Chapter 7

758 69 49
                                    

Pagi itu sebagian murid murid mendapatkan surat, dan kiriman kiriman kecil dari orang tua mereka termasuk Theo. Theo mendapat surat dari rumahnya. Dibukanya stamp hijau dengan lambang huruf "N" yang menyegel suratnya. Theo membaca satu persatu kalimat yang ditulis rapi oleh ayahnya.

Teddy,

Nonna sudah tiada. Tidak usah khawatir, jangan berbuat macam macam disana.

F.N

Theo meremas surat yang ada ditangannya sangat erat, tiba tiba dia kehilangan napsu makannya. Dia sontak berdiri dari tempat duduknya, pergi meninggalkan teman temannya begitu saja.

Namun hanya satu orang yang bergerak menyusulnya keluar dari Great Hall. "Theo," panggil suara itu yang terus mengikut dibelakang Theo.

"Theo, ada apa?" tanya Kaia, meraih tangan Theo agar laki laki itu berhenti berjalan, namun Theo menepis tangan Kaia dengan kasar.

"Back off, Newton," ujar Theo dengan nada yang sangat dingin dan datar. "Bisakah kau tidak membuntutiku? Kau kira masalahku hanya kau?"

Kaia tersentak atas ucapan Theo. Theo tak pernah berbicara dengan nada sekasar itu pada Kaia. Kaia merasa hatinya menciut, seperti dia bukanlah hal penting dihidup Theo walaupun dia benar, Kaia bukan satu satunya masalah dihidup Theo.

"Okay." Kaia mencoba untuk tetap tersenyum walaupun didalam hatinya hendak runtuh. Gadis itu mundur selangkah lalu berlari kembali kedalam Great Hall.

***

Perasaan Theo sangat tak karuan hari itu ditambah Kaia yang seharian menghiraukannya dan dia mulai sedikit menyesal karena membentak gadis itu pagi tadi. Ingin rasanya dia menghilang dari keramaian.

Tentang kematian neneknya, Theo hanya memberi tahu Blaise dan Blaise hanya mengucapkan; "I'm so sorry, mate." Didalam hatinya dia tahu betul jika Blaise tak mengerti apa yang dirasakannya.

Matilda Nott adalah satu satunya figur wanita dalam hidupnya. Hanya nenek lah yang peduli tentang apa yang Theo lakukan, dan hanya dia yang peduli pada perasaan Theo dikeluarganya. Kehilangan neneknya adalah satu hal yang tak pernah dia duga. Dan dengan kehilangan neneknya pula, Theo belajar untuk merelakan dan dari kehilangan ini juga Theo mengerti jika dikehidupan ada yang namanya datang dan pergi.

Disaat melihat Kaia yang lebih memilih duduk bersama Neville Longbottom membuat Theo sadar jika dia tak ingin kehilangan teman seperti Kaia. Dia ingin menjadi satu satunya orang yang berbagi tawa bersama Kaia, bukan orang lain.

***

Saat makan malam pun masih sama, Kaia hanya melewatinya bersama Pansy. Mereka tertawa bersama dan duduk bersebelahan. Kaia yang biasanya selalu duduk bersebelahan dengan Theo, sekarang memilih duduk bersama temannya yang lain.

Ditengah tengah keramaian teman temannya, Theo merasa kosong dan sepi. Dia tidak senang dengan pembicaraan teman temannya yang hanya membahas bagaimana mereka meniduri wanitanya, itu sangat menjijikkan. Bagi Theo, sex adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan orang yang tepat, bukan hanya menyalurkan napsu.

Lagi pula Theo tak suka banyak bicara, dia hanya ingin mendengar omong kosong yang diberikan Kaia, celotehan celotehannya yang menurutnya lucu.

Sedari tadi Theo hanya mengaduk aduk piringnya tanpa menyuapkan sesuap makanan pun kedalam mulutnya. "Ayolah, mate, kau harus makan," senggol Blaise disebelahnya.

"Aku tidak lapar," balas Theo singkat, meletakkan garpu diatas piringnya, menyudahi sesi makan malamnya dan meninggalkan Great Hall.

***

Melancholy || Theodore NottTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang