Part 17

51 13 2
                                    

Bel pulang telah berbunyi sejak 7 menit yang lalu, tetapi Galen masih saja berdiri di pinggir lapangan—menunggu seseorang yang telah membuat janji dengannya tadi pagi.

Tadi saat jam istirahat pertama, Galen tidak sengaja bertemu dengan Kalea. Mereka berdua terlibat sedikit obrolan. Tadi juga Galen sempat mengajak Kalea untuk pulang bersama dan Kalea pun menyetujuinya.

Alih-alih menolak dan keingat ucapan Jevan, Kalea justru menyetujui ajakan Galen. Entah apa yang membuat bibir Kalea terasa sulit untuk menolak. Tapi yang pasti, ia sempat merutuki dirinya sendiri karena sudah mau untuk diantar pulang. Meski dalam hati Kalea terus saja merasa was-was, takut Jevan melihat dirinya yang diantar pulang oleh Galen.

Galen tersenyum saat melihat Kalea yang tengah berjalan ke arahnya dari lapangan sekolah. Ya, Galen menunggu Kalea hingga selesai dengan kegiatannya. Wajah cantik milik Kalea terlihat begitu lelah. Keringat perlahan-lahan mengucur di wajah cantik gadis itu, hingga sesekali tangan mungilnya menyeka keringat yang menganggunya.

Melihat Kalea di hadapannya, dengan segera Galen mengeluarkan kotak tisu dan menglap keringat yang mengucur di wajah Kalea. Hal itu sontak saja membuat Kalea termenung. Tubuhnya bahkan terasa kaku untuk menolak keras perbuatan Galen. Akhirnya, Kalea hanya bisa terdiam seraya menatap wajah Galen yang tengah telaten mengelap keringat di wajahnya.

"Udah," kata Galen seraya membuat tisu itu ke tempat sampah yang ada di sampingnya.

"Makasih," ucapnya. "Tapi harusnya lo nggak usah sampai lap keringat gue. Gue bisa sendiri tau."

Galen tersenyum tipis. "Nggak apa-apa. Kasihan nanti lo capek," jawabnya. Ada sedikit rasa baper dihati Kalea. Ingat, ya! Hanya sedikit, sedikit.

Kalea enggan menanggapi pernyataan Galen, ia lebih memilih mengambil tasnya dan memakaikannya di pundak. Kalea lantas menatap Galen yang tengah memperhatikannya.

"Kita langsung pulang?" tanya Kalea.

Galen menyernyit, "Emangnya mau ke mana lagi?"

Kalea terdiam. Benar juga apa yang dikatakan oleh Galen, jelas-jelas tadi cowok itu mengajaknya untuk pulang bersama bukan jalan selayaknya cewek dan cowok yang tengah melakukan pendekatan, kan?

Galen terkekeh saat melihat raut wajah Kalea yang seolah merutuki dirinya sendiri, "Oh, atau lo mau jalan dulu sama gue? Siapa tau ketagihan gara-gara kemarin, kan?"

Kalea sontak membulatkan kedua bola matanya. Ia lantas meninju pelan pundak tegap milik Galen. "Kata siapa ketagihan? Nggak, tuh!" sanggahnya.

"Oh ya?" Galen berkata seraya menaik-turunkan alisnya menggoda.

"Iya!" seru Kalea kesal.

"Kalau nggak ketagihan, nggak mungkin kan sekarang mau diajak pulang bareng?"

Kalea terdiam. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri. Ingin rasanya ia pergi dari sini, terbang jauh menembus awan hingga ke galaxy atau bahkan sampai ke planet yang paling jauh sekalipun.

Tidak mau terlihat memalukan, Kalea lantas memberanikan diri untuk menatap wajah tampan milik Galen. "Sengaja. Biar gue nggak keluar ongkos untuk naik ojek online. Kan, lumayan ada lo. Gratis." Dalam hati Kalea bersorak senang dengan jawaban asalnya. Setidaknya, kali ini ia tidak terlihat seperti orang bodoh.

Galen terkekeh, "Baiklah. Sesuai aplikasi ya Mbak tujuannya?" tanyanya seolah seperti ojek online pada umumnya yang bertanya hal serupa pada customer.

Kalea tertawa mendengarnya. Ternyata sosok Galendra ini sedikit ada lucunya juga.

"Ayo, Bang," kata Kalea seraya berjalan lebih dulu dari Galen menuju parkiran motor.

GALENDRA [TERBIT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang