Kaia melarikan diri ke kamar Pansy, bahkan dia belum sempat mengganti gaunnya, masih dengan gaun hitamnya. Gadis itu berdiri didepan pintu kamar Pansy, mengetuknya dengan pelan.
Tak memerlukan waktu lama, pintu itu terbuka dengan sendirinya. Dengan cepat Kaia masuk dan mengunci kembali pintu itu.
"Kaia, what's wrong?" tanya Pansy, menggeliat ditempat tidurnya. Dia baru saja akan tertidur tapi terbangun kembali karena ketukan di pintunya.
"Nott, he kissed me!" ucap Kaia terjun ketempat tidur Pansy membuat gadis berambut bob itu terduduk.
"Kaia, don't. Kau bilang kau dengan Sebastian? Dan sekarang tiba tiba Nott menciummu? Kau gila?"
"Yes... No, Pans! Dia yang menciumku, bukan aku."
"Harusnya kau menghajarnya, bukannya menangis." Pansy menoyor kepala Kaia, dengan sigap dia mengambil kapas pembersih riasan wajah dan mengusapkannya keseluruh wajah Kaia. Karena dia sangat kesal dengan ketololan temannya ini, dia menggosokkan kapas itu dengan sangat kuat.
"Pansy, sakit!" geram Kaia memerotes, sontak membuatnya berhenti menangis.
"Kau memang harus kuajarkan cara menghajar pantat," ucap Pansy, membuang kapas yang sudah kotor dengan semua riasan wajah Kaia.
Kaia memutar bola matanya muak sebab yang dibicarakan Pansy hanyalah kekerasan, sedangkan dia yang sangat mungil nan gemulai ini tak mungkin mengangkat roknya untuk menendang bokong seseorang, terlebih lagi laki laki.
"Jadi sekarang bagaimana?" tanya Pansy, meletakkan pembersih riasan wajahnya. "Kau pilih Nott atau Sebastian pacarmu itu," tambahnya.
"Aku tidak tahu, Pans—"
"Lama lama kau yg akan kuhajar," ujar Pansy geram, memotong ucapan Kaia yang sangat plin plan.
"Bisa kau diam sebentar dan dengarkan aku? Aku belum selesai," Kaia mendengus, ikut kesal karena Pansy menyela ucapannya.
Pansy memutar bola matanya malas dan berkata; "Baiklah, yang mulia baginda ratu," dengan nada sarkasnya.
"Theo... dia temanku, teman pertamaku, it's just... it doesn't sit right in my head that we kissed, walaupun aku agak menyukai itu. Tapi Sebastian, dia pacarku and don't you dare telling me to leave him cause he makes me feel great about myself for once, Pans. Theo dan Sebastian memiliki efek yang berbeda padaku, Theo is yellow and Sebastian is red now, it's obvious," jelas Kaia panjang lebar namun Pansy dengan setia mendengarkan penjelasannya.
"Then just stick to the plan, you cunt. Bicara dengan Theo jika kau hanya ingin berteman karena dari awal memang seperti itu. You know i'll always support you even when you're in the wrong," ucap Pansy, tertawa geli pada kalimatnya yang terakhir.
"Bitch, thank you, you're my soulmate." Kaia bergerak memeluk Pansy dengan erat. Dia sangat beruntung memiliki teman seperti Pansy walaupun mulutnya kotor seperti got.
***
Keesokan harinya, Theo sedang duduk di ruang rekreasi sendirian dan membaca bukunya didekat perapian. Theo sama sekali tak memperhatikan sekitarnya, sepasang manik biru itu hanya tertuju pada bacaannya.
Dua hari lagi sekolah akan libur musim dingin dan besok murid dari sekolah lain akan pulang dari Hogwarts.
Saat mendengar seseorang berdeham dihadapannya, Theo mendongakkan kepala dari bukunya, mendapati Kaia dengan atasan berwarna merah muda dan rok mini berwarna putihnya, rambut pirangnya tergerai menjuntai dan riasan wajah yang sempurna. "She looks just like a Barbie doll," gumamnya dalam hati.
"Tentang semalam, maaf aku melarikan diri... aku hanya... kaget dan eum... Theo, kita berawal sebagai teman dan aku ingin tetap seperti itu. Aku tidak bermaksud lain, aku suka kau, kau keren tentunya tapi... aku hanya tidak ingin kehilangan pertemanan kita. Kau teman pertamaku, Theo, dan kau tahu... aku dan Sebastian... we're dating," ucap gadis itu dengan pandangan tertunduk gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholy || Theodore Nott
FanfictionSlytherin boys series #3 Mereka bersatu bagaikan badai yang berakhir. Kaia Newton seorang gadis Slytherin yang tak pernah berbaur dengan murid murid lain, tak pernah terlihat seolah mantra menutupinya, tak pernah dihiraukan seperti bayangan. Dan The...