Lima

183K 11.6K 393
                                    

[ Bagian Lima ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Bagian Lima ]

"Terbiasa dalam suasana yang terkendali, membuat kita terkadang lupa akan titik yang terpenting."

"Jadi sebelum berpisah, mari hilang kendali."

***

"Udahlah, angkat dulu aja." Banyu akhirnya bersuara ketika untuk kesekian kalinya ponsel milik Sankara berdering. Hilang sudah bahasa formal yang selalu dia pakai ketika sedang di kantor. Karena memang saat ini dia bicara bukan sebagai rekan kerja, melainkan sebagai teman satu-satunya Sankara.

"Dia ga pernah gangguin lo kayak gini. Mungkin beneran ada yang penting," lanjut Banyu.

Sankara menggeleng, "She just wants to disturb me," ucapnya. Untuk kesekian kalinya Sankara kembali menolak panggilan tersebut.

"Ribut lagi lo berdua?"

Sankara mengangkat bahunya tanda tak tahu. Pria itu kemudian bangkit dari kursi kerjanya dan melakukan sedikit peregangan. "Dari beberapa hari ini tingkahnya rese banget. Padahal seinget gue tamu bulanannya masih seminggu lagi," ujar Sankara. Diambilnya segelas kopi yang disodorkan oleh Banyu tersebut, "Thanks," ucap pria itu.

"Perasaan hampir beberapa bulan belakangan gue ga pernah denger lo ngeluh tentang istri lo. Terakhir gue tanya, lo bilang udah menemukan cara untuk hidup berdampingan dengan seorang Agnita Hirawan." Banyu memasukkan tangan kanannya ke saku celana, sementara tangan kirinya memegang kopi miliknya.

"Gue pikir juga gitu," ucap Sankara sembari menyandarkan punggungnya pada dinding terdekat. "Gue pikir kita udah nemuin cara buat hidup sama-sama tanpa mengganggu satu sama lain."

"Terus? Masalahnya dimana?" tanya Banyu tak mengerti.

"She asked for a divorce, one week ago," ucap Sankara setelah menyeruput kopinya.

Banyu cukup tersentak dengan pernyataan temannya itu. "Yang bener lo? Agnita minta cerai? Karena apa?"

Sankara menggeleng, "Gue gatau alasan pastinya. Lo tau sendiri dia sulit ditebak. Tapi yang pasti dia nagih janji gue di awal pernikahan, yang gue sempat setuju untuk cerai kalau nemuin waktu yang tepat."

"Emang tolol." Banyu tak kuasa menahan dirinya untuk tidak mengumpat. "Lo berdua sama, sama-sama ngga jelas, pantesan aja nikah."

"Gue waktu itu cuma mikir cara paling aman yang ga nambah konflik. Dan menyetujui apa yang dia mau, adalah salah satu cara gue nyegah konflik di kemudian hari."

"Dan berkat cara teraman lo itu, sekarang lo harus mengiyakan keinginan dia kan?"

Sankara lagi-lagi menggeleng, "Ngga gue iyain."

Sebelum BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang