PART 31

33 6 1
                                    

Eunbi melangkah keluar dari restoran bernuansa vintage itu. Ia merasa kewalahan hanya untuk berjalan sampai parkiran.

“Kau masuk duluan”. Ucap Mingi sambil membukakan pintu mobilnya untuk wanita tersebut.

“Ah, ya…Terimakasih”

Eunbi masuk kedalam mobil disusul Mingi setelahnya. Eunbi mengelus perutnya yang terasa penuh, ia bahkan diam-diam membuka satu kancing celananya lalu menutupnya dengan blazer hitam miliknya.

Mingi mulai menjalankan mobilnya dan sepanjang 10 menit perjalanan tak lagi ada sepatah kata yang keluar dari keduanya kecuali suara rintihan Eunbi yang masih memegangi perutnya.

"Kau kenapa?” Tanya Mingi

“Perut ku tiba-tiba terasa aneh”

“Itu karena kau kebanyakan makan. Porsi makanmu terlalu besar untuk badan mu yang kecil.”

“Semua makanannya enak. Bagaimana bisa aku menolak.”

“Ya sudah, kau bisa pakai minyak angin dulu. Setidaknya meringankan begah di perutmu”

“Dimana minyak anginnya?”

“Di laci dashboard"

Eunbi beranjak dan membuka laci. Ia merasa baikan setelah mengolesi perutnya dengan minyak angin tersebut.

“Terimakasih untuk pertolongan pertama nya…” Eunbi tersenyum pada Mingi yang masih fokus mengemudi.

“Bukan masalah”

“Dan terimakasih untuk makanannya"

“Bukankah itu janji. Apakah kita bertemu hanya untuk tidak melakukan apapun?”

“Hehe, kau benar. Lain kali aku yang akan mentraktir mu.”

“Hm? Tidak, tidak, kau tidak perlu melakukan itu”. Ucap Mingi dengan wajah tersenyum.

Cara Mingi tersenyum ternyata masih sama, amat manis dan berhasil membuat Eunbi merasakan tekanan darahnya saling berkejaran sampai ke pipi. Rasanya Eunbi ingin melompat segera keluar dari jendela mobil untuk menyelamatkan diri.

Eunbi mengalihkan pandangan kearah lain. Matanya menangkap sebuah kertas putih berukuran kecil di dalam laci dashboard yang masih terbuka.

“Apa ini?” Eunbi menarik benda tersebut keluar.

“Eunbi?!” Mingi terkesiap lalu menghentikan laju mobilnya. Dia benar-benar kaget karena ia sendiri tak tau kapan terakhir kali melihat benda itu.

“I-ini…” Mata Eunbi terbuka lebar-lebar.

Mingi menatap Eunbi khawatir. Meski kisah dalam foto itu telah lama berlalu, sejujurnya ia lebih mencemaskan perasaan wanita yang duduk disampingnya saat ini.

“M-maaf, aku tidak sopan.”

“Itu foto lama…”

Suara keduanya terdengar bertabrakan.

"Hah? Tapi sejak kapan kalian…? Tanya Eunbi dengan suara gemetar.

“Sudah lama. Entahlah aku tak begitu ingat, mungkin sejak kelulusan sekolah”

Eunbi menunduk, dadanya terasa sesak dan berat mengetahui fakta bahwa Mingi dengan mudah tersenyum lepas dengan seseorang yang baru, sementara ia masih bergelut dengan masa lalu.

“Bagaimana denganmu?”tanya Mingi untuk memecah keheningan di dalam mobil.

“Apanya?”

“Kau tidak berpacaran dengan pria lain?”

IT'S NOT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang