Sekarang rumor tentang pesta dansa itu bukan hanya rumor, melainkan benar adanya. Awal Desember, murid murid dari sekolah lain mulai berdatangan. Tahun ini yang bisa hadir hanya murid murid Beauxbatons dan Durmstrangs.
Mereka semua akan bersinggah untuk beberapa hari di Hogwarts hingga puncak acara Yule Ball. Disaat saat ini lah murid murid mencari pasangannya untuk diajak ke pesta dansa itu.
Hari itu Kaia dan murid murid lainnya baru selesai dari kelas Mantra. Kaia berjalan bersama Theo disampingnya sedangkan teman teman Theo yang lain didepan mereka, bersama kekasih masing masing kecuali Blaise, Enzo dan Tom tentunya. Siapa yang ingin berkencan dengan si busuk hati seperti Tom?
Seperti hari hari biasanya, Theo membawakan tas Kaia walaupun dia juga membawa tasnya sendiri. Jadi yang dipegang Kaia hanya buku catatannya.
"Kau tidak seharusnya tertawa tadi," ucap Theo masih merajuk akan kejadian dikelas mereka.
"Aku tahu, tapi wajahmu lucu, aku tidak tahan," balas Kaia, menahan tawanya jika teringat kejadian itu.
"Akan kuhantam hidung Finnigan itu," gerutunya pelan. Dikelas Mantra tadi, Seamus Finnigan berada disatu tim dengan Theo. Profesor Flitwick meminta mereka untuk menggunakan mantra portkey pada piala mereka, tapi Seamus malah mengubah pialanya menjadi tikus. Satu kelas terjerit, tapi parahnya lagi Theo takut dengan tikus karena dia tak pernah melihat tikus selama hidupnya.
"Jangan emosi," ucap Kaia mengusap lengan Theo dengan niat menggodanya.
Theo memutar bola matanya untuk menanggapi godaan Kaia. Saat mereka akan melewati koridor yang biasa mereka lewati, Kaia menarik Theo ke koridor lain yang lebih sepi untuk bicara dengannya.
"Kenapa lewat sini?" tanya Theo, mengernyitkan dahinya, menunduk untuk menatap Kaia.
"Aku hanya ingin bicara," jawab Kaia mendapatkan anggukan pelan dari Theo. "About the ball. Kau ingin pergi?" Kaia melontarkan balik pertanyaan pada Theo.
Theo menggelengkan kepalanya. "Tidak. Kau tahu aku, Kaia, aku tidak suka tempat ramai."
Kaia mengangguk pelan, mencoba untuk mengerti dimana Theo berada. "Tidak denganku?" tanya Kaia lagi.
"No," jawab Theo dengan cepat. Dia tidak menyangka Kaia akan mengajaknya ke pesta dansa. Jantungnya berdegup kencang seolah akan melompat dari tempatnya. Theo tak mengerti perasaan apa ini.
"Okay, i appreciate your honesty," ucap Kaia berusaha kuat untuk tersenyum walaupun hatinya hancur seperti dihantam batu besar.
"Kaia, we can stay in my dorm if you're not going," balas Theo, dia merasa bersalah karena menolak Kaia. Tapi dia berkata jujur. Dia tidak suka acara resmi yang ramai dipenuhi orang orang yang membuatnya sesak.
Kaia hanya mengangguk pelan, berusaha menepis rasa sedihnya dengan tersenyum. "Kau tahu? Ada sesuatu yang belum ku beritahu padamu."
Theo hanya berdeham menatap Kaia, mengerutkan dahinya.
"Aku memiliki sindrom sinestesia," ungkap gadis itu, mendekap buku catatan yang dia bawa didadanya.
"Sinestesia? Baru kali ini aku mendengar itu," tutur Theo, masih menatap Kaia namun kali ini wajahnya lebih serius.
"Sinestesia adalah kondisi neurologis dimana otakku bisa merangsang beberapa indera sekaligus. Ada beberapa synesthetes atau orang yang mengidap sinestesia bisa merasakan warna dan melihat suara," ujar Kaia, menjelaskan apa yang dia alami.
"Is that even possible?" tanya Theo semakin mengernyitkan dahinya karena bingung.
"Yes, it is," jawab Kaia "Ada beberapa macam sinestesia dan aku memiliki Chromesthesia, aku bisa melihat warna melalui suara," imbuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholy || Theodore Nott
FanfictionSlytherin boys series #3 Mereka bersatu bagaikan badai yang berakhir. Kaia Newton seorang gadis Slytherin yang tak pernah berbaur dengan murid murid lain, tak pernah terlihat seolah mantra menutupinya, tak pernah dihiraukan seperti bayangan. Dan The...