ia mengangguk dengan cepat, Aku tak bisa menahan senyum ku saat melihatnya sangat antusias untuk mendengar puisiku.

"Bagaimana kalau besok saja? Aku ada jadwal siaran lagi besok." tawarku.

"Tidak mau, aku mau sekarang." lihatlah, Sifatnya tidak pernah berubah. Ia sangat keras kepala. Untung saja aku sangat menyayangi nya.

"Baiklah." dia membenarkan posisi duduknya, saat tau aku mengiyakan.

Aku tersenyum kecil melihat itu.

Aku menatap mata indahnya dan Ia menatapku dengan mata puppy eyes nya, Aku benar tenggelam dalam pesonanya.

"Ketidaktegasan adalah sesuatu yang ada di antara kau dan aku...
Kurang ajar kah jika hatiku berharap lebih setiap kali kau menyandarkan kepala lelah mu di bahuku...
Kau memang mahir menuai harapan di hatiku...
Menaruh harapan padamu...
Seakan menggenggam duri-duri di batang mawar...
Membuatku berdarah...
Tapi aku tak kunjung pergi..."

(𝙺𝚊𝚛𝚢𝚊: 𝙵𝚒𝚎𝚛𝚜𝚊 𝚋𝚎𝚜𝚊𝚛𝚒)

Puisi yang ku buat mengalir begitu saja saat melihatnya. Sudah ku bilang, ia adalah inspirasiku.

Aku terdiam saat melihatnya tak merespon apapun, Ia terdiam. Apakah ia menyadarinya?

Tidak mungkin.

Ia menjatuhkan kembali air matanya, lalu ia memelukku dengan erat. "Aku menyukainya." Pujinya. See? Dia tak se peka itu.

Jika saja kau tahu, semua puisi yang ku buat hanya tentang mu, Minatozaki Sana.

"Berjanjilah padaku, Puisi yang tadi kau bacakan hanya untukku. Untuk siaran mu besok, buatkanlah yang lain." Tegasnya memberi perintah.

Tanpa kau beri perintah, puisi itu memang untuk mu, Sana. Dan untuk tadi, aku benar benar spontan mengucapkannya. Aku sudah menyiapkan yang lain untuk siaran besok.

"Iya iya..."













BARU LAGI NIH😌

Budayakan mem-vote yaa teman teman...
Lanjut gak?

Terverifikasi Milikku | SAIDA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang