*
*
*
*
*
**
*
*
*
Jeno yang sedari tadi telah memperhatikan tingkah laku Renjun yang murung hanya bisa menghela nafas lelah__entah bagaimana untuk di jelaskan. Yang pasti__penyebab utama anak mungil di depannya murung adalah Na Jaemin. Anak itu, pagi tadi setelah datang memasuki kelas, langsung meminta tukar bangku dengannya tanpa menjelaskan apapun.
Jeno sebenarnya mau-mau saja__tapi yang membuatnya kebingungan adalah, mengapa tiba-tiba Jaemin ingin bertukar bangku dengannya? Seingatnya, anak itu sangat senang duduk bersama dengan Renjun. Bahkan berencana untuk menjadi teman sebangku tetapnya. Lantas mengapa pagi tadi anak itu, bersama dengan ekspresi acuhnya__seakan tak mengenal sosok Renjun, tiba-tiba ingin bertukar bangku?
Bahkan setelah jam makan siang datang, Jaemin tak lagi ikut bergabung dengan mereka seperti biasanya. Jaemin seakan benar-benar menjauhi sosok Renjun.
"Ren? kau tidak makan?" tanya Jeno yang sedari tadi hanya terus-menerus memperhatikan raut murung Renjun. Nasi Goreng Kimchi anak itu sudah mulai dingin karena belum tersentuh sedikitpun.
"Jeno, apa Renjun punya salah?" pertanyaan itu membuat Jeno menjadi tidak tega. Baginya, tidak ada yang salah pada sosok Renjun. Renjun selalu menggemaskan dan lucu di matanya apapun yang dia lakukan.
"kau tidak pernah salah, Jaemin saja yang aneh, sudahlah, jangan dipikirkan. Mungkin dia sedang tidak mood" Jeno tidak ingin terlalu ambil pusing akan tingkah laku Jaemin yang tiba-tiba berubah.
Tapi raut murung Renjun yang terlihat di hadapannya tentu membuatnya menjadi tidak tenang. Jeno sangat membenci raut wajah sedih Renjun yang terlihat sekarang. Dia tidak ingin Renjun menjadi murung hanya karena Jaemin yang tiba-tiba bertingkah aneh menjauhi mereka.
"percayalah padaku, dia akan kembali seperti biasanya nanti, jadi jangan sedih begitu" meski berusaha menenangkan__tapi Renjun tetap dengan ekspresi sedihnya yang terlihat. Oh Tuhan, Jeno lebih memilih melihat tangisan ibunya yang suka menonton drama menyedihkan di televisi dari pada melihat raut wajah sedih Renjun hanya karena sosok Jaemin yang tiba-tiba bertingkah aneh. Jeno__rasanya sedikit tidak ikhlas.
".....Jeno, kalau Renjun punya salah, Jeno harus kasih tahu segera Renjun yah, agar Renjun cepat meminta maaf" jawaban Renjun cukup mengikis hati Jeno__apanya yang salah dari anak sepolos Renjun? Ia tahu, Renjun hanya tidak ingin kembali di jauhi.
Bagi Renjun, mungkin hanya dirinya dan juga Jaemin lah satu-satunya yang ia punya sekarang setelah semua orang menjauhi anak tersebut. Tapi, Jaemin yang tiba-tiba menjauhi anak di hadapannya itu tentu telah menimbulkan ketakutan tertentu setelah kedekatan mereka akhir-akhir ini. Renjun dengan segala usahanya dalam membuat dirinya dan juga Jaemin nyaman dalam pertemanan? mereka.
Tangan Jeno pun kini terulur, ia tidak ingin anak itu berfikir macam-macam. Bagi Jeno, tidak ada alasan untuknya menjauhi anak di hadapannya. Jeno nyaman dengan Renjun. Akan paras manisnya yang cantik bersama dengan gigi gingsul yang ikut serta dalam senyumannya. Tubuh mungil yang lucu dan suara halusnya yang merdu. Bagi Jeno__Renjun adalah keindahan yang berhasil tercipta. Dan Jeno tidak akan pernah bisa menjauhi sosok terindah yang pernah ia temui dalam hidupnya.
"Renjun, kau tidak pernah salah, dan aku tidak akan pernah menjauhimu, jadi jangan takut" ucapnya menenangkan bersama dengan senyum teduhnya yang memukau. Renjun cukup terlena akan kelembutan yang Jeno berikan untuknya__sang sahabat yang begitu baik padanya, Renjun senang bisa bertetangga dengan Jeno.
"Jeno, terima kasih" dan akhirnya senyuman itu kembali bangkit__senyuman lebar bersama gigi gingsulnya yang menambah kesan manisnya. Jeno sangat menyukainya.
Yah, Jeno sangat menyukai Huang Renjun
*
*
*
TBC
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Irrelevance [NoRenMin]
Conto[Complete] Jeno tidak akan pernah melupakan sosok mungil yang pernah menempati isi hatinya di kala ia masih terus mencari jawaban atas apa yang ia rasakan pada sosok Huang Renjun. Bersama Na Jaemin, sang sahabat__Lee Jeno, di usia terdini mereka sud...