PROLOG

651 91 93
                                    

Hai-hai, kembali lagi bersama sippyteaaa di sinii!!!

Ini ceritaku yang entah keberapa, semoga aja cerita ini bisa aku selesaikan dengan baik. Mohon doanya teman-teman😭

Btw, aku jg punya beberapa cerita lainnya yg bisa kalian baca. Jadi, jangan lupa mampir ke akunku, ya!

Semoga kalian suka sama alur cerita ini.

And, say hi to Galendra plsss👋🏻

Happy reading! 🫶🏻🫶🏻🫶🏻

*****

"Kenapa harus mogok segala ini motor?" gerutu cowok yang kerap dipanggil Galen itu.

Galendra Kenz Ghalibie, seorang laki-laki yang memiliki tubuh atletis dengan tinggi 178 cm, ditambah potongan rambut comma hair yang disertai kulitnya yang berwarna putih dan hidungnya yang mancung—menambah kesan tampan di wajah laki-laki itu.

Bel pulang sekolah sudah terdengar sejak 15 menit lalu. Namun, Galen baru saja keluar dari sekolah karena hukuman yang diterimanya baru saja ia selesaikan.

Tadi ketika Galen mengendarai motornya menuju rumah, tiba-tiba motornya terhenti. Pantas saja sejak di sekolah tadi, Galen sudah merasakan motornya tidak beres. Ternyata firasatnya benar. Motor kesayangannya mogok. Beruntungnya, motor itu mogok ketika ia masih berada di sekitar lingkungan sekolah. Tepatnya di danau dekat sekolah yang biasa dilaluinya.

Galen mendorong motornya mendekati danau. Beberapa saat lalu ia telah mencoba menghubungi temannya untuk meminta bantuan dan sembari menunggu temannya, Galen memutuskan duduk di salah satu bangku yang ada di tepian danau, hingga akhirnya ketika tengah menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus lembut, ia mendengar sesuatu yang jauh lebih tidak beres daripada kondisi motornya yang mendadak mogok.

Pukulan. Suara kepalan tangan bertemu tubuh seseorang bertubi-tubi, terus menerus.. Dan teriakan. Juga makian.

"ANJING!"

"SAKIT, TOLOL!"

Fokus pandangan Galen teralih ketika mendengar suara keributan yang tak jauh dari tempatnya duduk. Ia lantas menyipitkan mata, mencondongkan tubuhnya demi menatap jelas seorang gadis yang tengah dikepung oleh segerombolan laki-laki seusianya.

Matanya membelalak kaget ketika melihat kedua tangan gadis itu digenggam oleh kedua laki-laki yang tak ia ketahui namanya. Gadis itu tampak merintih kesakitan akibat tangannya yang berada dalam cengkraman erat yang tidak mungkin ia lawan dengan tenaganya yang terbatas.

Kedua tangan Galen terkepal kuat. Ia tak suka melihat laki-laki yang menyakiti perempuan. Menurutnya, laki-laki semacam itu hanyalah kumpulan pecundang yang pantas dibasmi.

Galen lantas berdiri, mengambil langkah panjang mendekat ke arah gadis itu—berniat menolongnya.

"Lepasin cewek itu!" teriak Galen penuh penekanan. Matanya menatap tajam ke arah segerombolan laki-laki itu. Teriakan Galen membuat gerombolan laki-laki dan gadis itu menoleh menatapnya.

Laki-laki yang berada di hadapan gadis itu tersenyum meremehkan. "Lo siapa? Nggak usah ikut campur," tandasnya sembari tersenyum miring.

Galen terkekeh. "Lo nggak perlu tau gue siapa." Galen lantas berjalan mendekati laki-laki itu. "Tapi satu hal yang perlu lo tahu. Lo itu pengecut. Beraninya sama perempuan," sinisnya sembari menepuk bahu kiri laki-laki itu.

Ucapan Galen sontak membuat wajah laki-laki itu memerah. Dadanya naik turun menahan emosi. Dengan tatapan yang tak kalah tajam, ia menarik kerah Galen dan melayangkan pukulan ke wajah Galen.

"ANJING!" teriaknya murka. Tepat di hadapan wajah Galen. "LO NGGAK USAH IKUT CAMPUR, BANGSAT!"

Galen tersungkur ke belakang. Ia mengusap ujung bibirnya begitu mulai merasakan sesuatu yang basah dan lengket mengalir turun dari ujung bibir yang robek. Galen mengusapnya pelan dan lambat, dan lantas terkekeh. Ia maju dan menyerang balik laki-laki itu hingga tak berdaya. Bahkan Galen juga menghabisi kroni laki-laki itu yang tadi mencengkram erat-erat tangan gadis yang tampak bungkam di tempatnya berdiri.

Sembari kepayahan, laki-laki itu lantas berdiri dan menatap tajam Galen sembari menggeram marah, "Lo tunggu pembalasan gue!"

Kemudian, laki-laki itu pergi diikuti oleh kroninya.

Galen membalikkan tubuhnya ke belakang, menatap gadis yang sempat ia punggungi itu. Keningnya mengernyit kala mendapati raut wajah gadis itu yang menyiratkan kekesalan padanya. Akan tetapi, ia tak peduli akan hal itu. Galen mendekati gadis itu untuk memeriksa kondisinya.

"Lo nggak apa-apa?" tanyanya lembut. Pandangannya tertuju pada lengan gadis itu yang tampak memerah akibat cengkraman dari laki-laki tadi.

Gadis itu menghembuskan napas kasar. Ia mengacak-acak rambutnya gusar. "Lo ngapain sih?"

Sebelah alis Galen terangkat. Pertanda tak mengerti akan pertanyaan gadis itu.

"Gue nggak butuh bantuan lo!" Gadis itu berseru keras-keras. Sebuah reaksi yang tidak Galen bayangkan akan ia terima setelah mendapatkan bogem mentah di wajahnya, luka perih di ujung bibirnya, dan oh, tentu saja perkelahian sengit satu lawan nyaris selusin!

Galen menatapnya datar. Gadis itu sangat tidak tahu diri. Sudah ditolong susah payah, bukannya berterima kasih, tetapi justru memakinya.

"Lo nggak tahu diri banget, ya?" sarkas Galen.

Kedua mata gadis itu membulat, terbelalak kaget. "Maksud lo apa, hah?"

Galen tertawa sinis. "Seharusnya lo berterima kasih sama gue karena kalau nggak ada gue, lo bisa mampus sama mereka," ujarnya seraya menatap tajam sepasang netra cokelat gadis itu. "Manusia emang begitu, ya? Sulit banget bilang terima kasih. Definisi manusia nggak tahu diri," lanjutnya. Galen lantas beranjak meninggalkan gadis yang tengah terdiam karena ucapannya.

Mendengar ucapan Galen membuat gadis itu emosi. Ia mengepalkan tangannya hingga buku-buku jemarinya memutih. "MAKASIH, TAPI GUE BENER-BENER NGGAK BUTUH BANTUAN LO!"


Terima kasih yang sudah baca bab prolog ini,
jangan lupa tinggalkan vote & komennya, ya!

Btw, boleh bgt berteman denganku di instagram, ini akunku :

- dyahayuwulandrr
- wp.sippyteaaa

Sampai bertemu di bab 1, timakaciiii🫶🏻🫶🏻🫶🏻


- Jakarta, 16 November 2023

GALENDRA [TERBIT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang