Chapter 2

896 64 29
                                    

Sejak hari itu, Kaia dan Theo sering bertegur sapa saat melewati satu sama lain. Seperti sekarang, Theo berjalan dibelakang teman temannya. Sebenarnya dia muak mendengar pembicaraan teman temannya yang hanya seputar wanita, sedangkan dirinya sama sekali belum menemukan tanda jika dia naksir wanita.

Namun saat itu, seorang gadis berambut pirang namun tak sepirang Draco Malfoy berjalan disampingnya. "Hai, Nott," sapa gadis itu dengan senyum minimnya. Lalu gadis itu sangat fokus pada semua perkamen perkamen yang ada ditangannya.

"Hai," balas Theo singkat, memperhatikan gerak gerik Kaia yang aneh menurutnya. "Kau tidak apa?" tanyanya.

"Tidak apa," jawab Kaia akhirnya mendongakkan pandangannya menatap Theo. "Aku harus ujian ulang dengan profesor Slughorn besok, kalau tidak aku gagal dan tidak bisa ikut N.E.W.T. karena nilaiku tidak cukup," tambahnya.

"Kau butuh bantuan? Aku bisa meminjamkan catatanku padamu," usul Theo, mengambil ransel Kaia agar gadis itu tidak terbebani sambil membawa semua catatannya. Apa salahnya? Toh mereka juga memiliki kelas yang sama pagi itu.

Manik biru itu berkilau diterpa sinar matahari, bertambah lagi saat dia menatap Theo yang sangat berbaik hati padanya. "Terima kasih, itu akan sangat membantu." Kaia tersenyum, detak jantungnya terasa akan melompat keluar dan pipinya hangat dan memerah.

"I'll meet you in the library at 7 after dinner, yeah?" tanya Theo memastikan Kaia setuju. Gadis itu cepat cepat mengangguk.

Theo membukakan pintu kelas agar Kaia bisa masuk lebih dulu. Dengan perlakuan itu, sontak membuat Kaia yang notabenenya gadis biasa tersipu. Kaia tak pernah tersipu sepanjang hidupnya, kecuali jika dia diberikan dua gram Kokain dihadapannya.

Meletakkan ransel Kaia di kursi dimana biasa diduduki oleh Kaia, Theo juga ingin bergabung disebelah Kaia, menjadi teman satu mejanya. Baru saja ingin mendudukkan bokongnya, Mattheo memanggil bersamaan dengan tatapan dari teman temannya membuat Theo terpaksa meninggalkan Kaia.

Melihat Theo pergi membuat perasaan Kaia berubah dari yang tadinya tersipu dan berbunga bunga, sekarang menjadi sendu dan melankolis. Dia sadar dia bukan siapa siapa, dimana pun. Dia tak pernah menjadi pilihan pertama, dia sadar akan hal itu.

Di mejanya, Theo diberikan ceramah dari teman temannya terutama Draco dan Tom yang masih berpikir kolot. Mengatakan jika keluarga Newton adalah blood-traitor dan ayah Kaia yang dipenjara semakin memperburuk keadaan.

"Walaupun dia pureblood, tetap saja dia menjijikkan karena bergaul dengan muggle," ucap Draco dengan nada ketusnya sambil menatap Kaia yang sedang menunduk membaca catatannya.

"Ku dengar dia memakai sejak enam tahun lalu," tambah Enzo menajamkan pandangannya pada Kaia.

"Aku akan menunggunya teler dan memaksanya bercinta denganku." Mattheo ikut menambahkan dan mereka tertawa dengan lelucon yang menurut Theo tidak lucu sama sekali.

Mendengar lelucon itu membuat Theo meluap seolah dia ingin meninju wajah Mattheo yang baru saja mengucapkan lelucon bodoh itu tentang Kaia, dan bergantian meninju wajah teman temannya yang tertawa.

Kaia selalu menjadi bahan lelucon di asrama mereka, tapi entah kenapa kali ini Theo merasa lelucon itu sudah berlebihan dan tidak lucu lagi.

Melihat posisi Kaia sekarang, rasanya sangat tidak adil menjadikannya bahan lelucon disaat dia hanya mencoba untuk bertahan hidup. Wajahnya selalu tertunduk menghindari pandangan orang lain. Dia selalu menghindari orang lain, tapi orang orang yang tidak bisa berhenti mengusiknya. Tapi jika membelanya, Theo pun akan menjadi bulan bulanan teman temannya.

Is it worth it to defend her? Theo bertanya didalam hatinya.

***

Sesuai perjanjiannya dengan Theo, Kaia pergi ke perpustakaan setelah makan malam tepat jam 7. Saat Kaia sampai, Theo belum terlihat disana. Gadis itu memutuskan untuk duduk dan menunggu.

Melancholy || Theodore NottTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang