Jadwal test narkoba Kaia adalah hari ini, tanggal 19 setiap bulannya dan profesor Dumbledore sebagai kepala sekolah menyetujui jika Kaia harus meninggalkan Hogwarts setiap tanggal 19.
Kaia menghampiri ibunya yang sudah siap menunggunya didepan gerbang besar Hogwarts dengan pakaian serba hitam dan topi besar yang hampir menutupi wajahnya. "My sweet Kaia," ucap ibunya, mengecup kening Kaia dan menyelipkan helaian rambut kebelakang telinga Kaia. "Kau terlihat segar." Donatella mengusap rambut Kaia dengan lembut.
"Let's just go, mum," balas Kaia, membuat ibunya berhenti mengusap kepalanya.
Kaia masuk kedalam mobil sihir bersama ibunya, tentu saja ibunya yang menyentir. Kaia duduk dikursi penumpang dengan tenang dan diam. Dia tenang karena tahu jika dia bersih, terima kasih pada Theo yang membuang Kokain ke toilet, jika tidak Kaia harus mencari urin anak lain untuk dites.
"Bagaimana sekolah?" tanya ibunya selagi mengendarai mobil yang perlahan lahan terbang.
"It got better, kau tahu aku mengirimkan hasil ujian ulangku hari itu dan itu bagus," jawab Kaia, memandang keluar jendela yang memberikan pemandangan langit dan awan.
"Itu progres, sayang, aku bangga padamu," ucap ibunya tersenyum saat menyetir mobil.
Didalam hati kecilnya, Kaia merasa sangat bersalah karena membohongi ibunya selama ini. Apakah ini tanda jika dia harus benar benar berhenti?
Kaia termenung mengamati langit, awan dan kota yang terlihat kecil dari atas sini. Kesunyian mereka tak panjang sampai akhirnya Kaia memutuskan untuk bicara. "Mum, kau tahu Nott?" tanya Kaia, mengalihkan pandangannya menuju ibunya yang berada di kursi kemudi.
"Tentu saja aku tahu," jawab Donatella, masih fokus pada setir yang dikemudikannya. "Ada apa?" tambahnya bertanya.
"Tidak ada, aku berteman dengannya akhir akhir ini. Karena dia nilai ujianku bagus, hanya dia yang tidak kasar padaku, hanya dia yang selalu mengajakku bicara. Dia sangat baik, mum, dan kau tahu neneknya sakit? Aku tidak tahu harus apa saat itu, dia menggenggam tanganku dan memintaku untuk bicara..."
Donatella mendengarkan celotehan panjang lebar anaknya dan tersenyum. Wanita setengah baya itu mengerti apa yang sedang terjadi pada anak perempuan satu satunya itu.
Saat Kaia menceritakan tentang Theo pun membuat matanya berbinar. Sudah lama binar itu hilang dari mata sang gadis.
"Kau jatuh cinta, ya?" tanya Donatella jahil, mengusap kepala Kaia dengan tangan sebelahnya yang masih mengendalikan kemudi.
"Mum! Apa apaan, aku masih kecil," protes Kaia. Walaupun dia memprotes tapi wajahnya tetap memerah seperti udang rebus.
"Cinta bisa terjadi kapan saja, sayang, bahkan disaat yang tak terduga," ujar Donatella membuat Kaia semakin memperhatikannya. "Bisa disaat belia sepertimu, bisa juga disaat tua renta sepertiku," tambahnya.
Dari situ Kaia berhenti memperhatikan ibunya. "Mum, ew! No, you're all i have, don't get remarried. I don't care what other people think if i'm selfish or childish for not letting my mum remarried, you're not doing that."
"Tidak akan, Kaia."
***
Hari itu Theo memutuskan bolos kelas untuk menjenguk neneknya di St. Mungo. Saat menunggu neneknya yang sedang tidur, Theo merasa lapar yang membuatnya keluar mencari makanan di kantin rumah sakit.
Dia melihat sekitar memastikan tak ada orang yang dia kenal yang akan dia temui di kantin. Theo membeli roti lapis daging asap karena dia tidak suka varian tuna, dia juga membeli pudding cokelat dan air minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholy || Theodore Nott
FanfictionSlytherin boys series #3 Mereka bersatu bagaikan badai yang berakhir. Kaia Newton seorang gadis Slytherin yang tak pernah berbaur dengan murid murid lain, tak pernah terlihat seolah mantra menutupinya, tak pernah dihiraukan seperti bayangan. Dan The...