PART 16

118 14 10
                                    

Eun Bi's POV

Aku jadi enggan untuk pergi ke sekolah.

Udara yang dingin membuat tubuh ku menggigil. Gerimis di pagi hari ini menambah rasa malas ku untuk keluar dari rumah yang kondisinya lebih hangat

Dengan cuaca seperti ini, bukankah... lebih baik berduaan saja denganya.

"Sudah seleisai.... "

"Ah- Terimakasih  "

Mingi kini telah seleisai memakaikan mantel untuk ku. Dan ketika hal itu berlangsung, kami berada dalam jarak yang sangat dekat.

Jujur saja aku masih tetap merasakan debaran pada hatiku berpacu lebih cepat, meski kami sudah sering bersama.

"Mingi, diluar hujan... "

"Gerimis, siapa bilang hujan. Ayo cepat kita harus pergi ke sekolah"

"Mmm... A-aku tidak mau"

"Kenapa? Kau sakit? "

"Aniya... "

"Lalu? "

"Malas~ "

"Aigoo, kau ingin bolos, begitu? "

"Sehari saja... "
Ucapku sedikit merengek.

"Wae? Wae? Aku tak pernah lihat kau begini. Sejak kapan kau jadi pemalas? "

Sejak kau selalu berada di sisiku.

Tidak sekolah satu hari tidak apa dan bersama mu seharian itupun sudah cukup.

"Sehari saja...

"Nope."

"Kumohon. Dingin sekali diluar~"

"Tidak."

"Please.... "

"Kalau begitu aku pergi sendiri saja, hari ini ada ulangan harian."

Aku terdiam sesaat. Jika Mingi tetap pergi sekolah, maka aku akan tetap sendirian dirumah. Sama saja bohong.

"Ya sudah...aku ikut"

"Nah begitu. Aku saja sudah rajin, masa kau tiba-tiba malas ke sekolah hanya karena gerimis. Hari ini kita naik bus saja ya, kalau pakai motor kita bakal kebasahan. "

"Call (setuju)... "

Akhirnya kami berjalan sebentar menuju halteu, tidak lama bus yang akan kami tumpangi datang.
Mingi menginstruksi agar aku masuk terlebih dulu dan duduk di kursi belakang.

Hoodie ku basah saat perjalanan tadi membuat rambut ku ikut-ikutan basah.

Mingi menatap ku kemudian ia melepaskan hoodie di kepalaku dan merapikan rambutku.

"Dingin? "

Aku mengangguk.

Kemudian ia meniup dan menggosokan telapak tanganya. Ia kemudian menyentuh pipiku dengan kedua tanganya.

Rasa hangat menjalar di tubuhku. Tatkala bukan hanya tanganya yang menangkup wajahku, ia juga kini menatap ku dengan kedua netranya.

Ia tersenyum lembut.

Tak banyak yang bisa ku lakukan selain terdiam memperhatikan tindakan nya padaku.

Dia selalu manis.

"W-wajahmu juga basah"

Aku berinisiatif menyentuh dahinya yang terkena tetesan air dengan perlahan sambil tersenyum tipis. Menahan diri agar tetap tenang meski sebenarnya hatiku sudah porak-poranda karena ia tak pernah berhenti memalingkan wajahnya dari hadapan ku.

IT'S NOT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang