00. PROLOG

167 12 9
                                    

Halooo! Welcome🌻

PENUHI VOTE DAN KOMENTAR YA

Happy reading 🐰



BRAK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRAK!

Seorang anak laki-laki berusia enam tahun itu terperanjat saat sebuah box tempat ia menyimpan mainan jatuh berserakan di lantai kamar.

Anak laki-laki itu melompat dari atas kasur. Secepat mungkin ia berupaya mengumpulkan semua mainannya sebelum seorang wanita mengetahuinya. Akan tetapi, dia terlambat. Belum sempat semua mainannya terkumpul, seorang wanita dari arah pintu menghampirinya dengan tatapan ganas.

"Apa yang kamu sembunyikan?" Tanya Aurie—Mama Marsel, saat melihat putra sulungnya tengah menyembunyikan sesuatu di balik punggung kecilnya.

"B-bukan apa-apa, kok, Ma," balas Marsel kecil terbata-bata.

Tidak memberi celah untuk putranya berbohong, Aurie dengan cepat menyambar benda itu dari tangan Marsel.

"Kamu tuh gak akan bisa bohongin mama, Sel. Mainan ini, siapa yang beliin?"

Marsel menundukkan kepala. Anak kecil itu tidak mau mengaku karena dia tahu ibunya pasti akan marah.

"Jawab atau mama buang sekarang!"

Ancaman dari Aurie sukses membuat Marsel menengadahkan pandangannya, namun sama sekali tidak mengubah keputusannya untuk tidak menyebut nama pembantu di rumahnya, seseorang yang telah membelikannya mainan sebagai hadiah ulang tahun.

Aurie geram. Tanpa berlama-lama lagi, ibu dari dua anak itu menarik paksa pergelangan tangan putranya, menyeret Marsel untuk dihadapkan pada suaminya, pria yang Marsel tahu, dia tidak akan segan untuk memarahi bahkan menghukumnya jika dirinya berbuat salah.

...

Selia duduk anteng di halte tempat dia dihukum. Mata bulatnya menyorot ke arah ramainya kendaraan yang berlalu-lalang. Sejak dulu, setiap berbuat salah, dia memang sudah terbiasa di tempatkan di halte ini. Terkadang, cara Laras memberinya pelajaran terlihat unik, dan hal itu juga yang tidak jarang membuat anak kecil itu tertawa.

Jauh di seberang sana, Selia tidak sengaja menangkap sesosok anak laki-laki tengah menelungkupkan wajahnya di sela-sela lutut. Karena penasaran, Selia memberanikan diri untuk menyeberang. Dia berniat menghampiri anak laki-laki itu, yang jika dilihat dari penampilannya, dia tampak putra dari keluarga berada.

"Kamu kenapa nangis?"

Anak laki-laki itu mengangkat pandangannya. Di hadapannya saat ini, berdiri seorang anak perempuan kuncir dua yang kini mensejajarkan posisi.

Steal Your Mind [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang