Sebelum baca chapter satu, ada baiknya dengerin ini dulu😉
**
"Kau punya Coke?" tanya suara gadis bersurai pirang itu. Dentuman keras musik pesta asrama Slytherin tak menghentikan transaksi narkobanya.
"Tidak ada," jawab si anak laki laki yang biasa menjual berbagai obat obatan pada Kaia dan murid murid Hogwarts lainnya.
"Molly?" tanya Kaia lagi.
"Tidak ada."
"Roofies?"
"Tidak ada."
"Magic mushroom?"
"Tidak ada, Newton, aku berhenti," balas laki laki itu santai, beralih duduk diatas sofa dan menghiraukan Kaia sambil meminum bir yang baru saja diambil.
"Fuck," umpat Kaia mengutuk pelan. Gadis itu pergi meninggalkan ruang rekreasi dengan perasaan yang amat buruk, seperti ada batu besar yang menghantam dadanya. Tiga hari dia sudah bersih dan itu tak membuatnya merasa membaik.
Saat tibanya di menara astronomi, Kaia berdiri dengan perasaan kosong, kantung matanya semakin menghitam hari demi hari. Kaia memasang mantra Muffliato untuk meredamkan suaranya. "Fuck!" teriak gadis itu kencang. Tanpa sadar dia meneteskan air matanya.
Kaia menginjakkan kakinya di pembatas menara, berdiri dibesi pembatas itu dengan keseimbangannya.
"No! Hey." Kaia mendengar suara laki laki dan laki laki itu menariknya menjauh dari pembatas menara. Laki laki itu mendekap erat Kaia ketubuhnya, mengusap rambut Kaia dengan lembut.
"Bisa lepaskan?" ucap Kaia dengan sangat canggung. Seumur hidupnya selama enam belas tahun dia tak pernah berkontak fisik dengan laki laki. Terakhir kali adalah ayahnya saat dia berusia tiga belas tahun, itu bahkan hanya bersentuhan tangan dengan tidak sengaja saat ayahnya memberikan dia obat.
Laki laki itu menuruti instruksi Kaia, melepaskan pelukannya dari tubuh Kaia yang lebih kecil darinya. Saat Kaia melihat wajah laki laki itu, laki laki itu adalah orang terakhir yang Kaia harapkan untuk bertemu. Theodore Nott, salah satu dari anggota Slytherin yang terkenal. Berteman dengan Draco Malfoy, Blaise Zabini, Mattheo Riddle, Tom Riddle III, dan Lorenzo Berksihre.
"Kau yakin kau tidak apa?" tanya Theo yang kini duduk disamping Kaia. Wajahnya terlihat sangat cemas dan pucat. "Did you really wanted to jump?" tanyanya lagi.
"Yes and no," jawab Kaia singkat, menyandarkan punggungnya ke pembatas menara. "Iya karena aku sudah tidak tahu apa yang harus kulakukan setelah tiga hari bersih. Dan tidak karena aku masih ingin merasakan nikmatnya Roofies," tambahnya.
Gadis itu menumpukan dagu diatas kedua dengkulnya saat dia memeluk lututnya. Matanya menatap kosong lantai menara astronomi dimalam hari.
"Siapa namamu?" tanya Theo, mengeluarkan sekotak rokok dan korek api dari saku celananya.
"Kau tidak akan tahu," balas Kaia. Dia sangat malas berbasa basi dengan orang baru yang berujung akan meninggalkannya.
Theo meletakkan sepuntung rokok ditengah tengah bibirnya, dia mematik api dari korek untuk menghidupkan rokoknya. Kemudian asap mengepul dari mulut laki laki itu. "Come on, just tell me," ucapnya.
"Kaia Newton," jawab Kaia singkat. Theo menawarkan rokoknya pada Kaia, membuat gadis pirang itu mendongakkan wajahnya. Theo kenal wajah itu. Manik biru yang indah dan bulu matanya yang lentik, hidung kecilnya dan alisnya yang rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholy || Theodore Nott
FanfictionSlytherin boys series #3 Mereka bersatu bagaikan badai yang berakhir. Kaia Newton seorang gadis Slytherin yang tak pernah berbaur dengan murid murid lain, tak pernah terlihat seolah mantra menutupinya, tak pernah dihiraukan seperti bayangan. Dan The...