21. Salah Paham

6 3 2
                                    

Happy reading ❣️

Happy reading ❣️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••


Selia sampai di kontrakan tiga puluh menit setelah menghilang dari pandangan Marsel. Perempuan kuncir kuda itu memasuki rumahnya dengan tatapan kosong. Peristiwa tidak menyenangkan yang dia saksikan barusan berhasil menyita seluruh ruang kepala.

Selia sedih menerima kabar bahwa ibu laki-laki yang dia cinta tidak setuju jika putranya dekat-dekat dengannya.

Satu sisi dalam dirinya ingin memangkas itu semua. Tapi Selia sadar, seharusnya tidak apa-apa menganggap manis kenyataan tersebut dengan statusnya yang bukan siapa-siapa.

"Cil, tebak gue bawa apa?" seru Tiara dari dalam rumah perempuan itu.

Tiara dan Aline memang sedang berkunjung. Melihat Selia yang sepertinya tidak memberi respons, Tiara pun mengeluarkan tangannya dari belakang punggung.

"Tada!! Gue bikin sendiri, loh. Semoga enak, ya," ucapnya sambil menggenggam dua buah sando sandwich varian strawberry yang dia buat.

"Pasti enak, Ra. Gue ke kamar dulu, ya," balas Selia singkat.

Perempuan itu kemudian melempar tas beruangnya ke atas sofa dan melangkah menuju kamar tanpa memperdulikan Jihan yang memperhatikannya sedari awal.

"Selia kenapa? Murung gitu mukanya," lirih Tiara usai memasukkan sando sandwich buatannya ke dalam kulkas untuk disimpan karena Selia mungkin akan memakannya nanti.

"Berhantem, kah, lo berdua?" sahut Aline kepada Jihan.

Jihan yang baru selesai mencuci piring mengambil napas. Bahkan jika mereka bertengkar, Selia tidak pernah bersikap sedingin ini.

"Gak ada. Kayaknya gue harus tanya langsung."

Mendengar ucapan Jihan, Aline pun segera memberi nasihat,"Kayaknya jangan dulu, deh, Ji. Biarin Selia sendiri dulu."

"Gue bakal kasih ruang, tapi nanti," sarkas Jihan. Kemudian tanpa mendengarkan nasihat dari siapapun, perempuan itu berjalan membuntuti Selia ke kamarnya.

Tiara meletakkan jari telunjuk dan ibu jarinya di bawah dagu, sedang Aline hanya memandang kepergian Jihan dengan tatapan pasrah.

Mereka tahu, dalam keadaan sesulit apapun, Jihan tidak pernah membutuhkan orang lain untuk mengatasinya. Terlebih hal-hal yang berhubungan dengan Selia, Aline dan Tiara yakin perempuan itu sangat bisa diandalkan.

...

Selia duduk di tepi ranjang dengan kepala menunduk. Di sampingnya tergeletak sebuah boneka bebek berukuran sedang yang sengaja ia siapkan untuk Marsel. Namun, karena situasi yang kurang memungkinkan, Selia memilih menyimpannya.

Steal Your Mind [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang