13. Apa itu Kamu?

13 6 12
                                    

seneng banget udah mulai banyak yang baca, makasih ya kinci-kinciku ❤️

BAYAR PAKE VOTE DAN KOMENTAR!

SELAMAT MEMBACA 🌻

•••

"Terima kasih, Pak." Ucap Jihan, tertuju pada seorang sopir taksi yang mengantarnya dan Selia sehingga selamat sampai tujuan. Jasa yang patut diapresiasi itu Jihan tambahkan dengan secuil kebahagiaan berupa penolakan uang kembalian yang berjumlah sepuluh ribu jika dirupiahkan.

"Ih, Jihan. Kok uang kembaliannya kamu balikin? Lumayan, kan, bisa buat beli permen kapas," kata Selia yang kebetulan menyaksikan.

Perempuan dengan kemeja ivory itu tersenyum hangat. Selia di mata Jihan adalah selembar kertas putih yang harus sering-sering diisi dengan tulisan. Artinya, dia sebagai seseorang yang dua tahun lebih tua dari Selia masih perlu mengajarinya banyak hal.

"Permen kapas nanti kita beli," balas Jihan tanpa rasa jengkel. Selia tampak mencebikkan bibir karena belum mengerti kenapa Jihan bisa sebaik itu bahkan kepada orang yang tidak mereka kenal sama sekali.

Jihan melanjutkan kalimatnya, "Coba lo bayangin ada di posisi si bapak. Seseneng apa kalau pelanggan merelakan uang kembalian?"

Mata Selia berbinar terang ketika berhasil membayangkan berada di posisi itu. "Seneng banget, lah. Siapa coba yang gak mau uang?"

"Seneng, kan? So, jangan pernah takut untuk berbuat baik bahkan ke orang yang gak lo kenal, karena siapa tahu lo berbagi kebahagiaan dengan orang yang tepat."

Hati Selia selalu menghangat setiap kali Jihan menghujani telinganya dengan untaian kata-kata penuh makna. Jihan itu lumayan puitis. Merangkai kata-kata adalah salah satu keahliannya dalam menghibur orang lain.

Dirasa sudah saling memahami makna tersirat di balik peristiwa siang ini, Selia melanjutkan langkahnya menuju chathuchak market yang tinggal lima ratus meter sampai. Meski jarak yang ditempuh masih lumayan jauh, Jihan dan Selia memilih berjalan. Mereka ingin menyatu dengan suasana Kota Bangkok untuk pertama kali.

"Jihan, kayaknya kita harus cari penginapan dulu, deh. Gue kasihan lihat lo bawa barang-barang berat," ucap Selia saat mendapati Jihan tampak terengah-engah membawa dua kopernya. Perempuan itu sedikit menyesal karena tidak menuruti apa kata Jihan tempo hari. Andai saja dia menurut, pasti sekarang mereka sudah mendapat tempat untuk menginap sehingga tidak perlu susah-susah membawa barang-barang mereka berkeliling.

"Gue bilang juga apa," balas Jihan. Menempuh perjalanan sejak dari taksi hingga di sini dengan cuaca yang menyengat, cukup membuat tenaganya terkuras. Perempuan itu menyandarkan punggungnya di salah satu halte. "Ini gak naik bus aja, kah? Cape gue setan."

Selia menggaruk-garuk tengkuk lehernya. Ya, dia rasa, dia harus bertanggung jawab atas semua ini. Selia segera bertindak. Tangan mungilnya melambai ke arah sebuah motor yang dia yakini sebagai motor tukang ojek. Mata lebarnya menyipit setelah memastikan dia tidak salah dugaan.

"Jihan, buruan!"

"Hah?"

"Buruan, Nyonya Rain!"

Selia menarik-narik Jihan supaya berdiri dari duduknya. Demi menghemat biaya juga waktu, Selia berencana menyewa dua ojek, satu motor untuk dirinya dan Jihan, sedang satu motor lainnya akan dia gunakan untuk mengangkut tiga koper mereka.

"Selia, kasihan abangnya. Masa lo suruh bawa tiga koper sekaligus?" Tanya Jihan.

Selia tidak membalas. Perempuan itu justru tersenyum ke arah tukang ojek yang dia tugaskan untuk membawa barang-barang sambil berkata, "Semangat, Pak! Nanti saya kasih bonus!"

Steal Your Mind [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang