*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Kenapa aku tidak suka saat orang lain lah yang sukses menerbitkan senyummu?
_____ΩΩΩ_____
Kaki kecil itu melangkah dengan penuh riang dan semangat__senyuman tipis tak pernah luput dari bibir anak laki laki itu membuat matanya kini bak tenggelam tak terlihat seperti bulan sabit yang tertutupi sepotong oleh langit malam. Semangat dalam dirinya membara menyambut pagi cerah yang menghangatkan.
"selamat pagi Jeno ssi" sapaan di pagi hari tepat saat dirinya menginjakkan kaki memasuki gerbang sekolahnya ia dapati dari seorang anak laki-laki sebayanya. Yah, dia teman sekelasnya juga.
"oh Jaemin, pagi" balasnya kini dengan kaki kecilnya yang sedikit jejang berlari kecil mendekati sang sahabat.
"semangat sekali" melihat sang sahabat yang masih di pagi hari namun sudah terlihat sangat bersemangat membuatnya mengeryit kebingungan atas hal baik apa yang anak laki laki bermata sabit itu dapati hingga ia terlihat begitu riang.
"tidak ada, hanya senang saja" dengan senyuman lebar masih menghiasi wajahnya, Jeno tetap berjalan melangkah menghiraukan keterbingungan sang sahabat yang masih heran dan begitu penasaran akan apa yang terjadi pada sahabatnya itu.
"tidak biasanya" lirih Jaemin__namun memilih acuh ia pun melangkah mengejar sang sahabat yang sudah berjalan lebih dahulu beberapa meter di depannya. Menyamakan langkah mereka.
"hari ini ada tukar bangku, menurutmu kita akan duduk di bangku mana?" ucap Jaemin memilih membuka pembahasan lain sambil menikmati perjalanan mereka menuju kelas bersama.
"tidak masalah aku duduk di manapun, asal tidak denganmu" balas Jeno dengan pikiran usilnya yang mulai keluar.
"kau tidak mau duduk denganku? jahat sekali" rajuk Jaemin mendengar ucapan Jeno.
"kau itu berisik, seseorang takkan tahan duduk denganmu saat pembelajaran" balas Jeno acuh, bahkan memutar bola matanya malas mendapati sang sahabat kini memasang ekspresi merajuknya yang menurutnya terlihat sangat menjengkelkan.
"kau kejam!" mendengar ucapan Jaemin, Jeno memilih acuh dan terus berjalan meninggalkan sang sahabat yang telah memulai drama paginya seperti biasa.
Menapakkan kakinya kini ia telah berapa pada kelasnya, kelas 6-B__tepat saat ia akan masuk, maniknya mendapati sosok yang tadi subuh telah mengganggu isi pikirannya. Membuatnya tak bisa tidur dengan nyenyak__terlihat sosok itu kini telah duduk dengan apik bersama dengan kebiasaannya yang tak pernah lepas. Lagi dan lagi menatap langit. Dalam benaknya__apa anak itu tak pernah lelah terus dan menerus menatap hal yang sama? apa lehernya akan baik-baik saja terus-terusan seperti itu? Ia jadi sedikit khawatir sekarang.
"kau masih berdiri di depan kelas?" dan seruan Jaemin membuat Jeno tersadar akan posisinya. Menatap sesaat anak itu sebelum memilih melangkah masuk yang lagi dan lagi meninggalkan sang sahabat menuju bangku miliknya yang tentu mendapat dengusan malas dari sang empu.
"dasar aneh" ucap Jaemin setengah berbisik agar tidak di dengar langsung oleh sang empu, sebelum ia pun menyusul masuk dan duduk pada bangku miliknya.
____ΩΩΩ____
"baik anak-anak, hari ini sekian, minggu depan pr kalian sudah harus di kumpul paham?" mendengar seruan sang guru__anak-anak dengan serentakpun menjawab bersama, berdiri dan memberi hormat sebelum sang guru keluar. Mereka pun kini berhamburan menuju kantin atau ada yang ke taman hanya untuk bermain bersama di sana.
Kala anak-anak lain dengan semangat mendapat jam istirahat mereka__berbeda dengan Jeno yang kini sedari jam pelajaran di mulai hingga jam istirahat datang, ekspresi yang anak laki-laki pasang itu pun kini berubah murung__sangat berbeda saat ia datang ke sekolah tadi. Maniknya pun kini menatap sepasang bangku di depannya yang di duduki dua anak sebaya yang ia kenal.
"kenapa harus dia?" lirihnya dengan ekspresi murung. Terlihat dua anak tersebut mengemas buku dan peralatan tulis mereka dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Anak yang duduk tepat di samping jendela kelas__setelah mengepak peralatan tulisnya, seperti biasa ia langsung kembali pada kebiasaanya. Menatap langit. Dan anak satunya.....
"hei, ini perkenalan pertama resmi kita, aku Na Jaemin, kau Huang Renjun kan?" dan seperti biasa, Jaemin dengan sikapnya yang mudah bergaul dengan seseorang. Anak yang penuh semangat 45 itu selalu menjadi yang pertama kali dalam memulai perkenalan dengan orang-orang baru di sekitarnya. Begitulah yang terjadi pada Jeno saat ia kali pertama pindah ke sekolah ini, dan Jaemin yang pertama kali mengajaknya berkenalan dengan mudah.
Terlihat, Huang Renjun__anak yang di awal kerjaannya hanya menatap langit, kini menolehkan kepalanya, terlihat dari ekspresinya yang di awal sedikit terkejut, namun dengan cepat berubah menjadi sebuah senyuman lebar terbit di bibir tipisnya. Senyuman tercantik yang Jeno pernah lihat.
"aku Huang Renjun! salam kenal Na Jaemin!" melihat dengan cepat respon Renjun akan ajakan perkenalan Jaemin__bahkan membalas uluran tangan sang sahabat dengan ekspresi riangnya, jauh di lubuk hati terkecil Jeno entah bagaimana ia menjadi kesal dan tak suka pada sang sahabat yang dengan mudah mendapat atensi penuh dari anak bertubuh mungil tetangganya itu.
"aku tidak suka" lirihnya.
Dengan keadaan tergesa-gesa dan gerakan yang sedikit kasar__Jeno berdiri dengan cepat, membuat kursi yang ia duduki bergeser dan memberi suara decitan antar lantai yang terdengar cukup keras hingga beberapa anak yang masih ada dalam kelas__termasuk Jaemin dan juga Renjun menoleh menatap Jeno bingung.
"Jeno, kau kena.....HEI!!" Jaemin yang bahkan belum sepenuhnya memberi pertanyaan atas sikap aneh Jeno yang terbilang tiba-tiba, ia pun harus berseru sedikit lebih keras memanggil tatkala anak bermata sabit itu memilih berlari keluar kelas menghiraukan seruan sang sahabat bahkan tatapan aneh dari para teman sekelasnya. Termasuk Renjun.
*
*
*
TBC
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Irrelevance [NoRenMin]
Short Story[Complete] Jeno tidak akan pernah melupakan sosok mungil yang pernah menempati isi hatinya di kala ia masih terus mencari jawaban atas apa yang ia rasakan pada sosok Huang Renjun. Bersama Na Jaemin, sang sahabat__Lee Jeno, di usia terdini mereka sud...