[Apa arti cinta?]

70 11 3
                                    

Kembali ke kampus dengan raga yang lelah. Sepertinya aku kurang tidur semalam, lebih tepatnya tak bisa tidur karena banyak pekerjaan yang belum ku selesaikan.

Aku memaksakan diri masuk karena ingin mengembalikan jaket Eunwoo yang semalam ku pinjam, tetapi saat ku tanya temannya, ia bilang Eunwoo tidak masuk kampus hari ini.

Ku harap bukan karena ia jatuh sakit, jika iya, mungkin aku akan menyalahkan diriku karena akulah yang membuat nya sakit.

Dijalan menuju kelas, aku melihat Sana sedang melamun di kursi sambung lobby kampus, entah apa yang ia pikirkan.

Ku putuskan untuk menghampirinya, walaupun kenyataan berkata, aku belum terlalu siap untuk mendengar cerita indahnya kemarin bersama Dex.

"Hey." Ku dudukkan bokongku di samping saat aku sudah berada di dekatnya.

Tak ada respon apapun darinya, ku lambaikan tangan ku ke depan mukanya berharap ia tersadar dari lamunannya.

"Sana? Halo?" aku terus melambai.

"Eh? Kim? Ada apa?" tanyanya begitu tersadar dari lamunan.

"Ada apanya bagaimana? Justru aku yang harus bertanya padamu? Ada apa dengan mu? Kenapa melamun disini?"

Ia terdiam sebentar.

"Tidak ada," jawabnya tersenyum paksa. "Kau bagaimana? Sudah dekat dengannya? Sepertinya aku harus mendapatkan kabar baik darimu hari ini."

"Hm? Apa yang kau bicarakan?"

"Aku melihat mu kemarin sore, kau dengan Eunwoo."

Deg.

"B-bagaimana bisa?" tanya ku gugup. Entah bagaimana ia mengetahui nya, aku hanya berharap ia tak berpikir macam-macam.

"Tentu aku tahu, saat aku dengan Dex kemarin, tak sengaja kami melihatmu dengannya di halte bus, aku sempat khawatir kau kehujanan saat aku tahu kemarin kau tidak memakai mobilmu."

"Tapi aku sedikit tenang, karena melihat mu meneduh di halte bus, walaupun pada akhirnya kau bermain hujan dengannya. Asal kau senang, akupun ikut senang." ucapnya dengan senyuman yang mengakhiri ceritanya.

Dahyun pov End

Sana pov.

Maaf, aku membohongi mu lagi.

Flashback on.

Aku berlari di tengah hujan yang menerjang, air mataku sudah menyatu dengan air hujan yang menerpa wajahku.

Aku tak menyangka dengan apa yang telah diucapkan oleh Dex tadi, kata kata yang keluar dari mulutnya itu, terus mengulang di pikiran ku.

"Dasar wanita jalang."

mengapa ia sangat tega kepadaku? Bagaimana ia bisa begitu berani mengatai kekasihnya sendiri?

Hanya karena aku tidak mau menerima ajakannya untuk bercinta, karena memang aku memiliki prinsip untuk menjaga mahkotaku sendiri untuk suami yang berhasil menikahiku nanti.

Tapi, setelah apa yang ia lakukan padaku, aku menjadi ragu.

Apa ia benar mencintai ku? Apa benar aku juga mencintainya? Apa ini yang dinamakan cinta?

Aku bahkan sudah tak peduli dengan suara guntur yang menggelegar atau bahkan cahaya yang ditimbulkan petir. Aku sudah tak peduli.

Kaki ku serasa mati rasa sekarang. Sepertinya aku berjalan terlalu jauh, aku harus mengistirahatkan kakiku.

Terverifikasi Milikku | SAIDA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang