Sana pov.
"Terima kasih" kataku saat turun dari motornya.
Ia tak berbicara dan bereaksi apapun, dengan terburu buru, ia memutar balik motor nya dan pergi dari rumahku.
Terkadang, dunia begitu aneh. Bagaimana jika aku benar mencintainya? Apa ia masih bisa menerimaku? Aku bodoh karena berani mencintainya.
Ku arahkan kakiku masuk kedalam rumah. Akhirnya aku sendiri lagi, tak ada kabar apapun dari Dex, sepertinya ia benar lupa dengan ku, bodohnya aku tetap memilihnya sebagai pengalihan ku.
Ting!
Terdengar bunyi pesan dari ponselku, tertera nama Dex dan aku pun dengan cepat melihatnya.
|Kau sudah pulang?
|Aku akan ke rumahmu.
Setelah membacanya, mataku dengan spontan memutar dengan malas.
Skip.
Seperti yang tadi ku baca, Dex benar datang ke rumah ku tanpa rasa bersalah sedikitpun karena meninggalkan ku. Ribuan kata kutukan sudah ku ucapkan untuk Dex dalam hati.
Ia baru saja datang, dan ku suruh untuk duduk di sofa ruang tamu ku. Kami berdua duduk di sebuh sofa, "Kau pulang bareng siapa tadi?" Tanyanya dengan nada tak mengenakan di telingaku.
"Dahyun." Jawabku jujur.
"Baiklah, bagus anak itu masih peduli dengan mu. Ku kira dia sudah tak lagi peduli dan sudah meninggal kan mu."
Ucapnya dengan dengan santai, siapa dia yang berhak menghakimi Dahyun ku? Maksudku, Dahyun bukan dirinya yang dengan mudahnya tak peduli denganku.
Pembicaraan pun di lanjutkan, aku tak ingin memperpanjang karena sedang malas berdebat dengannya. Pembicaraannya sangat monoton, sangat berbeda jika dibandingkan dengan Dahyun. Ada sangat banyak topik yang muncul jika aku sedang bersama Dahyun.
Setelah perbincangan ringan kami, tak lama Dex pun pamit dari rumahku. Baguslah. Aku tak perlu mengeluarkan tenaga ku untuk mengusirnya.
Aku mengantar nya pergi sampai ke depan pintu.
"Ah, aku ingin bilang sesuatu, Sayang." Ia berbalik menghadap ku.
"Apa?"
"Aku ingin kita sudahi saja hubungan ini."
"What???" ucapku terkejut.
"Apa maksudmu?" Tanyaku memastikan.
"Aku sudah bosan denganmu, untuk apa lagi ku pertahankan jika sudah begitu?" Ucapnya dengan sangat mudah tanpa memikirkan hatiku yang dua kali dicampakkannya.
"Aku tak ingin bertemu denganmu lagi. Selamat tinggal." Ia pergi dari rumahku dengan cepat, aku pun dengan cepat menahannya.
"Lepaskan aku, sebelum aku berlaku kasar padamu." katanya dengan tegas melepas tangan ku dengan paksa.
"Lelaki brengsek!" Makiku.
Anehnya aku tak menangis seperti di bar dulu, aku hanya merasa kesal, marah, dan...
Senang?
Apa ini perasaan normal? Kenapa perasaan ku menjadi campur aduk seperti ini? Perasaan senang yang mendominasi, membuatku tak banyak memaki dan mengutuk Dex.
Sekarang aku tak mempunyai siapapun di sisiku, tak ada lagi tempat untuk ku mengadu, menangis, atau tempat ku untuk bercerita.
Semua sudah pergi meninggalkan ku, terutama Kim Dahyun. Ia memang tak pernah dengan jelas pergi dariku, tapi aku menyadari ia sedikit menjaga jarak denganku. Aku sadar, kepergiannya adalah sebuah kesalahan terbesar yang pernah ku buat. Aku menyesalinya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terverifikasi Milikku | SAIDA (HIATUS)
RomanceCinta adalah tentang caramu menyayangi seseorang, cinta adalah tentang caramu menjaga seseorang dan cinta adalah tentang seorang Minatozaki Sana. 🍂🍁🌸💐 gxg © saforsana