Satu hari penuh itu mereka habiskan untuk bersiap siap. Kaia dibantu Pansy menggulung rambutnya agar keriting. Setelah mengeriting rambut Kaia, mereka mulai merias wajah mereka bersama gadis gadis lain di asrama mereka. Ada yang menyalakan musik dari gramophone mini, ada yang menyanyi dan tertawa.
Ini tahun pertama Kaia merasakan keasikan menjadi seorang gadis, dan baru kali ini dia bergaul dengan banyak orang.
Setelah selesai berdandan, mereka semua berpisah untuk memasang gaun di asrama masing masing. Sebelum memasang gaunnya, Kaia lebih dulu menata rambutnya. Dia tak akan melakukan banyak karena rambutnya terlalu panjang. Jadi Kaia memutuskan untuk menggerai semua rambutnya dan menjepit kanan dan kiri didekat telinganya agar rapi.
Selesai dengan rambutnya, baru lah Kaia memasang gaunnya. Gaun klasik berwarna hitam yang dikirimkan oleh ibunya kemarin. Gaunnya terbuka dibagian bahu, dan dihiasi dengan manik manik mengkilap. Didalam boxnya juga terdapat selendang dengan warna senada. Karena bagian bahunya terbuka dan terlihat kosong, Kaia menggantungkan selendang itu dilehernya menjuntai kebelakang punggungnya.
Kaia juga memasang sarung tangan dengan warna senada namun transparan hingga ke sikunya. Setelah kedua tangannya terbalut sarung tangan lembut itu, Kaia memasang heels nya yang juga berwarna hitam. Dia pun tak paham kenapa ibunya mengirim semua ini dengan warna hitam.
Gadis bersurai pirang itu menatap refleksi pantulan dirinya dicermin sekali lagi sebelum pergi. "You look stunning, Newton," puji salah satu teman satu asrama Kaia. Kaia tersenyum dan mengucapkan; "Terima kasih, kau juga cantik."
"Kau ingin keluar bersama kami?" tanya satu teman asramanya yang lain.
"Oh... aku tak apa, kalian duluan saja," balas Kaia. Dia masih gugup untuk pergi keluar, dia berniat untuk menenangkan dirinya sejenak.
"Okay." Dan tiga teman asramanya pergi dari kamar.
Kaia masih memandangi dirinya dicermin, meyakinkan diri jika dia terlihat sempurna. Setelah beberapa menit menghabiskan waktu menenangkan diri, Kaia akhirnya keluar dari kamarnya, berjalan sendirian menuju ruang rekreasi yang sudah dipenuhi oleh pasangan pasangan yang akan pergi.
Sekilas Kaia melihat Theo bersama teman temannya, namun dia dengan cepat mengalihkan pandangannya. Yang ditangkapnya, Theo, Blaise dan Tom tidak pergi karena mereka masih mengenakan pakaian biasa sedangkan Mattheo, Draco dan Lorenzo sudah berpakaian rapi dengan seorang gadis ditangan mereka masing masing.
Disisi lain, Theo juga melihat Kaia mulai dari gadis itu menuruni tangga. Gerakannya seperti diperlambat. Dipikirannya hanyalah cantik. Tapi Theo sadar pasti bukan dia yang menjadi pasangan Kaia karena dia menolak ajakan gadis itu. Rasa ingin marah pada dirinya sendiri membendung didalam dadanya. Kaia sangat cantik dan pastinya bukan dia yang menjadi orang yang menikmati kecantikannya sepanjang malam, bukan dia yang akan membuatnya tertawa, bukan dia yang akan berdansa dengannya.
Theo berdiri dari tempat duduknya. Suasana hatinya berubah dari yang tadinya bersenda bersama teman temannya, kini semuanya hancur. Theo berlari ke kamar kecil, menatap dirinya didepan cermin wastafel. Napasnya terengah engah. "Fuck," geram Theo meninju cermin dihadapannya.
***
Kaia meminta Sebastian untuk menjemputnya didepan pintu masuk ruang rekreasi Slytherin dan disanalah dia. Sebastian mengambil tangan Kaia yang dibalut dengan sarung tangan, laki laki itu mendaratkan kecupan dipunggung tangan Kaia. "You're beautiful," ucap Sebastian, melingkarkan tangan Kaia ke lengannya, membawa Kaia ke Great Hall, tempat dimana Yule Ball berlangsung.
Kaia sedikit mendongak untuk menatap Sebastian. Laki laki ini sempurna, rahangnya tegas, hidungnya pun proporsional, tatapannya tajam dengan sepasang manik coklat mengkilap itu. Bohong jika Kaia tidak merasa apapun didekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholy || Theodore Nott
FanfictionSlytherin boys series #3 Mereka bersatu bagaikan badai yang berakhir. Kaia Newton seorang gadis Slytherin yang tak pernah berbaur dengan murid murid lain, tak pernah terlihat seolah mantra menutupinya, tak pernah dihiraukan seperti bayangan. Dan The...