17. Curiga

10 4 1
                                    

Hukum vote : ‼️WAJIB‼️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hukum vote : ‼️WAJIB‼️


🎀 HAPPY READING 🎀

•••

"Kita udah pisah lama. Aku gak tahu dia sekarang di mana. Tapi, aku selalu berdoa, di manapun dia berada, semoga dijauhkan dari hal-hal buruk."

Semalam penuh Marsel tidak tidur karena memikirkan kalimat yang diucapkan Selia beberapa waktu lalu. Jujur saja, Marsel sendiri tidak tahu apa yang dia harapkan dari pertemuan ini. Hatinya mengatakan bahwa dia memiliki secercah harapan tentang perempuan bermata bulat, namun logika mengelak bahwa tidak seharusnya sebuah pertemuan kebetulan dijadikan sebagai wadah menampung harapan yang tidak pasti.

Marsel menyugar rambutnya ke belakang. Dadanya kembang-kempis mencari titik ketenangan. Bertemu dengan Selia memang salah satu dari banyak impian yang ingin dia tuntaskan. Namun jika hal itu justru mengganggu siklus kehidupan dan merugikan dirinya, Marsel rela menjeda hal itu untuk sementara waktu.

"Kenapa jadi kepikiran, sih? Ingat, Marsel, Selia yang lo cari itu bukan dia. Jadi, stop berasumsi bahwa Selia cewek yang lo incar. Lo harus yakin kalau Selia lo masih berkeliaran di luar sana," monolog Marsel, berupaya meyakinkan diri bahwa semua ini hanyalah mimpi.

Tetapi, jika dilihat-lihat, memang terdapat banyak kemiripan antara gadis kecil itu dengan Selia. Rambutnya, cara dia berbicara, hingga mainan menggemaskan yang gadis itu berikan kepadanya dulu, Selia juga memilikinya.

Marsel meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Jari-jarinya yang panjang dengan lincah mencari kontak dengan nama "Gun". Marsel ingat bahwa dulu laki-laki itu pernah mengusulkan sebuah ide untuk mengadakan sebuah perkumpulan, dengan harapan Selia yang dia cari bergabung ke dalam perkumpulan itu, dan dia bisa dengan cepat menemukan sang pujaan hati.

"Halo, Phi," sapa Marsel lewat telepon.

Gun yang kebetulan sedang sibuk merawat empat kucing peliharaannya pun menjepit ponselnya di sela-sela bahu dan telinga.

"Kenapa, Nine? Langsung aja, ya. Phi lagi ngurus bocil-bocil ini,"

"Hari ini bisa ketemu?"

"Bisa bisa. Tapi agak siangan, gapapa, kan?"

"Gapapa, Phi. Nanti Nine kirim lokasinya, ya?"

Gun membalas, "Siap, Bos! Udah dulu, ya? Gue dicakar."

"Haha, oke, Phi. Sampai bertemu!" Ucap Marsel pada akhir panggilan. Laki-laki itu kemudian memasuki ruang tamu apartemennya dan secara tiba-tiba bergerak memeluk tubuh adik perempuannya dari samping.

"Phi Nine kenapa? Kayaknya lagi bahagia. Kenapa, hayo?" Ujar Achi. Achi semakin menertawai kakaknya ketika tidak sengaja melihat sebaran rona merah di pipi laki-laki itu.

Steal Your Mind [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang