11. Semoga Tercapai

10 5 0
                                    

Terimakasih sudah mampir, sehat-sehat yaa 💗

FEEDBACK yang baik sangat aku tunggu 💖

•••

Jihan tersenyum di balik dinding yang menjadi pemisah antara ruang tamu dengan kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jihan tersenyum di balik dinding yang menjadi pemisah antara ruang tamu dengan kamar. Pemandangan seindah ini tidak mungkin dia lewatkan. Selesai berbaikan dengan Salsa, ternyata hati Selia tidak sekeras itu. Sahabat Jihan tersebut langsung mengajak mantan perundungnya bermain boneka di dalam kamar.

Ya, mereka berdua pantas mendapatkannya mengingat banyak sekali hal yang menjadi penghalang pertemanan keduanya dulu.

Jihan mendudukkan dirinya di kursi kayu ruang tamu. Matanya menajam sempurna, terkejut dengan deretan pesan dari mama Selia.

"Tante Laras? Tumben Tante Laras mau bicara sama gue?" Monolog Jihan saat mendapati satu pesan dari Laras yang memintanya untuk menepi karena ada yang ingin wanita itu bincangkan.

Sesuai petunjuk Laras, Jihan mengintip keadaan kamar Selia dari balik kelambu. Dirasa situasi sudah aman, perempuan itu menepi dan segera mengangkat panggilan dari orang tua sahabatnya.

"Halo, Tante?" Sapa Jihan lewat telepon.

Terdengar nada gersang dari seberang.

"Tante gapapa?" Tanyanya peduli.

Laras menghapus jejak air matanya dan menjawab, "Tante gapapa, Jihan. Selia lagi sama kamu?"

"Gak, kok, Tante. Selia lagi di kamar sama temannya. Memangnya ada apa?"

Laras menghirup udara sejenak. Pandangannya mengabur karena terlalu banyak mengeluarkan air mata semenjak sampai di stasiun. Tenaga di setiap bagian tubuhnya seakan meresap. Kekuatannya yang semula berniat memberitahukan sesuatu kepada Jihan mendadak longsor mengingat Selia, putri semata wayangnya masih membutuhkan orang tua yang utuh.

"Tante bebas bilang apapun ke Jihan. Jihan usahakan Selia gak akan tahu kalau memang Tante tidak berkenan," bujuk Jihan agar Laras dapat segera mengutarakan maksudnya.

"Tante ..."

"Tante dan Om Farhan udah pisah, Jihan. Kami sudah tidak bisa lagi menjadi orang tua yang lengkap untuk Selia."

Dada Jihan seketika berpindah ke bawah. Bahu perempuan itu merosot lesu bersamaan dengan mata lebarnya yang menatap tidak menentu semua objek yang ada di hadapan.

Jika Jihan yang bukan anak mereka saja bisa sehancur ini, bagaimana dengan Selia? Apa perempuan itu bisa menerimanya suatu hari nanti?

"Tante minta maaf, Jihan. Tante gagal mempertahankan rumah tangga untuk Selia. Selia pasti benci banget sama Tante, ya?" Ucap Laras tersedu-sedu.

Pikirannya saat ini hanya fokus pada Selia dan masa depan anak perempuannya. Laras tidak yakin dia bisa menjadi ibu sekaligus ayah untuk putrinya dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa depan yang masih sangat panjang.

Steal Your Mind [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang