PART 17

100 14 8
                                    

Py Reading... 💕

Mingi's POV

"Apa yang kau lakukan? "

"Itu yang kau inginkan bukan? "

"Tapi tak seperti ini, ini berlebihan."

"Kau harusnya berterimakasih! "

"Tsk, sialan! "

"W-wae? Kau mau kemana Song Mingi?!!"

"......"

"YAK! Song Mingi!! "

Aku berlalu meninggalkan gadis bersurai panjang itu dan mengejar Eun Bi yang berlari sesaat setelah melihat kami berciuman.

Tidak, tidak....

Dia yang menciumku.

Ingin aku mengatakanya pada Eun Bi sekarang.
Aku ingin merengkuh Eun Bi saat ini.
Menghapus air matanya, jika ia benar-benar sedang menangis karena ku.

Aku sungguh tak pernah mengira bahwa tubuhnya yang kecil, ternyata malah mampu membuatnya memiliki kekuatan untuk berlari dengan cepat.
Membuat ku kehilangan sosoknya tepat di belokan seberang.

"HAAAH...!! Sial!! "

Eun Bi's POV

Aku tak pernah berfikir bahwa dia akan melakukannya.

Didepan mataku, dia bermesraan dengan wanita yang tak ku kenal.

Padahal tadi pagi bilang dia mencintaiku.

Mencintai ku katanya?

Mencintai apanya?

Omong kosong.

Ku fikir dengan mempercayainya semua akan baik-baik saja

Namun yang ku terima malah sebaliknya.

Setelah menemukan Mingi dengan wanita berpakaian minim itu sedang berciuman, aku segera berbalik dan berlari menjauhi apartemenya.

Meski aku sudah berupaya menyingkirkan perasaan sakit ku, tapi kilasan balik dimana mereka saling bersentuhan bibir satu sama lain membuat hatiku kembali berdenyut sakit.

Berlari dengan perasaan tak menentu, seperti kaset rusak, ingatan ku tentang pasangan panas yang berciuman itu terus menerus berputar di otak ku.

"A-anii... A-aku... tidak b-boleh.. hic... menangiss... "

Aku tidak tahu seberapa lama aku berlari, sampai aku menyadari saat ini aku dekat dengan rumah.
Aku mendekati pintu rumah dan membuka kunci dan segera menutupnya.

"Hiks... Hiks.... Na-nappeun Namja! Bodoh, bodoh sekali kau Eun Bi , benar-benar bodoh sampai kau sangat percaya padanya. "

Aku tak kuasa menahan tangis saat memasuki rumah, aku memukul-mukul dadaku yang mulai merasa sesak.
Sesekali aku menarik rambutku frustasi, kemudian menangis lagi.

Tak ada yang bisa mengalihkan fikiran ku agar aku bisa berhenti menangis sampai beberapa menit berlalu.

Sampai akhirnya suara bel berbunyi, membuat ku tersentak diam, aku mengusap wajahku dan membetulkan rambut ku perlahan.

Mungkin itu ayah atau ibu yang sudah pulang dari luar kota. Aku bergegas kearah pintu tanpa mencuci wajahku terlebih dahulu.

IT'S NOT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang