Bab 43 : Janji

1.7K 144 31
                                    

Wanita kuat itu kini harus terbaring lemah. Wajahnya yang cantik kini berubah menjadi pucat. Tubuhnya penuh dengan darah dan mata indahnya senantiasa terpejam seakan engan terbuka kembali.

"Mala, gue mohon lo harus bertahan! Lo harus tetap hidup disamping gue!" panggil Raka yang terus meneteskan air mata sambil mendorong brangkar Mala.

"Gue mohon sama lo! Lo harus bertahan!!" sambungnya memegang erat tangan Mala.

Raka hanya bisa mengantarkan Mala sampai didepan ruang ICU.

"Pak, anda terluka mari saya obati" ucap seorang suster.

"Tidak usah!!" tolak Raka menyingkirkan tangan sang suster.

Khawatir, sedih dan rasa penyesalan bercampur menjadi satu. Dirinya mematung melihat brangkar Mala telah masuk ruang ICU.

"Mala, gue mohon lo harus bertahan!" ucapnya lirih namun terdengar perih.

Tak berselang lama pintu ruangan terbuka.

"Dokter bagaimana keadaan istri saya!" tanya Raka melihat dokter yang keluar.

"Kami harus melalukan operasi. Jantungnya telah berhenti berkali-kali dalam perjalanan ke sini. Pasien dalam kondisi kritis saat ini dan bapak harus banyak berdoa karena hanya Tuhan yang dapat menyelamatkannya". jelas sang dokter.

"Lakukan yang terbaik untuk istri saya!!" tegas Raka.

"Baiklah kami akan berusaha semaksimal mungkin". dokter kembali masuk kedalam ruangan.

Dirinya merasa lemas kala lampu berwarna merah menyala dan pintu ruangan tertutup. Raka menangis tersedu-sedu bersimpuh didepan pintu.

"Tuhan, jika aku masih diberi kesempatan. Aku! Kalendra Raka Bimantara berjanji akan mencintai gadisku, Nigista Amala Pradivtha dengan sepenuh hati!" janji tulus terucap disela isak tangis.

Suster kembali datang membawa obat untuk mengobati Raka. Kali ini Ia hanya terdiam tanpa melawan, energinya terkuras habis mengkhawatirkan gadisnya yang sedang berjuang antara hidup dan mati.

"Dimana anak saya, dimana Mala!" ucap Tari yang datang sudah dengan air mata.

Raka hanya diam tanpa menjawab. Ia menyandarkan kepalanya disamping pintu. Rambutnya yang berantakan, bajunya yang penuh dengan noda darah dan matanya yang sembab, menandakan bahwa dunianya benar-benar hancur.

"Kamu apakan anak saya!" ucap Tari sedikit emosi.

Raka sedikit terkejut dengan ucapan ibu mertunya.

"Maafin Raka ma ga bisa jagain Mala. Raka minta maaf" jawab Raka bersimpuh dikaki Tari.

"Belum cukup dengan rasa sakit yang kamu berikan kepada anak saya hingga kamu membawanya dalam bahaya!" bantak Tari menjauhkan kakinya.

"Maksud mama apa?"

"Saya sudah tau kalo kamu hanya menjadikan anak saya sebagai istri kontrak kamu!"

"Maafin Raka ma...."

"Kamu boleh menolak perjodohan itu, tapi kenapa kamu menerimanya jika akhirnya kamu hanya akan menyakiti Mala" suara Tari melembut tangisnya semakin kuat mengutarakan isi hatinya. Ia terduduk dikursi samping rungan.

Raka mendekati ibu mertuanya, kembali bersimpuh dikaki Tari.

"Raka minta maaf, Raka benar-benar menyesal" ucapnya dengan air mata.

Tak lama lampu berubah warna dan pintu ruangan terbuka.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya Tari yang langsung menghampiri sang dokter.

"Bagaimana istri saya dok?!"

"Bapak, ibu alhamdulillah operasi berjalan lancar, tapi.."

"Tapi apa dok?!" tanya Raka panik.

"Jika pasien tetap tidak sadarkan diri, saya khawatir pasien akan tidur lebih lama".

Suster mendorong brangkar Mala keluar dari ruang ICU untuk dipindahkan keruang rawat.

"Nak, kamu harus bertahan ya. Demi mama, demi papa dan kakak kamu!" ucap Tari membelai rambut putrinya.

"Mala, gue mohon lo harus kuat!". Raka mengelus pipi Mala.

Keduanya membantu mendorong brangkar Mala untuk dipindahkan.

Bersambung...

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang