Empat

186K 12.6K 286
                                    

[ Bagian Empat ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Bagian Empat ]

"Mungkin suasana belakangan ini terlalu nyaman, sehingga membuat kita merasa tenang."

"Jadi sebelum berpisah, mari merasa gelisah."

***

Sebenarnya tenangnya Sankara memiliki dua arti yang berbeda. Pertama, memang karena pria itu sedang dalam suasana yang bisa dia kendalikan. Atau kedua, karena pria itu sedang dalam suasana hati yang tidak baik.

Dan sepertinya untuk saat ini, tenangnya Sankara memiliki arti yang kedua, alias suasana hati pria itu sedang tak baik. Lihat saja bagaimana raut wajah Sankara saat membaca satu persatu perkara yang ada di atas mejanya. Begitu ketat, seakan siap menghajar siapapun orang yang dengan sengaja menghambat investigasi internal terkait kecurigaannya terhadap praktek kepentingan kelompok di salah satu perusahaan BUMN.

"Alasan penolakannya kenapa?" tanya Sankara. Dari suaranya saja sudah dapat disimpulkan bahwa Sankara saat ini sedang dalam suasana hati yang tidak baik.

"Pihak mereka merasa bahwa investigasi ini tidak sah karena tidak adanya bukti valid yang dimiliki," terang Banyu.

"Bukannya itu tujuan dari investigasi? Untuk melakukan penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti," balas Sankara. "Coba segera atur pertemuan saya dengan dewan direksi di sana," ucapnya kemudian.

Banyu mengangguk. "Baik akan segera saya koordinasikan," ucapnya.

"Kemudian terkait regulasi—"

Ketukan pada pintu ruangan itu berhasil mengunterupsi Sankara yang baru saja hendak melanjutkan pembicaraan dengan Sektretaris Jendral-nya terkait masalah ketidakcocokan antara regulasi di pemerintah daerah dan pusat.

"Maaf, Pak, mengganggu waktunya," ucap perempuan muda itu sembari berjalan masuk ke dalam ruangan. "Ada telpon masuk untuk bapak," lanjutnya.

"Biarin dulu, saya sama Pak Sankara lagi membicarkaan beberapa hal. Kamu kan sudah saya beritahu, Pak Sankara tidak suka menerima panggilan ketika sedang bekerja." Banyu dengan sigap langsung menegur Diana —pegawai yang baru saja diterima untuk menjaga meja depan beberapa hari lalu.

"Maaf, Pak, bukan maksud ingin mengganggu, tapi ini dari ibu Agnita. Beliau bilang ada keperluan mendesak."

Sankara yang sejak tadi tampak tak peduli akhirnya mengangkat kepala. "Keperluan apa?" tanya Sankara.

Tidak biasanya seorang Agnita menelponnya. Apalagi menelpon ke nomor kantor, bukan ponsel pribadinya. Ah, sebentar, memangnya wanita itu menyimpan nomor pribadinya? Sepertinya tidak.

"Ibu Agnita tidak mengatakannya, katanya ini urusan personal," jelas Diana.

Sankara menghela napas. Jujur ia masih malas menanggapi tingkah Agnita yang mulai tidak waras akhir-akhir ini. Wanita itu jadi sering mengintili dirinya dan melakukan skinship berlebihan.

Sebelum BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang