Part 15 | Kalea dan Bintang

63 13 1
                                    

Kalea pernah meragukan dua hal dalam hidup ini. Pertama tentang masa depan yang selalu tidak pasti. Kedua tentang apa yang mungkin dirasakannya ketika duduk di balik punggung seseorang di atas motor yang melaju menembus angin malam. Keraguannya selalu bermuara pada gelombang perasaan yang sejak awal selalu tidak pasti. Kadang-kadang penuh semangat. Kadang-kadang penuh antusias. Kadang-kadang penuh kemarahan. Kadang-kadang penuh kesedihan. Kadang-kadang menyenangkan. Kadang-kadang memilukan. Segala tentang ketidakpastian perasaan selalu berakhir mempengaruhi hal-hal lain yang dibangun dan menimbulkan keraguan besar.

Melaju di atas motor, menembus angin malam di antara hiruk pikuk kehidupan malam yang dipenuhi kerlap-kerlip cahaya di sepanjang jalan, dan duduk di belakang punggung seseorang ... Kalea tidak menyangkal ia pernah meragu. Kalea pernah bertanya, apakah nyaman duduk di belakang seseorang di atas motor yang melaju? Kalea pernah bertanya, apakah menyenangkan berkendara di malam hari hanya dengan seseorang? Kalea bertanya, tidakkah berada di balik dinding kamar dengan buku dan musik menyala dari pemutar musik yang menghangat terasa lebih menyenangkan daripada berkendara di malam hari bersama seseorang, terutama seseorang yang kadang kala tampak begitu menyebalkan? Pertanyaan-pertanyaan itu kadang menggeliat dalam kepala Kalea dan ia mendapat jawabannya malam ini.

Udara malam terasa lebih dingin, tetapi nyaman ketika membelai wajahnya, menerbangkan bagian bawah helaian rambutnya yang tidak berhasil ia sembunyikan dalam helmnya yang besar, bulat, dan berat. Kendaraan-kendaraan yang melintas di sisinya kadang-kadang cepat, kadang-kadang lambat, dan semuanya tampak seperti komet-komet kecil yang meninggalkan ekor cahaya, kerlap-kerlip yang berlalu lebih cepat daripada dua kedipan mata. Gedung-gedung pencakar langit dengan lampu-lampu yang menyala, lampu-lampu jalanan yang menjulang tinggi dengan hewan-hewan kecil yang terbang mengitarinya demi mendapat kehangatan dan penghidupan, layar-layar besar di persimpangan jalan yang memutar iklan komersial menarik berdurasi lebih dari 20 detik, permainan baling-baling dengan cahaya yang berpendar, kini Kalea mempertanyakan sesuatu yang lain pada dirinya.

Kalea mengeratkan pegangannya pada pinggiran leather jacket sosok cowok yang duduk di depannya, yang menyetir untuknya melewati gedung demi gedung, ruas jalan demi ruas jalan.

"Lo suka?" Cowok yang duduk persis di depan Kalea – Galendra – bertanya. Suaranya keras, nyaris seperti sebuah teriakan, tetapi jelas tidak dimaksudkan untuk meneriaki Kalea.

Kalea mengangguk, entah anggukan dapat dilihat Galendra atau tidak. Gadis itu tidak dapat menyembunyikan senyum di balik helmnya ketika merasakan angin malam yang dingin kembali membelai pipi dan membungkus bibirnya. "Kalau gue bilang gue suka, lo nggak bakal ngeledikin gue, 'kan?" sahutnya.

Di tengah motor yang melaju lambat mendekati lampu lalu lintas yang berubah merah di persimpangan sana, Galendra tertawa. Tawanya melompat dari bilah bibirnya begitu saja, membuat pengendara motor lain menoleh ke arahnya, melemparkan tatapan bertanya apakah cowok itu cukup sehat untuk mengemudi di jalan raya atau tidak sehat sama sekali?

Kalea mencubit kecil pinggang Galendra, memperingatkan cowok itu untuk berhenti tertawa karena membuat mereka tampak seperti dua orang sinting di jalan raya. Galendra mendesis kesakitan, tetapi melalui spion yang terpasang di kedua sisi motor, Kalea bisa melihat sekilas Galendra masih mempertahankan senyum yang sama dan mau tidak mau, sadar tidak sadar, membuatnya ikut tersenyum.

"Ada tempat lain yang gue yakin bakal bikin lo suka," kata Galendra. "tapi gue butuh persetujuan lo buat bawa lo ke tempat itu? Dan sebelum itu, gue harus bilang ke lo kalau ke mana pun kita pergi malam ini, gue nggak akan bikin lo merasa terancam."

Ujung-ujung jari Kalea bergerak lambat, membuat gerakan mengetuk di pinggiran leather jacket Galendra yang dingin dan lembab. Tiga detik kemudian, ia tahu Galendra melihatnya mengangguk melalui spion sebelah kanan.

GALENDRA [TERBIT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang