[Teman terbaik]

125 20 8
                                    

"Dahyun, lihatlah!" unjuknya memperlihatkan foto di ponselnya, itu fotonya berdua dengan kekasihnya. "Lucu kan?"

Hampir saja aku lupa memberitahu kalian. Saat ini, kami berada di kantin kampus karena waktunya jam istirahat.

"Hm." jawaban itu sepertinya sudah cukup bagi Sana, aku memalingkan mukaku kearah depan agar tak melihat lebih lama foto yang membuat dadaku sesak.

"Dahyun." panggilnya.

Aku menengok untuk memberikan atensinya, "kenapa?"

"Kenapa kau tak mencari pasangan saja? Kulihat, sudah banyak yang menyatakan perasaannya padamu."

Kalau bukan dirimu, aku tak akan peduli.

"Memang nya kenapa?"

"Entahlah, aku hanya membayangkan kita berdua double date dengan pasangan kita masing-masing," ucapnya begitu lancar lalu tersenyum kearahku.

Aku terdiam untuk berpikir jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan Sana, "umm ..." aku berpikir, "aku sedang tak ada niatan untuk memiliki kekasih"

Selain dirimu.

"Jawabanmu selalu sama saja seperti sebelumnya." ia meminum minuman orange juice yang dipesannya.

Keheningan melanda diantara kami, ini sungguh tak mengenakkan. Dan tak lama, seseorang yang sangat ku benci di dunia ini muncul di hadapan ku.

Dia Dex, kekasih Sana.

"Hei sayang."

Cup~

Ia mencium cepat pucuk kepala Sana.

"Hei..." balas Sana tersenyum sangat manis kepadanya, membuatku memutar bola mata malas. "Kemari, duduklah di sampingku, sayang" ucapnya sembari menepuk nepuk kursi disamping nya.

"Hm, iya." ia tersenyum menjijikan.

Aku benar sudah malas melihat mereka bersama. Ralat, aku cemburu.

"Dahyun?" panggil seseorang dari belakang, aku menoleh karena merasa namaku terpanggil.

Oh, No!! Lelaki itu lagi. Dalam hati ingin sekali aku pergi menjauh darinya.

"Oh? Eunwoo? Ada apa?" tanyaku mencoba ramah padanya. Meskipun aku tengah jengkel karena Sana tengah menggodaku lewat tatapannya.

Dia Eunwoo, Cha Eun Woo. Ketua grup penyiar.

"Bolehkah aku bergabung?" tanyanya yang membawa nampan berisi makanan yang dipesan nya.

"Tentu." tidak, bukan aku yang menjawabnya.

"Duduklah disamping Dahyun, itu masih kosong." suruh Sana. Dengan cepat, aku menaruh handphone dan airpods yang ku bawa di atas kursi kosong itu.

"Ini tempat barang-barang ku," ucapku memberi alasan.

"Dahyun, kau tak boleh seperti itu."

Aku menghela napas saat Sana tak memihak ku. Alhasil, aku pun mengambil kembali barang-barang yang berada di kursi sampingku, lalu ku letakkan diatas meja.

"Duduklah" ucapku secara otomatis memberi izin.

Ia duduk dengan senyuman yang belum pudar sedari tadi. Memang orang aneh.

"Mereka cocok ya, sayang?"

"Hm, aku setuju. Bagaimana kalau kita jodohkan saja mereka?"

"Boleh, itu ide yang bagus."

"Aku mendengarnya, Minatozaki Sana." apa apaan? mereka membicarakan ku secara terang-terangan seperti itu. Aku dapat mendengarnya dengan jelas.

Oh. Dan jika saja kalian bisa melihat, lelaki aneh di sebelahku ini belum berhenti tersenyum hingga saat ini. Lalu itu ... Kenapa dia terus menatapku? wajarkah jika aku takut padanya?

Terverifikasi Milikku | SAIDA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang